[24] Pada Waktu Itu, Semua Lepas Kemudi ⚠️

769 209 43
                                    

[CW: kata-kata kasar dan percobaan sexual harassment secara implisit]

Kalau hal tersebut mengganggu / membuat kamu tidak nyaman, tolong lewati.
Inti dari part ini: Tian nyoba nunjukin 'hal menyenangkan' lewat dunia malam dan Laras nyoba nyadarin Ladin.

Inti dari part ini: Tian nyoba nunjukin 'hal menyenangkan' lewat dunia malam dan Laras nyoba nyadarin Ladin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari pasca kejadian itu. Seharusnya, Ibu besok pagi pulang ke rumah. Ayah ... entahlah. Mungkin Ayah masih berurusan di kantor polisi, tidur di rumah saudara, atau di mana pun tempat yang tidak Ladin ketahui.

Dia tidak siap untuk menyambut apa-apa yang akan dilihatnya besok. Sebab itu, Ladin memilih untuk kembali menapaki jalan seorang diri pada gelapnya malam. Ia berjalan lurus, tak berarah jelas. Untuk sekadar melepas penat atau membuat fisiknya lelah agar Ladin dapat tidur setelah berjalan kaki jauh.

Jemarinya mengusap pelan bekas sayatan luka di lengannya, lalu memejamkan mata. Ada rasa sesak, perasaan bersalah, marah, ingin menolak, dan sebagainya. Dia ingin sekali marah pada dunia sebab memberinya banyak luka, sehingga dia pun kalut untuk kembali balas melukai diri. Dia benci dunia. Sayangnya, Ladin justru melampiaskan itu pada dirinya sendiri.

Bruk!

Langkah Ladin berhenti sebab tak sengaja bertubrukan dengan seseorang. Wajah pucatnya mendongak untuk melihat siapa yang ditabraknya. Baru akan menggumamkan kata maaf, ia justru urung bersuara ketika menyadari siapa orang itu.

"Ladin ... bukan, sih?" Laki-laki berperawakan tinggi itu kontan bertanya ketika menemukan sosok familier di depannya. "Ini Tian, yang kerja di Karsa!"

"Oh," balas Ladin dengan suara pelan. "Iya."

"Mau ke mana?"

"Nggak tahu."

"Lho, kenapa? Masa nggak ada tujuan mau pergi ke mana?"

Ladin tidak menjawab. Memang benar hidupnya sedang tidak bertujuan ke arah mana pun.

"Kamu ... kelihatan berantakan," ungkap Tian. Matanya dengan gerak cepat menelusuri bagian tubuh Ladin dari atas sampai bawah, kemudian mengulum senyum. "Lagi banyak masalah, ya?"

Ladin pikir, Tian adalah laki-laki asing. Maka, dia hanya menggeleng samar untuk kemudian kembali berjalan meninggalkan Tian yang berhenti dengan motornya. Dia sadar bahwa laki-laki itu tetap mengikutinya dengan mengendarai pelan kendaraannya. Namun, Ladin memilih untuk seolah menganggap bahwa Tian tak ada.

"Ladin, Ladin," panggil Tian dengan nada menggemaskan. Dia memblokir jalan perempuan itu dengan merentangkan tangan kiri. Senyum Tian lantas merekah saat Ladin memberi atensi padanya. "Kalau nggak mau ke mana-mana, ikut aku aja."

"Ke mana?"

"Ke tempat yang bikin kamu ngerasa lebih baik?"

Ladin tidak pernah mengetahui bahwa di dunia ini, ada tempat yang membuatnya merasa lebih baik. Jadi, dia bertanya, "Di mana?"

Fase dalam Lingkaran [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang