THE 7TH SENSE - 8

240 47 34
                                    

Kamu bintang aku pena. Kamu baca aku bikin. Aku up kamu dukung. Saling mengenakan satu sama lain.

______________________________________

Disaat semuanya membaca do’a untuk Yana, Airin diam-diam malah membaca mantra dalam hatinya, entah mantra apa yang gadis itu ucapkan—namun tepat setelahnya, roh Yana pun pergi dari rumah sakit. Airin yang merasakan hal seperti biasa pun langsung melirik kearah perginya roh Yana sebelum akhirnya dikejutkan oleh Winda yang berbisik di telinganya—mengatakan jika Lesa sudah sadar dan mengajaknya keluar ruangan, melihat keadaan Lesa.

“Lo nggak papah kan?” Tanya Serli terlihat khawatir pada Lesa yang memang baru saja siuman dari pingsannya.

Lesa bangun dan duduk disebelah Serli, ia menatap kosong lantai rumah sakit sebelum akhirnya menangis ketika mengingat alasan dirinya ada disana. Mawar yang melihat itupun langsung ikut menenangkan Lesa seperti yang Serli lakukan.

Sedangkan disebelah Winda, Airin hanya memasang tampang dingin menatap Lesa. Untuk apa menangisi orang munafik seperti Yana?

Tak lama kemudian, ibu dari Yana pun keluar menghampiri mereka, mengatakan jika pemakan Yana akan dilakukan esok hari saja—mengingat ini sudah malam. “Lebih baik kalian pulang aja, nanti dicariin sama orang tua kalian—Yana udah ada orang tuanya.” Ia tiba-tiba terisak yang membuat mereka iba.

“Ya udah tante, kita pulang dulu—dan besok kita bakal kerumah Yana buat ikut ke makamnya.”

Ibu dari Yana mengangguk sedih sebelum akhirnya disusul kepergian sahabat-sahabat dari anaknya itu. Sesampainya diluar rumah sakit, tiba-tiba Mawar menyarankan sebuah ide. “Rin.”

Semuanya berhenti, dan melihat ke Mawar begitupun dengan Airin yang berada di sebelah Winda. “Apa?”

“Kita boleh nginep dirumah lo nggak?—kan rumah lo deket tuh sama rumah Yana—dan pemakaman Yana juga kayaknya bakal pagi-pagi banget, jadi biar nggak nungguin sana sini, gimana kalo kita nginep dirumah lo aja?—ya ... Itupun kalo lo nge bolehin si.” Mawar meringis tak enak.

“Bener kata Mawar,” setuju Joy. “Biar kita cepet ke rumah Yana nya, dan kita bisa bantu-bantu deh—Rin, boleh nggak?”

Secara pribadi Airin senang, karena teman-temannya akan bermain dengannya lagi—bahkan menginap dirumahnya—jadi kenapa kesempatan ini harus dilewati?Hitung-hitung berbaikan dengan Lesa—

“Kalo gitu gue pulang ya ...” pamit Lesa hendak berbalik namun segera Airin cegah.

“Lo nggak ikut kerumah gue?”

Lesa melihat Airin terkejut, tentu ia terkejut, karena temannya itu tiba-tiba mengajaknya bicara—bahkan bergabung bersama.

“Iya... Kasian lo, Les, Yana, kalo lo nggak ikut. Nanti yang ada lo telat lagi pas pemakaman nya.”

Lesa melihat Winda, lalu kembali beralih melihat Airin dan mengulum senyum, yang rupanya membuat Airin ikut tersenyum juga. “Ya udah, gue ikut.”

Kepergian mereka dari sana 50% menggunakan mobil Airin sedangkan sisanya menggunakan kendaraan masing-masing. Tujuan sendiri tentu kerumah Airin—dan  seperti biasa, mereka akan takjub setiap kali memasuki rumah bak istana milik keluarga Airin. Walau ini bukan pertama kali, tapi ini sendiri menjadi waktu mereka lagi berkunjung kerumah Airin.

“Eh, udah pulang, gimana kondisi Yana?” Ibu Airin bertanya sambil bersalaman dengan sahabat-sahabat anaknya sebelum akhirnya Airin memeluknya. “Loh kenapa? Anak mama kenapa?”

“Yana udah nggak ada, ma, dia dinyatakan meninggal.” Ia kemudian berakting menangis dan itu sangat bagus sehingga membuat sahabat-sahabat nya iba. “Yana meninggal gara-gara Airin—“

THE 7TH SENSE . TAMAT. (BLACKVELVET FT SEHUN LISA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang