[18] Kedekatan; Penetrasi Sosial

1K 236 119
                                    

Ini flashback dikit sebelum Ladin masuk kuliah lagi di semester 5. Semoga ngga bingung hehehe :D


Ada suatu malam di Karsa yang membuat Ladin berpikir tentang proses kedekatan manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada suatu malam di Karsa yang membuat Ladin berpikir tentang proses kedekatan manusia. Berlatar suara musik yang memekakkan telinga, juga pendar cahaya yang sayup-sayup masuk ke taman belakang. Ladin memilih untuk tetap diam ketika Kala mengambil posisi duduk di sebelahnya, mengeluarkan rokok, dan membunuh waktu tanpa memecahkan suara.


Itu pertama kalinya Ladin kembali menjadi perokok pasif setelah percobaan merokoknya dengan Laras beberapa hari yang lalu. Waktu di mana ia dan Laras tidak lagi saling melempar pandangan sinis tanpa sebab. Perempuan berambut pendek itu justru berinisiatif saling bertukar kontak. "Siapa tahu perlu," begitu kata Laras.

Setelah duduk saling diam selama 15 menit, Kala membuang puntung rokoknya terlebih dahulu sebelum beralih pada perempuan di sampingnya. Menatap sesaat untuk menerka isi pikiran Ladin sebelum memutuskan untuk berbicara.

"Hari ini terakhir kerja di Karsa, ya." Pernyataan itu keluar selepas tangan Kala mendekap lututnya. Mengikuti kegiatan Ladin, ia pun sama menopang dagu di atas lutut dengan mata yang fokus menatap langit malam.

"Iya."

"Jadi, gimana?"

"Nggak gimana-gimana."

Tawa kecil Kala lepas setelah mendengar jawaban Ladin. Pada dingin malam itu, jaket yang dikenakannya semakin merapat pada tubuh, menghalau dingin yang perlahan mengikis suhu hangat tubuhnya.

Ada banyak sekali hal yang berputar di kepala Ladin sekarang. Tentang keluarganya, perkuliahan, kehidupan malamㅡsegala hal mendadak diajukan otaknya sebagai kalimat tanya. Beberapa hari ini, ia merasa muak dengan kehidupannya sendiri. Perasaan muak hingga mampu mencecarnya agar memiliki keberanian untuk melawan Ayah. Berani melawan sosok laki-laki yang dahulu selalu menjadi penyebab utama kebahagiaan Ladin. Itu sebuah kemajuan atau perlawanan?

Ladin paham betul sikap denialnya selama ini. Berlagak tidak tahu apa pun, takut melindungi Ibu dari jeratan Ayah, juga sikap pilonnya pada luka di sekujur tubuh Ibu. Bukan sekali-dua kali Ladin menangis diam-diam karena itu. Ada sebab yang membuatnya enggan ikut andil dalam pertengkaran Ayah dan Ibu selama ini.

Ladin takut ia harus berada di sebuah arena panah, di mana Ayah duduk pada sasaran objek dari bidik kebenciannya. Ia begitu takut untuk menerima fakta bahwa pahlawan di hidupnya itu sudah bukan lagi berperan penolong, tapi pembunuh kebahagiaan. Ia tidak mau menerima kenyataan pahit itu, dan bertingkah seolah tak peduli pada Ayah adalah kelelahan yang Ladin rasakan akhir-akhir ini.

"Makin hari, bintang makin sedikit, ya." Suara Kala kembali menjadi pemecah keheningan. Matanya menyelisik langit gelap, mencari-cari barang satu bintang lain yang tersembunyi di balik gumpalan awan.

Fase dalam Lingkaran [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang