12

2 0 0
                                    

Inara mensyukuri keputusannya. Sejak pacaran dengan Gilang, hari-harinya jadi lebih berwarna. Bahkan saat dirinya harus bertemu dengan sahabat-sahabat Gilang yang juga adalah kakak kelasnya saat SMA yang dulu dibencinya, dia justru lebih menemukan kekonyolan yang mengubur rasa bencinya.

Gilang bersama Adit yang satu kampus dan sudah dikenalnya, Wira dan Haris yang kuliah di luar kota, jika pulang saat liburan selalu berkumpul dan menjadikan rumah Gilang sebagai markas mereka. Mereka juga menghargai keputusan Gilang yang sudah tidak ingin hang out melewatkan malam di klub. Mungkin karena bos besar yang sering mentraktir mereka sudah tobat, mereka juga ikut tobat.

Rupanya pacar Wira dan Haris ada di Jakarta. Inara pernah diajak Gilang triple date dengan mereka, sambil membahas Adit yang kebetulan jomblo saat itu dan ngambek karena ditinggal para sahabatnya ngedate.

"In, cariin cewek tuh si Adit. Adit cerita garing di teknik. Biasanya anak FIB kan cantik-cantik tuh," ujar Haris yang kalau bicara suka ceplas ceplos. Akibatnya saat itu langsung menerima komplain dari Nita, pacarnya.

"Kok kamu tahu anak FIB cantik-cantik? Suka hunting juga ya di UGM?" sahut Nita sambil menjewer telinga pacarnya itu.

"Yang ampun deh, nanti kupingnya jadi lebar kamu nggak mau lagi sama aku."

"Nggak usah tunggu telinga kamu lebar, kalau mata kamu suka belanja bakalan aku PHK." Kali ini Nita memelototkan mata pada Haris.

"Kapok deh lo." Wira terkikik melihat Haris yang salah tingkah. Sementara Cindy, pacar Wira, Gilang dan Inara hanya tersenyum melihat hiburan dari sepasang kekasih di depan mereka.

Inara memperhatikan di antara keempat sahabat itu Gilang paling diam. Mungkin kalah pamor dengan ketiga sahabatnya untuk soal konyol. Namun jangan ditanya jika hanya berdua Inara, usil dan gombalnya minta ampun. Selama bersama para sahabat Gilang, Inara merasa dihargai. Tidak ada jejak kebrengsekan mereka yang pernah mengolok-oloknya. Hal itu meyakinkan Inara bahwa apa yang mereka lakukan dulu murni karena iseng dan tidak ada niat untuk menghina, terlebih untuk merundung.

"Bro, akhir semester ini gue wisuda pada datang ya. Jakarta-Bandung bisa naik mobil nggak pakai nginap. Ya, ya," pinta Wira. "Jangan lupa Adit juga ajakin, jangan mentang-mentang jomblo sendiri ditinggalin. Syukur-syukur kalau dia juga udah dapat gandengan."

"Gue juga wisuda lho. Elo pada ke Yogya juga ya," pinta Haris tidak mau kalah.

"Mending jadiin satu aja syukurannya di Jakarta biar kalian bisa ngirit, patungan. Kita-kita juga nggak perlu gantian gitu. Nah elo berdua sama-sama wisuda, Adit kan juga wisuda. Justru lebih penting sekarang gimana biar Adit udah punya pendamping saat wisuda nanti," usul Gilang.

"Nah, betul tuh. Soal Adit kan gue udah titip Inara buat cariin," sahut Haris sambil mengangkat-angkat dagunya ke arah Inara, membuat jambul rambut ikalnya bergerak dan membuat wajahnya makin lucu.

"Iya juga sih. Oke gitu aja ya. Terus elo setelah lulus tahun depan jadi lanjut S2 Gi?" tanya Wira. "Nggak bosen lo kulian melulu, belajar melulu?"

"Kuliah S2 maksimal dua tahun. Kalau bisa ambil di luar malah bisa satu atau satu setengah tahun. Gue mending ngejar itu dulu baru fokus kerja sih."

Haris mendecak "Wow...terus habis itu tinggal lamaran dong."

Seketika ucapan Haris membuat wajah Inara memerah. Mereka belum pernah membahas ke arah sana, meski Gilang sudah pernah cerita Inara tentang rencana melanjutkan S2 di NTU, Singapura. Di mata Inara, Gilang bukan hanya pekerja keras, namun ternyata juga punya pendirian dan visi untuk masa depannya.

Pemikiran Inara yang menurutnya sederhana mulai terpengaruh dengan pemikiran Gilang yang visioner. Keinginan Inara untuk menjadi pengajar sambil menjadi penulis buku anak, disambut Gilang dengan konsep bisnis tanpa melupakan rencana awal untuk membantu anak yang tidak mampu. Setelah buku pertama yang dicetak sendiri oleh Gilang, dia membantu Inara menerbitkan secara indie, kemudian membuat strategi pemasaran dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Usaha kerja sama Gilang dengan Adit sudah semakin maju, sehingga mereka telah memiliki beberapa staf yang juga mahasiswa mulai dari admin untuk menangani berbagai sosial media untuk promosi, juga tambahan tenaga untuk desain grafis sehingga Gilang dan Adit bisa lebih fokus pada order desain interior dan arsitektur bangunan.

Love that HealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang