[30] Kaleidoskop

2.1K 257 111
                                    

guys sori part ini panjang BANGETTT ;_; 

Lahirnya anak laki-laki pada sepuluh tahun silam menabur kabar gembira pada rumah kecil di salah satu titik Kota Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lahirnya anak laki-laki pada sepuluh tahun silam menabur kabar gembira pada rumah kecil di salah satu titik Kota Bandung. Sebagaimana anak yang ditaruh harapan begitu besar, Aftakala Reza adalah bukti senyata-nyatanya.

"Aa' tau kenapa kita perlu berjuang?" tanya Ayah ketika anak laki-laki berumur sepuluh tahun itu mengeluh malas belajar. "Karena orang seperti kita tidak bisa berharap apa-apa kepada manusia. Kalau mau sesuatu, kejar. Uang memang bukan yang utama, A'. Tapi kita gak bida hidup tanpa uang."

Kala yang masih kecil tentu tidak mengerti banyak ucapan Ayah. Anak laki-laki itu hanya mengerti bahwa dia sebentar lagi akan mendapatkan adik, dia bukan lagi anak bungsu. Karena itu Ayah dan Bunda memanggilnya 'Aa' dan memanggil Reza 'Kakak'.

Tapi di suatu sore setelah pembicaraan itu, kabar duka mengantar orang rumah. Reza ditabrak oleh pengemudi mobil yang mabuk dan menyetir ugal-ugalan. Kecelakaan itu pada akhirnya membuat Reza harus mengikhlaskan kedua kakinya dan menghabiskan hidup di atas kursi roda.

Seolah bencana belum selesai sampai di sana, Bunda keguguran tak lama setelahnya dan Ayah menangis besar bersama wajah Bunda yang pucat pias. Itu adalah dingin yang paling menggigil di rumah ketika Reza kehilangan kaki dan keluarganya kehilangan satu calon anggota hidup.

Sehingga kesunyian panjang yang menyakitkan itu membuat keputusan besar akhirnya datang.

Ayah memilih untuk pindah ke Semarang dan melupakan segala hal menyedihkan yang ada di Bandung. Kala yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menurut untuk mengikuti kemauan kepala keluarga di rumahnya, kan?

"Hari ini aku juara satu."

"Hebat. Bagus, harus seperti itu."

Kata Ayah begitu, harus seperti itu. Ucapan Ayah terdengar bahwa Kala memang dituntut untuk juara satu dan menjadi orang pintar.

"Ayah, aku dapat beasiswa."

"Bagus, harus seperti itu. Biaya terapi Kak Reza mahal, A."

Kala tidak ingin beban keluarganya semakin besar. Jadi, ketika beasiswa dapat diraihnya di kelas 11 SMA, Kala merasa sangat puas. Dia senang ketika uang untuk SPP sekolahnya bisa dialihkan untuk membeli alat bantu pendengaran Kak Reza. Apa lagi ketika Kak Reza bilang, dia mulai dapat mengecap berbagai nada meski samar.

"Aku menang juara debat seprovinsi, Yah."

"Bagus. Aa' memang harus seperti itu."

'Seperti itu' bagaimana maksudnya? Laki-laki berumur 17 tahun itu ingin bertanya sejauh apa lagi penghargaan yang perlu diraihnya agar Ayah merasa puas atas pencapaiannya. Karena sejujurnya, Kala mulai tidak paham arah tujuannya saat ini.

Fase dalam Lingkaran [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang