Happy reading, dan jangan lupa vote semua :))
•
•
•
"Manfaat matematika itu banyak, bandingin jasa lo ke gua, sama jasa gua ke elo contohnya,"—Aluna Geraldine Helene.
•
Hari yang cerah untuk merasa frustasi, ah tidak ini terlalu cerah bahkan.
Hari ini sungguh tak pernah dinantikan oleh Aluna bahkan untuk kapanpun. Hari casting teaternya.
Ia tak punya motivasi apapun untuk mengikuti casting hari ini, tadi malam ia sudah menyusun rencana berplan-plan untuk kabur dari acara casting yang hanya ia ikuti untuk formalitas belaka.
Aluna meruntuk dalam hati, seharusnya ia tak mengiyakan hasutan teman-teman nya hanya karena ia sedang tak dalam mood untuk berdebat, ini sangat merepotkan.
Bahkan selama pelajaran pertama berlangsung Aluna hanya diam dan merancang rencananya untuk kabur--lagi. Aluna tak menghiraukan Bu Susi yang sejak tadi sudah memperhatikannya diam-diam.
"Nak Aluna kamu mikir apa," Bu Susi mulai berbicara sambil membawa buku paket Matematka di tangannya.
"..."
Hening tak ada sautan dari yang dipanggil, semenjak tadi Aluna menulikan telinganya dari semua hal, termasuk Gea yang sudah frustasi untuk mengodenya agar tak lebih menjadi mangsa Bu Susi hari ini.
"Heh jangan gini, gua ikutan kena ntar," Gea semakin kencang saja berbisik, mungkin sudah tak bisa dibilang berbisik lagi sekarang.
"Diem, diem, renungan," Aluna tetap saja tak peduli, sungguh Gea rasanya ingin mengumpat.
"Lun Febian noh sama angel lewat depan jendela." Gea menyumpah serapahi ucapannya barusan yang langsung membuat Aluna reflek menoleh dan berujar sedikit keras.
"Hah mana." Sekejap hampir semua pasang mata dikelas tertuju kepada mereka berdua.
Sial ini menyebalkan, ia sudah pasti akan diusir dari sini.
"Aluna, Gea Keluar sekarang!!!" Bu Susi murka, terlihat dari matanya yang sudah perapi-api, sedang Aluna, oh ya tuhan tolonglah Aluna bahkan masih cengo ditempatnya duduk sekarang.
Gea segera menarik tangan Aluna yang masih saja tak paham kondisi saat ini.
"Ih kenapa kita keluar ge?" Tanya Aluna ketika mereka sudah berada di luar kelas.
"Kok jadi elo yang lemot," Gea frustasi mengusap wajahnya kasar.
Pasrah, akhirnya mereka keluar dengan kepala tertunduk, walau si biang nya masalah masih saja tak paham.
"Kita mau kemana Ge," ujar Aluna.
"Ke kantin ayok, kalo udah begini ga dimanfaatin rugi dua kali kita," usul Gea sesat.
"Yaudah yuk." Menurut satu-satunya hal yang bisa Aluna lakukan saat ini.
••••
"Pssst ... pssst mbak Surti," Gea menundukkan kepalanya di samping meja mbak Surti, sedikit bersembunyi dibalik kain putih alas meja itu sambil menggandeng Aluna agar ikut bersamanya.
"Eh ada apa?" Mbak Surti tergopoh-gopoh melihat mereka berdua yang wajahnya sudah was-was sedari tadi.
"Belakang kosong nggak mbak?" tanya Gea.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEBIAN [ON GOING]
Teen Fiction❝kita tak tau kapan harus berhenti jatuh cinta❞ Dua sajak rumpang yang berkelana di dunia penuh kepura-puraan, saling beriringan dalam perjalanan mereka untuk berkelana lebih jauh, menyisir senja dalam renungan kedua insan yang tak tau kapan saling...