Kamu bintang aku pena. Kamu baca aku bikin. Aku up kamu dukung.
Pagi itu kelas sunyi, tidak berani berisik setelah pengumuman kematian Sinta diumumkan. Kelas yang awalnya sangat ramai karena meja dekat pintu itu langsung sepi karena pemilik meja yang dikatakan telah tiada karena bunuh diri dirumahnya. Kronologinya sendiri, Sinta ditemukan tewas di sisi ranjang dengan tangan yang mencekik leher menggunakan kawat. Belum diketahui motifnya apa, tapi banyak yang menduga jika Sinta tidak siap menanggung malu karena telah kalah dengan Lesa di masalah kemarin.
Sean menoleh, melihat Lesa yang berada disebrang Harun. ‘Gue nggak nyangka kalo lo bakal bener-bener bunuh Sinta, Les,’ batinnya sebelum kembali melihat kedepan. Disini ia kecewa, tapi disisi lain ia juga bingung, ia bingung dengan kejadian ini yang tidak muncul dalam pikirannya ketika menerawang masa depan Lesa. Terlebih lagi dengan cara membunuhnya yang katanya menggunakan kawat, sedangkan dalam penglihatan Sean sendiri pembunuhan Sinta akan Lesa lakukan dengan pisau dapur sekolah. Dan itu terjadi ketika selesai pelajaran olahraga.
Apa kemampuan nya telah berkurang?
Sedangkan diposisi Lesa sendiri, ia syok. Ditambah fakta bahwa Sinta bunuh diri dengan alasan seperti yang telah menyebar membuatnya bersalah—karena ia sendiri sadar jika baru kemarin masalahnya dengan Sinta kelar, walau tidak dengan baik-baik. Lesa sendiri sebenarnya ber niatan menyebutkan nama Sinta di bola Matagame miliknya malam tadi—tapi tidak jadi karena ia masih punya hati.
“Nih, buat lo.” Gina yang baru saja kembali dari kantin langsung memberikan Lesa minuman yang sama.
Lesa melihat Gina lalu beralih ke minuman di depannya.
“Gue tau lo syok.” Gina memperbaiki posisi duduknya. “Tapi mau gimana lagi? Toh, udah kejadian. Walau gue sebenernya lega pas tau dia bunuh diri—“
Lesa menoleh terkejut, “Maksud lo.”
“Itu tandanya hidup lo udah tentram.” Gina meminum minumannya sendiri sebelum akhirnya Lesa bergumam jujur sambil mengambil minuman didepannya dan meminumnya saat itu juga. “Hidup gue jadi nggak tenang, Gin.”
Kamar mandi itu terlihat sepi, tapi tidak dengan didalamnya, lebih tepatnya di WC khusus wanita yang bersebelahan dengan WC pria.
“Gue denger ... Sinta mati?” Siswi berambut ungu muda yang baru saja memakai lipstik dengan tag name Soya itu celetuk bertanya yang membuat teman-teman nya melihat kearahnya sekilas sebelum kembali pada kegiatan masing-masing yaitu memperbaiki penampilan.
“Bukan denger lagi ... Tapi emang iya, kan tadi udah diumumin,” ucap siswi berambut biru tua ber tag name kan Serli yang baru saja memakai WC dan ikut bergabung dengan teman-teman nya.
“Eh, Lesa kenapa sih? Kok jadi diem gitu?” Yana, siswi berkepang dua dengan rambut pirang itu tiba-tiba teringat Lesa karena kelas mendiang Sinta yang sama-sama 11B.
“Iya, nggak pernah keluar dari kelasnya juga.” Tag name Winda, siswi berambut hitam pendek yang saat jam olahraga lalu pernah membawa Lesa pergi itu ikut nimbrung. “Waktu keluar ambil paket juga kudu gue samperin dulu baru mau keluar dari kelas tuh anak.”
“Dia udah kayak anak idiot nggak sih?” Siswi berambut panjang sedikit gelombang dengan warna coklat terang yang bertag name kan Jane itu celetuk mengeluarkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 7TH SENSE . TAMAT. (BLACKVELVET FT SEHUN LISA)
Short StoryPengamalan seorang pemuda pemilik indera ke-7 dalam mencegah teman satu kelasnya untuk tidak menjadi jahat. Yang membawanya menuju kasus Matagame, bola kematian, dan memecahkan kasus yang sudah menggilai teman sekelasnya itu. HANYA KARANGAN FIKSI...