"Om bukan Abi Zizah!"Bagai terkena godam, Agam hancur ketika mendengar kalimat itu.
Bukan hanya Agam tapi semua orang termasuk Sukma. Sukma bingung kenapa anaknya seperti itu, bukankah selama ini Zizah selalu menanyakan dimana Abinya? Kapan Abinya pulang? Lalu kenapa sekarang dia berbicara seperti itu.
"Zizah, kok ngomong gitu nak?" tanya Sukma.
"Sayang itu Abinya Zizah anak Omah," ujar Ajeng membuat Zizah terkejut dan langsung menjauh dari Ajeng membuat wanita setengah abad itu terkejut.
"Nak," tegur Sukma dan berjalan mendekati Zizah.
"Zizah ini Abi nak, Abi Zizah. Zizah gak rindu?" tanya Sukma dengan cepat Zizah menggeleng.
Hal itu membuat semua orang terkejut bahkan Agam langsung lupa dengan tujuan awalnya datang kesini.
"Ummi kenapa gak bilang kalo mereka itu keluarganya Om itu?" tanya Zizah dengan tatapan tajamnya bahkan matanya sudah memerah.
"Bukannya Zizah kangen Abi?" tanya Zilah yang sedari tadi diam di anak tangga.
"Zizah gak kangen Abi! Zizah gak mau punya Abi!! Abi Zizah jahat!! Keluarga Abi jahat!! Udah buat Ummi menderita!!! Zizah benci!!!" teriak Zizah dan langsung berlari keluar rumah dengan cepat.
Sukma terdiam sekaligus terkejut, demi Allah Sukma tak pernah mengajarkan hal itu pada putrinya. Bukan hanya Sukma tapi semua orang yang disana juga terkejut. Agam menatap Sukma dengan tatapan sayunya dan Sukma hanya bisa menggelengkan.
"Ummi! Zizah Ummi!! Asmanya pasti kambu kalo dia lari!!!" teriakan Zilah membuat Sukma tersadar dan langsung mengejar Zizah semua orang juga ikut mengejar Zizah yang sudah keluar dari pekarangan rumah.
"Zizah!! Jangan lari nak!! Nanti sakit lagi!!" teriak Sukma dan terus mengejar Zizah yang sudah cukup jauh.
Mereka semua juga ikut mengejar Zizah tidak termasuk Zilah dan Angela, keduanya terlibat adu mulut.
"Ini semua pasti gara-gara kamu kan?!" tanya Zilah.
"Kok salah aku?"
"Kamu rebut Abinya Zizah!"
"Aku gak rebut Abinya Zizah, itu Papa aku!"
"Gak percaya aku!"
"Terserah!"
Zilah memutuskan untuk ikut berlari disusul dengan Angela.
Kembali pada Zizah yang sudah terlihat lemas dengan nafas yang memburu air matanya yang tak henti mengalir. Dia tak pernah mengira jika itu adalah keluarga dari orang yang sudah membuat Umminya menderita.
Zizah pikir mereka adalah kerabat Umminya, itulah mengapa Zizah dengan anteng duduk dipangkuan Ajeng tadi. Jika saja Zizah tahu sejak awal maka sudah lama dia kabur.
Zizah mulai memelankan larinya sembari memegangi dadanya yang sudah terasa sakit, nafasnya memburu tak teratur. Rasanya paru-parunya menyempit, membuatnya susah bernafas.
Zizah tiba di persimpangan terus berjalan semua orang di belakangnya masih cukup jauh. Zizah terus berjalan hingga tak sadar ada semua mobil melaju kearahnya dengan kecepatan tinggi.
Sukma yang melihat itu langsung berteriak.
"ZIZAH AWAAAASSSS!!!!"
BRAAK
"Agam!!" teriak Ajeng melihat putranya tertabrak mobil yang sudah kabur.
Zizah yang terdorong ke bibir jalan dengan posisi tergeletak. Zizah masih memiliki kesadaran matanya menatap sang Ayah dengan tatapan yang mulai meredup.
Sedangkan yang ditatap sudah terbaring tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari beberapa area tubuhnya.
"A-Abi," gumam Zizah sebelum kehilangan kesadarannya.
Sukma langsung memeluk putrinya dengan tangisan sedangkan Ajeng memeluk anak laki-lakinya yang lebih dengan darah.
"Ayo kita langsung bawa mereka kerumah sakit!" titah Akmal cemas. Angga langsung berlari mengambil mobil.
"Agam bertahan Nak," ujar Ajeng dalam kepanikan.
"Zizah, hei nak. Bangun sayang," lirih Sukma. Sukma menatap sang mantan suami semakin menjadi pula tangisnya.
Tak lama mobil yang di ambil oleh Angga datang. Angga dan Akmal membopong tubuh Agam sedangkan Alex anak kedua dari Akmal dan Ajeng langsung menggendong tubuh mungil Zizah yang tak berdaya.
Ajeng, Sukma, Angga dan Akmal langsung berangkat duluan dengan mobil tadi, sedangkan sisahnya tadi kembali kerumah guna mengambil mobil lagi untuk menuju kerumah sakit.
Zilah langsung digendong oleh Salsa sedangkan Angela, bahkan kehadirannya tidak dianggap. Tapi tak mengurungkan niatnya untuk ikut menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalan kedua wanita itu sama-sama menangisi anak mereka, darah yang keluar dari kepala Agan tak berhenti keluar sedangkan Zizah belum juga menunjukkan tanda-tanda kesadarannya.
Inilah penyakit Zizah, jika sudah Kambu dia bisa saja koma lebih dari satu hari. Sukma takut jika Zizah kembali koma lagi.
Mereka tiba dirumah sakit. Angga langsung memanggil perawat, empat orang perawat dengan dua brankar langsung menghampiri mereka.
Mereka langsung mendorong brankar tersebut dengan cepat Sukma terus meracau tidak jelas begitu juga dengan Ajeng.
"Maaf Pak Buk, kalian tidak boleh masuk." Mereka semua hanya bisa pasrah dan menunggu di kursi tunggu depan ruangan IGD.
"Zizah, Ummi mohon nak jangan lagi," lirih Sukma dengan iringan tangis.
Ajeng disebelahnya juga tak kalah khawatirnya dengan Agam.
"Jangan tinggalin Mama nak," gumam Ajeng yang masih dapat didengar oleh Sukma.
"Maafin Sukma Ma, harusnya Sukma gak kembali." Ajeng menoleh dan langsung memeluk tubuh Sukma dengan erat dan tentu itu dibalas oleh empunya.
"Gak nak, kamu gak salah. Mama juga kalo jadi Zizah atau jadi kamu, Mama pasti kecewa dan marah." Sukma menggeleng.
"Zizah gak pernah tau apa yang terjadi sebenarnya Ma. Bahkan selama ini Zizah selalu menanyakan dimana Abinya, siapa Abinya, dan banyak hal tentang Abinya. Tapi tadi," jelas Sukma tanpa menghentikan tangisannya.
Angga dan Akmal hanya menyimak pembicaraan dua wanita tersebut.
"Sudah-sudah, sekarang kita berdo'a saja untuk keselamatan mereka." Kedua wanita itu mengangguk mendengar ucapan Akmal.
Tak lama setelahnya muncul lah Alex dengan sang Istri dan kakak iparnya, jangan lupakan dua gadis kecil tersebut datang dengan tergopoh-gopoh.
"Ummi," panggil Zilah dan langsung memeluk ibu angkatnya dan dibalas dengan lembut dari Sukma.
"Gimana keadaan mereka Mas?" tanya Salsa pada suaminya.
Angga hanya menggeleng sebagai jawaban, Salsa mendekat dan membawa Angga untuk duduk di kursi tunggu. Angga hanya mengikut saja.
"Papa," lirih Angela, Ajeng melirik dan langsung berdiri.
"INI SEMUA SALAH KAMU!! COBA SAJA KAMU IKUT MATI BERSAMA IBU KAMU!!" bentak Ajeng membuat Angela terkejut dan ketakutan.
Tak ada yang berniat membela gadis kecil itu, Sukma yang tak tega pun menghampiri gadis kecil tersebut membuat semua orang terkejut.
"Tenang nak, ini bukan salah kamu kok. Semua udah jadi takdirnya Allah," ujar Sukma sembari memeluk Angela yang hendak menangis, menyalurkan kehangatan dan ketenangan pada Angela.
"Sukma!! Apa-apaan kamu ini! Kenapa kamu malah meluk dia!!" teriak Rere. Sukma melepas perlahan pelukannya.
"Yang salah bukan dia, yang salah Ibunya. Kita tidak bisa menyalahkan dia yang tidak apa-apa tentang semua ini, dia gak tahu apa yang udah dilakukan oleh Ibunya. Jangan membuat psikisnya rusak, dia bisa saja terserang penyakit-penyakit mental karena hal ini." Semua orang terdiam termasuk Angela.
Gadis kecil itu menatap Sukma dengan tatapan sayu. Dia kira wanita ini sama seperti mereka.
"Makasih Tante."
![](https://img.wattpad.com/cover/258655143-288-k84595.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ummi dimana Abi? [ENDING]
Ficción General"Mas aku gak selingkuh." Ketika sebuah fitnah datang di tengah pernikahan antara Sukma dan Agam di saat Sukma hamil 6 bulan. Orang ketiga yang juga hamil yang notabenenya adalah teman lama Agam membuat rumah tangga mereka hancur. Tak ada yang membe...