🔆Ancaman dan Teror🔆

441 112 91
                                    

~Kesetiaan diukur bukan dari seberapa sering dia ada di samping kamu, melainkan bagaimana dia bisa menjaga dirinya ketika di belakang kamu~


Happy reading, jangan lupa cek typo ya? Hari ini belum fit banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, jangan lupa cek typo ya? Hari ini belum fit banget.

Deru jantung Satria berpacu dengan cepat, bulir keringat dingin sudah bercucuran membasahi wajah. Masa lalunya belum beranjak pergi sedangkan Astari sedang berjalan mendekat tetapi kedua mata masih fokus pada ponsel di tangannya.

Satria sebenarnya bukan berada pada posisi yang salah, ia tak melakukan apa-apa dengan perempuan di masa lalunya. Cuma saat ini belum bisa berterus terang pada Astari.

"Kapan ada waktu sebentar saja untuk ketemu dengan anak kamu?" desak perempuan itu melihat celah kelemahan mantan suaminya.

"Dia bukan anak aku," tolak Satria bersikukuh pada pendiriannya.

"Jika kamu tidak mau menemuinya, aku akan tetap di sini sampai istri kamu tahu tentang ini."

Satria tersentak kaget, ini seperti sebuah pemaksaan dan kalau Satria menuruti itu sama saja mengakui anak itu adalah anaknya.

"Pergi," balas Satria setengah berbisik karena tak mungkin berteriak,  yang ada Astari akan menoleh ke arahnya.

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu mengabulkan permintaan aku."

Nada perempuan itu seakan mengancam membuat Satria tak bisa berkutik. Seharusnya kedua kaki bisa diajak kerja sama dengan berlari mendekat ke arah Astari dan langsung mengajaknya pergi. Namun, entah mengapa yang ada dirinya tak bisa digerakkan seperti ada yang menahannya.

"Pergi," bisik Satria sekali lagi.

"Perempuan yang sederhana tetapi dia terlihat sabar dan kamu pasti tak akan mau kehilangan dia, 'kan?" ancam perempuan itu membuat Satria sudah kehilangan kesabaran.

"Baiklah, kapan-kapan aku jenguk anak kamu," tutur Satria menyerah sambil memejamkan kedua matanya karena baginya adalah keputusan yang sangat berat.

"Nomor telepon kamu masih yang dulu kan?"

Satria mendesah lirih sambil terus mengawasi wajah licik yang tersenyum ke arahnya.

Satria mengembus napas lega karena perempuan itu sudah membalikkan tubuhnya. Namun, itu hanya beberapa detik saja karena lagi-lagi dia berbalik membuat Satria mengigit bibirnya karena Astari sudah ada di belakangnya dengan jarak beberapa langkah lagi.

HIDDEN PARADISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang