Part 7/ good morning AND we wont go

146 4 0
                                    

Mataku harus terbuka karena rasa tidak nyamana dari tubuhku mengusik, gatal dan lengket. Aku baru ingat semalam aku pergi tidur tanpa membersihkan badan terlebih dahulu, kulihat di nakas tersedia satu handuk dan satu pucuk pesan yang isinya –ini anduk buat loe, gue tau pas loe bangun nanti, loe pasti ngerasain gak nyamanan sama badan loe, sebaiknya loe pergi mandi, dan minta pelayan hotel mengantar baju ganti, tolong jangan ganggu gue tidur-

Tanpa basa basi aku langsung melakukan semua yang diperintahkan Mauren pada pesan itu, beranjak dari kasur menuju kamar mandi, tapi langkah ku terhenti, saat melihat seorang wanita dengan baju putih melekat di tubuh rampingnya sedang berbaring di sofa, sangat kasihan, kakinya polos tidak terbungkus apa- apa, sedangkan volume AC sangat dingin. Baru saja aku ingin menggendongnya untuk dipindahkan ke ranjang, aku baru ingat bahwa dirinya berpesan agar aku tidak mengganggunya pada saat tidur, Dengan dorongan hati nurani aku kembali lagi ke tempat tidur untuk mengambil selimut dan bantal untuk Mauren.

Berlahan tapi pasti, aku angkat kepala Mauren dan meletakanya dibantal, lalu aku selimuti tubunya yang sedang berbaring.

wajanya damai, sebelum meninggalkannya ku kecup pucuk kepalanya.

Astaga, apa yang telah aku lakukan bagaimanya jika ia tahu, apa yang telah aku lakukan padanya, cepat- cepat aku meninggalkanya, pergi ke kamar mandi

*

Akhirnya aku bisa bernafas dengan lega sambil memandangi gedung pencakar langit di balkon hotel ini, ditemani dengan sebatang rokok dan secangkir kopi mocca favoritku, aku masih tidak habis pikir bisa hidup denganya, sahabatku sendiri menjadi teman hidupnya untuk sementara waktu demi mendapatkan suatu upah yang lebih dari cukup untukku. tepatnya untuk kelangsungan hidupku, ku pandang langit yang masih biru matahari yang tidak terlalu terik untu siang ini, jam sudah menunjukan pukul 14.00 wib, tetapi Mauren belum juga bangun dari tidurnya, sudah dua kali pelayan suruhan Mamah mertua mendatangi kamar kita, untuk mengajak makan siang bersama di Restaurt hotel.

Soal kotak yang semalam, ternyata isinya adalah lengrie warna merah menyala, tampaknya semalam Mauren tampak kesal sehingga aku melihat lengrie terdapat di tong sampah kamar mandi, tadi saat aku akan mandi. Baru sehari menjalankan kehidupan pernikahan bersamanya, tetapi semuanya terasa begitu lama seperti menunggu berabad- abad menuju 40 hari, dimana aku akan menguasai sebagian perusahaan Papah Mauren yang omsetnya miliaran rupiah per bulan.

"iya baby, aku juga merindukanmu, tapi aku akan di Indonesia dulu hanya sebentar..."

"...."

"iya aku usahakan besok atau lusa kita bisa bertemu"

"...."

"I love you too"

Kudengar sayup- sayup suara seseorang menelpon, siapa lagi kalau bukan Mauren hanya aku dan dia yang berada di kamar ini, bertelfonan bersama seseorang, dengan nada manja dan mesra. Cuih siapa peduli tentang dia.

"pagi tuan" sapa Maure, dan ikut duduk disampingku.

"tepatnya siang nona" jelasku

Kulihat dirinya begitu kusut, pakaian yang hanya menggunakan kemejaku bekas semalam terlihat trasparan di tubuhnya yang kurus, rambutnya berantakan.

"sebaiknya anda berganti pakaian, itu terliat kurang enak dipandang nona"

"emmm, yaya ya" jawabnya malas- malasan, ia malah mengambil cangkir kopiku dan meminumnya.

"siapa yang buat kopi ini ?rasanya enak"katanya lagi. Walaupun mulutnya masih penuh dengan kopi

"gue Cuma minta sama pelayan dan dia anteriin ke sini, cepet loe mandi, dari tadi mamah mertua udah dua kali ngajak kita buat makan siang bareng, tapi loe nya malah kebluk ." timbalku

"iya gue mandi" lalu ia menghilang untuk beberapa menit

*

"REVALDO!!!" kudengar teriakan dari dalam kamar tepatnya di dalam kamar mandi, dengan suara kencang berkali- kali ia terus memanggil namaku.

"BERISIK!" teriaku

Dia tidak akan berhenti sebelum aku menghampirinya kesana, setelah sampai pintu kamar madi aku ragu untuk membukanya, tak seperti sebelum menikah, aku lebih malu setelah menikah.

"ADA APA ?" teriakku dari balik pintu kamar mandi

"TOLONG AMBILKAN HANDUK DAN BAJUNYA" Perintahnya, jelas- jelas baju dan handuknya sudah ada di dalam, apakahh cewe aneh ini tidak melihat dengan mata, tapi dengan dengkul?

"BAJUNYA ADA DI SIT..."

"GAK JADI VAL BAJUNYA ADA" ujarnya tanpa ada rasa bersalah

Aku pun menunggunya keluar dari kamar mandi sambil duduk dan membuka notif di HPku, yang ada hanya beribu- ribu panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak di ketahui, dan sms dari teman kampusku di NYC, agar aku cepat melunasi hutang ku pada mereka.

"siang ini kita makan dimana ?" Tanya seseorang yang baru keluar dari kamar mandi, dengan menggunakan dress yang sangat pass di tubuhnya dan memberikan kesan dewasa.

"mungkin makan siang dengan keluarga ? or berdua?"

"mana ajalah gue mah bebas."

Entah yang sedang dia lakukan, mengacak ngacak isi kamar ini, selimut ia taruh di sebarang tempat begitu juga dengan sepray, lampu nakas ia jatuhkan hingga tidak berbentuk sampai lengrie yang tadi aku lihat di tong sampah ia ambil lagi dan ia lempar ke sembarang arah.

"Val tolong ambilin obat merah" perintahnya

Laluku ambilkan obat merah di tempat P3K, dan menyerahkanya kepada Mauren, kemudian ia teteskan sedikit obatmerhnya pada kasur.

"Mamah pasti akan mengecek kamar ini setelah kita keluar dari sini" jelasnya

*

Saat ini kami , keluargaku dan keluarga mauren sedang makan malam bersama, kami lebih memilih makan malam bersama dengan keluraga, sebab waktu siang tadi kami habiskan dengan nongkrong di balkon sembari menghisap batang demi batang rokok.

Suasananya hanya terdengar dentuman sendok dan piring beradu, dan suara alunan music mengiring merdu.

"bagaimana? Rencana kalian kedepannya?" Tanya Mamah mertua pada kami

"emm kita mau eeumm...'

Aku menjawab pertanyaan mamah mertua dengan ragu dan pelan, untung saja suara Mauren terdengar melanjutkan perkataanku.

"oiya mah maksud si Reval itu kita mau nerusin Aww... apaan sih" semua orang langsung panic mendengar rintihan Mauren.

Perkataannya sungguh tidak bisa di saring, Mauren berkata tanpa ada sopan santun kepada suami, dengan terpaksa aku menginjak kakinya agar ia berhenti berbicara, bukanyaa aku tidak bisa bicara, tetapi yang jadi topik utama dari pembicaraan Mauren itu, pasti membuat hati mereka sedih.

" kenapa sayang ada yang sakit? Maaf ya semalam aku bermain terlalu kasar" kataku mengalihkan keseriusan mereka, terlihat mamah mertua dan mamahku berbisik- bisik dan sesekli menahan rasa ingin tertawa.

"kamu gak apa- apa kan Ren?" kata mamah memastikan bahwa menantunya baik- baik saja

"em sebenarnya mam, sebelumya Revaldo minta maaf, tapi ini sudah jadi tanggung jawab dan kompitmen Reval dengan Mauren, jadi setelah acara pernikahan Reval dan Mauren akan langsung terbang ke New York, kita akan memulai hidup yang baru disana, Reval akan mencari kerja untuk menafkahi Mauren, dan Mauren akan melanjutkan Studynya di sana"

***

MARRIAGE FOR INHERITANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang