“Korban Joy meninggal pada pukul delapan lebih dua puluh menit pada malam minggu tadi. Sebelum meninggal, korban sempat menghubungi saudara Mawar pada pukul delapan lebih lima menit, selang lima belas menit sebelum korban meninggal. Lalu sebelumnya, mereka, Korban dan teman korban sempat berkomunikasi melalui chat whatsapp pada pukul setengah tujuh malam dan berencana kerumah Serli. Jadi bu, bisa panggil atau tunjukkan saja rumah Mawar itu, karena satu-satunya jalan untuk memecahkan kasus ini hanya pada orang yang semalam bersangkutan.”
Dengan terus merangkul istrinya yang masih menangis semenjak mayat anaknya ditemukan tewas oleh tukang bersih-bersih, ayah Joy menjawab, “Bisa pak, rumah nak Mawar sendiri nggak jauh dari sini, dia sahabat kecil anak saya.”
Polisi manggut-manggut, “Seperti yang sudah bapak bilang sebelumnya kalau korban Joy meminta izin pergi bersama Mawar kerumah Serli, jadi bisakah anak yang bernama Serli itu dipanggil juga, pak?”
“Bisa pak, saya akan meminta Mawar untuk memanggil Serli juga.”
“Makasih atas kerja sama nya, Pak.” Polisi yang sedari tadi terus berbicara itu kini berbalik, menghadap rekannya yang sesama polisi untuk membawa Mawar dan Serli kerumah Joy.
“Ada yang bisa saya bantu pak?” Ibu Mawar bertanya pada polisi yang siang ini mengunjungi rumahnya.
“Ibu anaknya ada?” Tanya Polisi.
Ibu Mawar mengangguk pelan, “Ada, dia lagi ke rumah temennya, kalo boleh tau ada apa ya pak? Kok nyari-nyari anak saya?”
“Temennya? Siapa bu temennya?”
“Lesa pak, dia anak komplek pertama.”
Polisi manggut-manggut. “Boleh nyuruh anaknya buat pulang dulu nggak bu?”
Ibu Mawar mengerjapkan mata dengan sabar. “Bapak beritahu saya dulu alasan bapak manggil anak saya.”
“Baik, jadi gini bu. Siang jam sembilan tadi, pekerja bersih-bersih komplek Harum indah menemukan seorang mayat gadis SMA bernama Joy.” Ibu Mawar terlihat terbelalak terkejut. “Ibu kenal Joy?”
Ibu Mawar mengangguk cepat, “Dia sahabat anak saya.”
“Nah, anak ibu sahabatan kan? Sama mendiang Joy? Kebetulan sebelum korban meninggal orang terakhir yang dihubungi dan berkomunikasi sama korban adalah saudara Mawar.”
“Jadi maksud bapak anak saya ngebunuh Joy?” Ibu Mawar seketika tidak terima.
“Saya nggak bilang kayak gitu, yang bilang kayak gitu ibu.”
Ibu Mawar terlihat menghela nafas dengan kesal.
Benda pipih mulai Ibu Mawar tempatkan pada telinga bagian kirinya. “Hallo sayang, kamu pulang dulu sini, ada yang pengen ketemu.” Ia melirik sinis polisi didepannya. “Bunda nggak kenal, tapi kayaknya temen sekolah kamu deh, jadi pulang sekarang yah? Kasian lho ini nungguin.”
***
“Les.” Mawar turun dari kasur dan memasukkan ponsel miliknya yang sudah mati sambungan telepon nya kedalam saku celana jeans yang dipakai nya.
Lesa yang sedang membaca novel di meja belajar mengalihkan perhatiannya. “Apa?”
“Gue pulang dulu yak.” Mawar berjalan menghampiri Lesa.
“Lah? Kok cepet banget? Biasanya sampe sore.”
Mawar menghela nafas. “Bunda nyuruh pulang, katanya dirumah ada temen sekolah.”
“Siapa?”
Mawar menaikkan dua bahunya bersamaan. “Ya udah lah, gue pulang yah, kasian nunggu lama nanti orangnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 7TH SENSE . TAMAT. (BLACKVELVET FT SEHUN LISA)
Short StoryPengamalan seorang pemuda pemilik indera ke-7 dalam mencegah teman satu kelasnya untuk tidak menjadi jahat. Yang membawanya menuju kasus Matagame, bola kematian, dan memecahkan kasus yang sudah menggilai teman sekelasnya itu. HANYA KARANGAN FIKSI...