Patih
Cahaya tidur dengan sangat pulas di pertengahan malam. Kala itu gue terbangun, tenggorokan gue rasanya sedikit kering entah karena kekurangan minum atau gimana. Leher gue juga agak sakit karena tidur dalam posisi duduk sehingga beberapa kali harus melemaskan otot disekitarnya.
Pintu ruang rawat terbuka. Awalnya gue kira itu perawat yang masuk untuk memeriksa keadaan Cahaya namun ternyata bukan. Seorang lelaki yang memakai sweater ber-hoodie berjalan mendekat setelah menutup pintu. Gue udah siap-siap mau nyerang dia tetapi orang itu keburu melepas hoodie dan juga masker yang dipakainya.
"Dimas?"
"Hehehe, Mas Patih." Katanya lalu berjalan ke arah tempat tidur Cahaya dan menatap perempuan itu lama.
"Kamu ngapain?" Tanya gue.
"Saya gak bisa tidur, kepikiran Mbak Cahaya terus. Ya udah deh, berangkat ke sini buat ikut nemenin juga."
Gue menarik napas panjang lalu menghembuskan dengan sedikit kencang, "Tidur tuh, pules juga. Kata dokter besok udah bisa pulang, kamu jangan khawatir."
"Iya gitu, Mas? Wah, syukur deh kalo besok bisa pulang." Wajahnya memunculkan ekspresi penuh kelegaan, "Mas Patih gak tidur?" tanyanya.
"Baru bangun, agak haus tapi gak ada air. Mau ikut saya ke depan buat beli minum nggak? Selagi Cahaya tidur."
Tanpa ragu, lelaki itu mengangguk. Dia membenarkan selimut yang dipakai oleh Cahaya lalu tersenyum manis kepadanya. Gue menggeleng, lantas lebih dulu keluar dari ruangan diikuti oleh Dimas yang mengekor setelahnya. Di depan kamar masih ada dua petugas kiriman Pak Dirga yang berjaga. Mereka langsung menegakkan badan ketika gue dan Dimas melewati keduanya sambil memberikan hormat.
Jalanan masih ramai ternyata, udara yang cukup panas langsung menyapa gue ketika menginjakkan kaki ke luar gedung rumah sakit. Beberapa puluh meter ke arah timur, ada minimarket yang buka selama 24 jam. Gue mengajak Dimas ke sana, sekalian mentraktirnya beberapa makanan ringan untuk menemani penjagaan kita malam ini.
"Saya tarik tunai bentar, kamu pilih jajanannya duluan." Kata gue lalu memberikan keranjang belanja berwarna biru itu kepada Dimas. Dia terlihat girang, segera menghampiri jajaran rak gandola itu untuk mengambil makanan yang dia mau.
Setelah mengambil beberapa uang tunai, gue menghampiri Dimas yang sedang memilih minuman di depan lemari pendingin. Gue juga sempat bertanya kesukaan Cahaya apa karena kurang tau dengan cemilan favoritnya. Kata Dimas, Cahaya suka susu kotak rasa strawberry atau cokelat. Dia juga suka makan keripik singkong pedas atau oreo rasa ice cream yang kalo dimakan kayak ngemut balsem.
"Mau kopi nggak?" Tawar gue.
"Boleh deh, Mas."
"Dingin apa panas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN PUTIH
FanfictionKrisan Putih, sebuah tim elit khusus bentukan presiden yang ditugaskan untuk operasi militer dan intelijen rahasia. Sebuah kasus lama yang merugikan negara dan belum terungkap sampai sekarang kembali dibuka, menyebabkan beberapa peristiwa yang perna...