Rasanya sudah seperti di kurung dalam lapas bertahun- tahun, udara segar yang masuk lewat rongga hidung Mauren terasa sangat menyejukan. Hari ini Mauren memutuskan untuk langsung mendarat di hawai, pada saat Jean telah membaca diagnose terakhir Mauren, bahwa dirinya telah diperbolehkan menjalankan aktivitasnya seperti biasa.
"I'm feel better"
Hari ini, Mauren sedang tidak ingin memikirkan apapun, selain kenikmatan yang di berikan tuhan padanya, bisa merasakan hembusan angin yang beraromakan air laut, kakinya bisa berdiri di atas hamparan pasir, dan jiwanya akan dibuat setenang mungkin.
Memang alamlah yang bisa membuat setiap jiwa tenang, dari semua penatnya kehidupan.
Mauren sendiri tidak tahu mengapa jiwanya membawanya ke tempat ini, walaupun sebenarnya ia lebih menyukai dinginnya suasa pegunungan.
Mauren tidak akan memperdulikan orang – orang yang sekarang ada di lingkaran kehidupannya, seperti; Revaldo yang beberapa hari ini slalu menelfonnya hanya untuk memberikan kabar selama Mauren menghilang dalam jangkauan nya selama 1 bulan lebih, Daniel, orang yan slalu ditunggunya, hilang begitu saja, dan jean yang selalu merawatnya, walaupun ia pernah juga pergi entah kemana dalam 1 minggu. Ya kurang lebih itu lah yang terjadi pada kehidupan Mauren ketika ia hanya bisa meringkukan tubuhnya di ranjang rumah sakit , dan setiap harinya harus memakan obat- obatan.
Mauren berencana, akan memulihkan dulu pikirannya selama tiga hari di tempat ini, walapun sendirian, ia tenang, dan bahagia.
Namun seketikan suara dering ponsel Mauren, memnggangu Mauren yang sedang menikmati sunset di pinggiran pantai.
"ya ada apa?"
"..."
"iya, aku slalu ingat jean, tolong jangan teleponaku, kau sangat mengganggu"
"..."
"iya iya."
Dan sambungan telepon pun di putuskan oleh Mauren, walaupun Jean yang menelfon belum menyelesaikan pembicaraanya.
Di susurinya pantai, dengan kaki yang telanjang, deburan ombak terdengar pada indra pendengarannya, angin laut yang menyusup lewat pori- porinya membuat Mauren mengeratkan kain pantai yang menutupi tubuhnya. Moment sunsetnya masih belum selesai, tapi mengapa sunset yang sedang di nikmati Mauren mengingatkannya pada seorang lelaki yang sekarang menjadi suaminya.
Ia ingat, bahwa sanset adalah moment yang sangat di sukai lelaki itu dan dirinya, pada masa sma dulu waktu masih bersahabat, mereka sering menunggu sanset di atas gedung tua yang pembangunannya tidak di teruskan, ia masih mengingat betul masa- masa dimana mereka masih saling menerima setiap cerita kehiduapan mereka masing- masing, sesakit apa pun itu, lelaki itu lebih suka duduk di sofa butut, sedangkan Mauren menikmati sunset sambil duduk di pinggiran bangunan, sambil mengayun- ayunkan kakinya di udara.
Tubuhnya sekarang teruduk di pasir pantai, pandanganya lurus ke kedepan, tatapannya kosong, sedangkan pikirannya penuh dengan masa lalunya bersama lelaki itu, masa taman kanak- kanak ia lalui bersama, sampai masa sma. Bibirnya melengkung, memikirkan hal- hal konyol yang telah mereka lakukan bersama.
Namun mengapa sekarang berbeda, bahkan Mauren memutuskan untuk berhenti mengenal Revaldo, melupakan kebersamaanya semasa dulu. Mungkin ini sudah jalan takdirnya, lelaki itu hanya di ciptakan sebagai pemanis pada saat masa mudanya, dan penolong pada saat Mauren dewasa.
Dan pada saat sekarang Mauren sangat membenci lelaki itu tanpa sebab, ia membenci orang- orang yang hanya memanfaatkannya saja.
"Mauren ?" seseoarang tiba- tiba saja menghampiri Mauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE FOR INHERITANCE
Romantizmwanita cantik harus memaksa sahabat lelakinya menikah, masuk kedalam jeratan pernikahan, hidup didalam kesulitan dan kesengsaraan demi warisan keluarga yang akan diberikan padanya, ia sangat membutuhkan itu. perjalanan pernikahan tanpa cinta begitu...