8. Musuh Bebuyutan Kana

14 6 6
                                    

"Mau apa kau ha?! Dasar tukang curang!"

Cowok yang berdiri di hadapan Kana kini menunjukkan senyum miring. "Ini kios ibuku. Harusnya aku yang tanya. Kenapa kau ke sini?"

Kana menguatkan kepalan tangannya. Ucapan yang cowok di hadapannya katakan ibarat genderang perang. Kana mendengarnya, dan seolah akan siap bertarung.

Dengan tangan yang mengepal kuat, Kana maju dan siap menghantamkan pukulan pada pipi mulus dari cowok yang berdiri di hadapannya dengan senyum sinis. Tapi, sebelum tangannya menghantam pipi cowok di depannya, sebuah tangan mencegah pukulan Kana.

"Stop Kan! Ini tempat umum. Jangan buat harga dirimu turun di sini, oke? Tenang." Rama mendorong bahu Kana pelan, sedikit menjauh dari cowok yang masih memandang temannya dengan sinis.

"Tapi dia keterlaluan Ram!" Kana berbicara dengan nada kesal.

Rama mengangguk. Ditepuknya bahu sang kawan. "Aku tahu. Perlombaan kenarin itu memang sangat menyebalkan. Tapi, tenangkan dirimu. Ini tempat umum. Kau tak mau Papamu tahu kan?"

Kana mendengkus. Tanpa sepatah kata ia berlalu, menerobos gerombolan siswa yang mengerubungi kantin dengan rasa kesal. Sementara Syadza dan Diza sedari tadi hanya menyimak dengan rasa heran.

"Dia kenapa?" Diza yang bertanya, sambil menyedot jus yang yang tadi ia pesan. Menikmati drama yang baru saja terjadi dengan jus jambu di tangannya, mungkin cukup menyenangkan bagi cewek itu.

"Kita ke kelas dulu. Aku ceritakan nanti."

Syadza dan Diza mengangguk. Keduanya pergi ke kelas sekarang, mendahului si ketua kelas yang sibuk meminta murid-murid untuk bubar.

•••

Ke dua cewek itu menatap jam yang bertengger sempurna di atas dinding kelas, tepat di bawah burung garuda dan di tengah foto presiden dan wakil presiden. Lima menit lagi istirahat berakhir. Tak akan cukup waktu untuk bercerita jika Rama sudah sampai.

Diza menengok ke belakang. Lebih tepatnya, ke bangku Kana yang terletak di pojok ruangan. Bangku itu kosong. Kana belum kembali sejak keributan di kantin tadi. Diza mencebikkan bibir. Padahal, dia sekarang amat penasaran tentang keributan tadi itu.

"Kira-kira apa yang terjadi menurutmu? Kenapa dia marah pada anak itu? Dan yang lebih penting, siapa anak itu? Aku dengar tadi dia menyebut Bu Wati sebagai ibu, apa dia anaknya Bu Wati?"

Pertanyaan beruntun yang Diza tanyakan hanya dibalas Syadza dengan gelengan tak bersemangat. Sungguh, Syadza tak terlalu tertarik dengan apa yang terjadi.

"Ah kamu gitu! Jawab saja minimal satu pertanyaanku," bujuk Diza sambil tangannya yang menarik-narik lengan Syadza dengan cepat.

Syadza yang tentunya merasa tak nyaman dengan terpaksa akhirnya mengucap satu kalimat, "Yang pasti dia musuhnya Kana."

Diza berhenti menggoncang tangan Syadza. Tentu saja Syadza langsung menarik tangannya yang kini cukup sakit gara-gara ulah Diza. "Sakit tahu!" gerutunya.

Diza mengangkat dua jarinya sebagai tanda permintaan maaf. Sedetik kemudian, Diza membuka mulut. "Tapi kan—"

"Stop! Jangan ucapkan pertanyaan lagi!"

"Kamu enggak seru iih!" Diza mengerucutkan bibirnya, sementara Syadza kembali fokus pada buku catatan pelajaran agama di atas mejanya.

Waktu berlalu, hingga pelajaran Bu Maryam dimulai, Rama dan Kana belum menampakkan batang hidung mereka. Pun sampai pelajaran agama selesai, Bu Maryam pun sama sekali tak bertanya, di mana si ketua kelas dan si tukang onar itu berada.

Selain Diza, Syadza pun kini ikut bertanya, di mana dua anak itu berada?

•••

"Kenapa kemarin kok dari mulai istirahat sampai pulang sekolah enggak pada masuk kelas?"

Suasana perpustakaan yang lengang makin memperjelas pertanyaan yang Diza suarakan. Seolah ia menjadi polisi yang meintrogasi para tersangka kasus kriminal. Tentunya, Rama dan Kana lah yang menjadi tersangka. Juga Syadza sebagai ajudan, yang mengawasi dengan saksama, tanpa berbicara.

"Gara-gara Kana." Rama menyibak halaman buku IPA-nya dengan cepat, seperti seseorang yang sedang kesal. Atau lebih tepatnya, memang sedang kesal.

"Oke, sorry. Enggak akan aku ulangi."

Rama menatap Kana dengan ekor matanya. "Pasti kamu akan ulangi lagi. Sudah lebih dari sepuluh kali kamu bilang seperti itu." Kemudian cowok itu kembali berfokus pada buku di depannya.

"Oke, aku janji deh. Kalau nanti aku kayak gitu lagi, aku bakal bilang 'sorry' lagi."

"Dih. Sama saja kalau begitu!" Diza mendengkus kesal atas ulah Kana. Tentu saja cowok di hadapannya hanya membalas dengan kata 'hehe'.

"Jadi, apa yang kalian lakukan sampai enggak balik ke kelas?" Syadza yang kini membuka suara. Mengundang ekspresi terkejut dari Diza. Wow, padahal Syadza kemarin tampak tak tertarik dengan kata-katanya. Tapi hari ini?

Menyadari ekspresi Diza, Syadza lantas mengerutkan keningnya. "Kenapa?" Tapi Diza hanya menggeleng dan tertawa garing.

"Ketemu Bu Firma." Rama membalas pertanyaan Syadza dengan malas. "Gara-gara Kana, targetku di SMP ini tidak akan tercapai."

"Target?"

"Ya. Target agar tidak masuk BK karena  kasus."

Syadza dan Diza kini saling pandang. Seharusnya tadi mereka tidak menanyakan apa target yang Rama ungkapkan. Target cowok itu terlalu sempurna jika ia berteman dengan Kana—si tukang pembuat onar SMP Bakti Darma.

"Oh iya. Kenapa lama sekali? Biasanya hanya sebentar. Ini sampai berjam-jam loh." Giliran Diza yang kini berkomentar.

"Papaku yang lama-lamain." Kana mengambil alih pertanyaan yang tadi tertuju pada Rama. Sebelum Diza bertanya kembali, Kana memberikan kalimat penuh penekanan. "Jangan bahas lagi."

Syadza dan Diza tersenyum kikuk. "O-oke." Sementara Rama tampak tak peduli. Tatapan cowok itu masih terfokus pada materi untuk olimpiade beberapa hari lagi.

"Tapi. Kenapa kamu tidak suka dengan cowok itu?"

"Tentu saja. Dia cowok aku cowok. Aku masih normal. Oke?"

Diza memelototkan matanya, bukan itu arti dari pertanyaan yang ia tujukan. Ah, dasar Kana!

"Huff, maksudku kenapa kamu dan dia tampak bermusuhan?"

Kana mengangkat bahunya tak peduli. "Yang jelas, karena dia musuh bebuyutanku." Jawaban yang kembali mengundang pertanyaan di benak Diza.

Tapi kembali Kana berkata, "Jangan bahas lagi!" []


Lupa kalau kemarin Minggu :^

👇Pict Syadza & Diza👇

👇Pict Syadza & Diza👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rama & Kana soon yaw.

See you!

Magelang, 7 Juni 2021

What's My Dream?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang