Cherry Blossoms🌼02

31 3 1
                                    

Benar kata Fujimura-san, tidak disangka dunia itu sempit, tidak disangka Erica-san mahasiswa ayah. Itu berarti Erica-san mengambil jurusan sejarah atau sejenisnya? Namun kenapa sekarang lebih memilih membuka toko bunga daripada bekerja sesuai perkuliahan yang diambilnya dulu?

Setelah wanita itu tahu kedua orangtuaku tidak terselamatkan dalam kecelakaan pesawat, suasana pesta nabe terasa canggung walau Fujimura-san berusaha memeriahkan situasi dan Erica-san memaksakan diri bicara dengan nada riang merespon percakapan.

Andai Erica-san sekedar mahasiswa biasa bagi ayahku, mengapa ia sangat terlihat shok saat mengetahui kabar duka tersebut? Bisa saja ia berbelasungkawa, namun reaksinya sangat tampak kehilangan sosok yang begitu berharga dalam hidupnya. Saat itu aku tidak bisa menanyai hal tersebut karena situasinya sangat tidak tepat.

"Nanka gomenna..., Erica no koto."

Aku menggelengkan kepala. Saat ini aku berjalan kembali ke rumah ditemani Sakuraba-kun. Tanpa canggung pemuda itu menggandeng tanganku, sedangkan jantungku terus saja berdegup tidak karuan. "Erica-san tidak bersalah. Dia tidak tahu sama sekali, jadi jangan dipikirkan."

"Tidak. Justru sejak awal waktu kepulangannya sangat tidak tepat. Jujur saja aku enggan menyambut kedatangannya." Sakuraba-kun diam-diam bersungut, persis seperti anak kecil tengah bertengkar dengan kakaknya. Padahal aku yakin dia senang akan kepulangannya Erica-san.

Aku terkekeh pelan. Dia melirik kesal. "Apa?"

"Tidak ada," jawabku dengan nada jahil hanya untuk menggoda ke-tsundere-annya. "Setidaknya kamu lega Erica-san kembali, kan? Kamu terbebas mengurus toko. Ah iya!" Aku teringat satu hal. "Statusku gimana? Apa aku masih bisa kerja di sana?"

Sakuraba-kun terkekeh geli. "Jika Erica memutuskan untuk menetap, kau bisa menemui dan meminta bekerja dengannya. Tapi jika ia pergi lagi, meninggalkan Mamoru, lebih baik toko itu ditutup saja—atau lebih bagus dijual, biar dia benar-benar pulang ke rumah orangtuanya."

"Hmm," aku bergumam. "Rasanya agak sedih jika toko itu harus tiada." Meski aku bekerja di sana hanya beberapa bulan, banyak kenangan yang masih ingin kukenang di sana. "Semoga Erica-san tidak menutup tokonya," harapku dengan suara pelan—aku agak malu mengakui keegoisan kecilku itu.

"Entahlah. Dari awal orangtuanya Erica menentangnya membuka toko, membuat usaha tanpa bantuan dana orangtua. Bisa dibilang mereka meremehkan anak perempuan bekerja di luar bisnis keluarga, usaha tersebut berakhir sia-sia karena anak perempuan akan kembali ke rumah untuk dijodohkan, menjadi istri dari calon suami yang telah ditentukan. Kira-kira seperti itu gambaran keluarga kami."

Sakuraba-kun terlihat tidak suka saat menceritakan situasi keluarga besarnya. Keluarga Sakuraba yang tidak kukenali. Fumiko pernah menebak macam apa keluarga Sakuraba-kun. Pernah kutanyai maksud perkataan gadis itu, "Apa maksudnya dari keluarga Sakuraba yang 'itu'?"

"Senpai gak tahu, ya? Aku hanya tahu dari luar saja, tapi keluarga Sakuraba itu sudah terkenal di dunia hiburan, baik artis maupun yang di balik layar. Banyak cabangnya, karena itu aku tidak bisa memastikan Sakuraba-senpai dari keluarga Sakuraba yang mana."

Sampai saat ini aku belum bisa bertanya mengenai keluarganya. Ternyata jika disadari banyak hal, aku tidak tahu apa-apa mengenai latar belakang pemuda ini. Terkadang tindak-tanduknya terlihat misterius. Mungkin Sakuraba-kun tidak pandai berbohong, tapi ia sangat ahli menyembunyikan rahasia.

Tanpa disadari kami telah tiba di depan rumahku namun genggaman tanganku belum juga dilepaskan. Tadi aku spontan merenggangkan genggaman, tapi tangan pemuda itu tidak melepaskan telapak tanganku. Ia menatap ke bawah, terlihat kecewa—malahan terlihat lesu.

Hanakotoba (Sakuraba Ryouta x OC) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang