Mayat Jane dievakuasi, dinding tulisan sekolah menjadi TKP, sedangkan atap sekolah untuk sementara waktu tidak boleh dikunjungi karena sudah dipasangkan garis polisi. Dan 2 orang polisi sedang meninjau rooftop sekolah, tempat jatuhnya korban. Dilihat dari mana pun juga, disana tidak ada tanda-tanda mencurigakan, dan mereka yakin jika korban yang bernama Jane itu hanya jatuh terpeleset.“Kayaknya bener nih, Pak, kalo korban emang jatuh kepeleset.” Salah seorang polisi mengamati dinding pembatas rooftop yang terdapat secuil darah, yang dibawahnya adalah sebuah TKP. Ia sendiri telah membayangkan bagaimana korban jatuh—dan meninggalkan goresan darah disana.
“Iya, saya juga mikirnya gitu, pak.” Polisi yang ada disebelah sana itu menarik diri dan beralih melihat ke rekannya. “Terus kira-kira ini gimana?”
Polisi pertama berbalik sambil menjawab, “Sepertinya memang harus ditutup, soalnya disini juga nggak ada tanda-tanda yang mencurigakan—Akh!” Teriaknya hampir terjungkal tapi langsung buru-buru jongkok dan duduk dibawah, menyender pada dinding pembatas rooftop dibelakangnya, dengan mata yang memejam menoleh ke rekannya.
“Ada apa Pak!?”
“Itu.” Polisi itu membuka mata dan bergidik ngeri. Membuat rekan sesama polisinya langsung melihat kearah yang dimaksud dan mendapati wujud menyeramkan didinding dekat pintu—ia mencoba memejamkan mata ketika sudah berhasil mengontrol diri, hatinya kemudian membaca do’a ayat kursi sambil mulai duduk untuk menenangkan pikirannya.
Selesai membaca do’a, polisi itupun membuka mata—tapi wujud itu tak kunjung hilang juga yang membuatnya memilih terang-terangan membaca Ayat Kursi. Dan lagi-lagi hantu itu masih ada, yang membuatnya memilih mengamati sosok tersebut dengan wajah jijik namun seksama. Jika dilihat-lihat, sosok itu sepertinya tidak bergerak sama sekali, bahkan hembusan angin yang terasa kencang sepertinya tidak mengenai sosok itu—tiba-tiba matanya terbelalak terkejut dan semakin fokus pada sosok itu ketika tidak sengaja mendapati bayangan lain didinding sana yang membuat sosok itu terlihat sedikit terpotong ujung pakaiannya.
Tunggu! Apa itu!
Polisi itu melihat lurus ke dinding yang berhadapan tepat dengan sosok tersebut—dan mendapati sebuah daun kering yang baru saja terbang dan menampakkan benda kecil dengan cahaya yang menyorot ke dinding yang terdapat sosok menyeramkan tadi.
Ia mengucek matanya sebelum akhirnya berjalan kedepan sana , ber niatan menghampiri sosok itu—
“Mau kemana!?” polisi yang masih duduk itu lantas langsung berdiri dan berlari menghampiri rekannya dan mencegah nya dengan menggenggam lengan temannya itu.
“Mau kesana—“
“Jangan! Udah nggak usah! Kita mending turun aja! Hantu kok dideketin.” Polisi yang pertama itu memilih menarik lengan temannya dan hendak akan membawanya menuju pintu tapi langsung dicegat dan memilih melepaskan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 7TH SENSE . TAMAT. (BLACKVELVET FT SEHUN LISA)
Short StoryPengamalan seorang pemuda pemilik indera ke-7 dalam mencegah teman satu kelasnya untuk tidak menjadi jahat. Yang membawanya menuju kasus Matagame, bola kematian, dan memecahkan kasus yang sudah menggilai teman sekelasnya itu. HANYA KARANGAN FIKSI...