Bu Neni masuk ke dalam kelas lima menit yang lalu. Beliau mulai membacakan nilai untuk kelompok satu, dan aku masih di tempat duduk dengan rasa cemas. Meski Rama bilang bahwa ini hanya nilai tugas, aku tetap merasa bahwa ini lebih dari kata 'hanya'.
Lima menit berselang, dan Bu Neni kini menatap kami berempat yang duduk bergerombol dengan senyum merekah. "Kelompok empat, dengan nilai tertinggi di kelas!" Tubuhku kaku seketika. "Sembilan puluh, untuk RaKaDiSy!" Dan kini tubuhku seperti mati rasa.
Bagaimana bisa? Nilai 90? Tertinggi?
Aku bahkan tak tahu harus merasa seperti apa. Bingung dan bangga karena mendapat nilai bagus atau kaget karena Bu Neni tahu nama grup kami?
"Aku yang beritahu Bu Neni." Kana dengan santainya berkata.
"Dasar biadap!"
"Eits, jangan ngomong kasar!"
Diza dan Kana kembali berseteru.
"Sudah kubilang kan? Tak ada yang mampu menghalangi seorang pemimpi."
Dan ucapan Rama membawaku untuk berani bertanya. "Bagaimana kalau jadi pemimpi bersama?"
"Ayo bersahabat dan jadi pemimpi sampai dewasa!" Diza yang menyahut pertama.
"Tak perlu minta izin untuk berteman. Sejak awal kita memang sahabat kan?" Rama menimpali, membuatkub teringat dengan hubungan yang kami jalin dua minggu ini. Ribut, baikan, ribut, baikan. Aku baru sadar hari ini kalau itu adalah persahabatan.
"Jangan sampai Kakaknya Rama bilang kita latihan main sinetron." Celetukan Kana mengundang tawa di sekitar kami. Memecah keributan kelas yang mengudara sejak Bu Neni izin ke kamar mandi beberapa saat yang lalu.
Dan aku hari ini tahu sesuatu. Bahwa tak perlu menjadi seseorang yang tahu cara melangkah tiap waktu. Karena membebaskan diri menjadi seorang pemimpi jauh lebih seru.
Percayalah. []
•Tamat•
A/N :
Alhamdulillah :)
Terima kasih jika ada yang berkenan membaca sampai part ini. Sekali lagi, jika ada😂
Terima kasih juga untuk SWC_Community, rumah yang udah bikin aku punya ide dan berhasil menamatkan cerita ini. Untuk teman-teman yang lain, semangat oke? Aku tunggu sampai kita sama-sama selesai.
Terima kasih untuk Rama yang bikin aku semangat ambis, Kana yang selalu bikin ketawa dan inget sama /skip/, Diza yang ekstrovert dan selalu bikin aku pengen gitu juga, walau jadi introvert seperti Syadza jauh lebih cocok buat aku yang kadang gelagapan di depan manusia😂
Maaf jika aku tak sempat mengoreksi typo, atau ada plot hole di cerita ini. Aku akan revisi, pasti. Walau entah kapan itu terjadi😂
Sekali lagi. Terima kasih, jika ada yang membaca sampai sini.
Magelang, 20 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
What's My Dream?
Teen FictionSyadza tak pernah tahu apa yang dia suka. Ketika teman-teman sebayanya sibuk melakukan hobi dan mencari jati diri, Syadza tak pernah peduli. Cita-cita pun tak ia miliki. Hingga sebuah tugas bahasa indonesia, membuatnya mau tak mau harus mempelajari...