Part 41// surat undangan pengadilan

39 0 0
                                    

Waktu terus berputar dengan sangat cepat, rasanya rotasi hidup Mauren sama sekali tidak berubah, ia masih saja sibuk dengan pekerjaanya, dan harus bulak- balik London – new York mengurusi kerjasama butiknya dengan Annalia. Selain itu juga Mauren mengisi waktu senggangnya untuk menggambar sektas gaun pengantin yang akan di gunakan jean pada hari istimewanya.

Bisa di bilang Mauren adalah wanita sukes, kaya, juga cantik, sepertinya kata sempurna lah yang bisa mewakilkan deskripsi tentang dirinya, namun sayang kehidupannya tidak semulus seperti yang di lihat orang- orang, ia masih tidak bisa menerima sebab kematian papahnya, karena saat itu Mauren sama sekali tidak bisa melihat papahnya untuk terakhir kalinya. Hanya papahnya lah yang dapat menjaganya, mencintainya denga tulus.

Mauren menatapa ke jendela besar di kamarnya yang memperlihatkan taman belakang, semenjak Mauren tinggal di mansionnya sendiri ia baru tahu bahwa di tempat tinggalnya ada tempat seasri dan seindah ini. Mauren tersenyum melihat bunga- bunga di taman itu bermekaran sangat indah.

Memang benar, semenjak kepergian Revaldo dari mansionnya, Mauren merasa lebih bebas berlama- lamaan di mansionnya, ia tidak takut lagi akan perselingkuhannya yang akan Revaldo ketahui, kebohongan- kebohongan lainnya yang akan terbongkar.

Namun terkadang terbesit di pikiran Mauren tentang bagaimana kabar lelaki itu, dimana ia tidur pada saat malam hari, dengan apa ia makan, dan hal- hal lain yang biasa dirinya dan Revaldo lakukan, namun di sisi lainnya Mauren slalu menepis pikiran itu denga pola pikirnya tentang Revaldo. Revaldo adalah orang yang hanya memanfaatkannya saja, tanggung jawab Mauren sekarang sudah tidak ada lagi, ia telah memberikan semua yang Revaldo inginkan sesuai dengan perjanjian mereka.

Mauren melakukan kebijakan ini demi kebaikan mereka masing- masing, jika Mauren dan Revaldo terlalu tenggelam dalam sandiwara ini mereka bisa saja terlibat cinta yang Mauren tidak inginkan sama sekali.

Tentang cinta, Mauren tahu jika dirinya tidak mencintai seorang pria manapun kecuali papahnya dan kakanya, belum ada yang bisa membuat hati Mauren melimpahkan rasa cinta pada seorang pria, jika Daniel, ia hanya terkesan padanya dengan segala yang ada pada dirinya.

Mauren juga tahu, jika Revaldo tidak mementingkan cinta, tapi lebih mementingkan logikanya, dan apa yang ia butuhkan dalam hidupnya, revaldo adalah orang yang tidak Mau berkorban dengan mengatas namakan cinta. Ya begitulah definisi cinta kata Revaldo yang Mauren ketahui sejak mereka sama- sama menginjak dewasa.

Tok... tok... tokk...

Suara ketukan pintu menyadarkan Mauren dari lamunannya,

"ya ada apa? Buka saja" ujar Mauren mempersilahkan siapapun yang ada di balik pintu itu untuk membukanya.

Ternyata setelah pintu itu terbuka, sosok desi langsung tersnyum ramah pada Mauren yang memasang mimik muka bertanya.

"ada tamu nyonya" jelas desi.

"siapa yang datang?"

"emm anu nyonya, itu.. tuan Revaldo"

"persilahkan dia untuk masuk dan tunggu aku di ruang tamu" perintah Mauren pada desi.

Mendengar perintah majikannya, desi segera berlalu dari hadapannya.

Entah mengapa rasanya Mauren, ingin cepat – cepat melangkahkan kakinya ke ruang tamu untuk melayani tamunya yang saat ini datanga mengunjungi rumahnya.

Benar saja, ketika Mauren menginjakan kakinya di ruangan tamu, ia melihat pria itu sedang duduk resah sambil menunduk melihat lurus ke arah map yang ia bawa.

Tapi rupanya langkah kaki Mauren yang terdengar beradu dengan lantai mengusik indra pendengaran pria itu membuatnya langsung berdiri, dan melihat ke pada sumber suara.

"slamat datang tuan Alvaro, bagaimana kabarmu?" Mauren mengukurkan tangannya menyambut tangan Revaldo yang juga terulur.

"terima kasih Mauren, kabarku baik, bagaimana denganmu?"

Mauren langsung mengurai tangannya.

"seperti yang kau lihat, oiya silahkan duduk, mau minum apa?"

Di persilahkan duduk oleh tuan rumah, Revaldo pun segera mendaratkan bokongnya di kursi.

"oh tidak usah merepotkan aku tidak akan lama disini" tolak halus Revaldo

Tidak menghiraukan perkataan Revaldo, Mauren lebih memilih berteriak memanggil desi dan menyuruhnya membuatkan secangkir kopi untuk tamunya.

"jadi apa tujuan kau datang ke sini?"

"aku ingin memberikan surat undangan panggilan pengadilan, ini suratnya, dan aku harap kau menghadirinya, dan aku pun telah menjamin bahwa sidangnya pasti berjalan lancar dan cepat selesai" jelas Revaldo panjang lebar.

"ya, aku akan memenuhi panggilannya, jika tidak berhalangan, dan akan aku usahakan"

"aku memohon padamu untuk hadir, sisihkanlah watu luangmu hanya untuk menurusi hidupmu sendiri Muaren. dan satu lagi, aku akan mengembalikan asset hartamu yang kau berikan"

Mauren heran, dengan yang baru saja Revaldo katakana, tidak mungkin Revaldo melakukan itu, karena ia pasti membutuhkan semua yang ia inginkan waktu itu di surat perjanjian.

"wait.. wait.. apa kau bilang tadi? Apakah aku tidak salah dengar? Kau mau mengembalikan semua yang aku berikan ?"

"iya, aku tidak membutuhkannya."

"tapi semua itu adalah bayaran atas apa yang kau lakukan Revaldo, jangan bertindak seperti ini"

"aku melakukan ini semua hanya ingin membantumu, lagi pula pertolonganmu saat aku mengalami kesulitan sudah lebih dari cukup"

"tidak, kau harus tetap menerima nya!" paksa Mauren.

"tidak mauren, itu semua bukan hak ku, kaulah yang berhak atas semua yang kau miliki, aku hanya bertugas membantumu." Ujar Revaldo masih sabar menghadapi sikap Mauren yang berangsur- angsur membara " ya sudah, terima kasih atas jamuannya, aku harus pulang masih ada urusan yang lain"

Mauren pun masih duduk di kursi tamu sambil melihat punggung Revaldo yang berlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

Sebenarnya apa yang di inginkan pria itu, perkataanya tadi sungguh membuat rasa bersalah bersarang pada Mauren, apa ada rencana lain yang revaldo akan lakukan. Mauren merasa bersalah jika revaldo harus hidup sengsara lagi seperti dulu. Revaldo yang telah bekerja keras untuk dirinya dari masa kesulitan hingga ia memiliki banyak harta, tapi revaldo tidak ingin menerima pemberiannya sedikit pun, sudah sekaya apa sih revaldo, sampai ia melakukan tindakan bodoh seperti tadi.

Ini adalah pertama kalinya Revaldo mengunjungi Mansion Mauren, tidak disangka waktunya akan sesingkat ini, seperti ada jarak di antara mereka, kecangguman, sepi, dan dingin, itu lah Susana yang mereka ciptakan saat bercengkrama. Tapi mau bagaimana lagi mungkin ini adalah jalan terbaik untuk diri mereka masing – masing.

MARRIAGE FOR INHERITANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang