Sepuluh

7.8K 1.4K 418
                                    

Patih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Patih

Gara-gara ngejar pelaku terror jalanan dengan sepeda motor, badan gue pegel banget karena kewalahan nahan keseimbangan. Krisan Putih kembali ke markas sekitar jam lima sore, yang mana langsung bantu-bantu di kafe walau saat itu kedatangan kita cukup menarik perhatian beberapa pengunjung yang ada.

Mau gak narik perhatian gimana? Orang gue sama Dimas masih pake setelan jas mirip gangster-gangster di film Amerika.

Ketika gue baru selesai mandi, Cahaya masih ada di lantai dua. Dia lagi ngeringin rambutnya pakai handuk sambil main hape di loteng tempatnya tidur. Meski dia perempuan, hampir gak ada kecanggungan di antara kita semua sehingga gue bisa bebas keluyuran walau belum pake atasan. Lagian Cahaya udah kebal liat badan kekar abang-abang, bosen kali tuh karena udah jadi makanan pokok sejak gabung di militer.

"Fokus banget, kamu lagi ngapain sih?"

"Baca Wattpad."

Gue yang baru memasukkan kaos ke kepala langsung mematung, membiarkan kedua tangan gue membeku sebelum sempat memakai kaos itu.

"Apa itu? Berita?"

"Bukan, kayak Webtoon. Kalo Webtoon kan komik, nah Wattpad sejenis novel."

"Oh," maklum, gue gak tau. Kalo Webtoon sih tau karena pernah baca Lookism dan juga Winter Wood. "Cerita apa?"

Cahaya melihat gue sekilas lalu fokus pada layar hapenya lagi, "Rahasia dong, hiburan pokoknya."

"Delapan belas plus ya?"

Sebuah bantal yang semula ada di pangkuan Cahaya meluncur seketika ke arah gue dengan sangat cepat, "Sembarangan. Gak usah kepo, ini bacaan perempuan," terus walau pelan, gue bisa dengar bisikannya, "perempuan halu."

"Kamu nggak ke bawah?" Tanya gue yang sudah siap dengan setelan pegawai White Chrysant Cafe.

"Lima menit lagi, tunggu rambut kering dulu." Katanya, padahal pasti lagi nanggung buat beresin bacaannya.

Gue hanya menggeleng, lantas segera turun untuk membantu pekerjaan di bawah. Tapi kayaknya kafe nggak begitu rame, terlihat Bintang yang baru saja mengantarkan pesanan kemudian bersidekap di depan meja kasir untuk mengobrol bersama Niko.

Sekilas, pasukan Krisan Putih tidak ada bedanya dengan warga sipil biasa. Kalau pun orang-orang ini berhenti dari militer dan melanjutkan karir sebagai pegawai atau pemilik kafe, gue yakin tidak akan ada yang menduga bahwa sebelumnya mereka tergabung dalam kemiliteran. Semakin sini, Krisan Putih semakin luwes. Cukup jauh perbedaannya dengan awal-awal bergabung bersama tim beberapa minggu lalu.

Rasanya masih pengen ketawa kalau ingat jumlah omzet yang didapat Krisan Putih per harinya. Jika situasi rame, White Chrysant bisa mengantongi uang tiga sampai empat juta. Kalau sepi, mentok di dua juta. Meski keesokan paginya harus dibelanjakan ulang sebagai modal, White Chrysant tetap punya keuntungan bersih yang stabil dan kata Pak Dirga, uang-uang itu harus diakumulasikan per bulan lalu dibagi tujuh sebagai bonus.

KRISAN PUTIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang