Cherry Blossoms🌼03

18 6 2
                                    

Atas rekomendasi Fujimura-san, aku diperbolehkan kerja paruh waktu di toko bunga. Erica-san sendiri tampak sangat senang akan permintaanku tetap bekerja di sana.

Katanya, "Gerah jika harus berduaan saja dengan pria ini! Senangnya Adik Ipar mau menemani~."

Erica-san masih tetap memanggilku dengan 'Adik Ipar'.  Jujur, jika terdengar oleh orang lain rasanya malu berat! Berkali-kali kuminta agar ia memanggilku 'Hinaka' saja, malah berakhir dengan sapaan adik dengan bahasa Inggris--my lil sister.

Toko kembali dibuka. Meski musim dingin, waktu kerja kami tidak renggang sedikit pun. Erica-san ternyata jauh lebih cekatan dan sangat memahami bunga lebih dari Fujimura-san. Jelas saja, wanita itu sudah bertahun-tahun menjadi florist dan mendapatkan pengalaman di luar negeri.

Sejak bekerja dengannya pun aku terkejut, wanita itu sangat fasih berbagai macam bahasa asing. Harusnya aku tidak perlu kaget, tapi ya, reaksi normal begitu mendengar ia bercakap-cakap lewat telepon dengan bahasa yang tidak kumengerti.

Harapanku tetap bekerja di toko bunga tidak lain ialah mengharapkan sebuah pertemuan. Aku berharap sosok Sakuraba-kun muncul di depan toko. Selalu, setiap hari. Namun nyatanya pemuda itu benar-benar tidak menampakkan diri di kota ini.

Apa kami hanya akan bisa bertemu di sekolah? Di sekolah pun, rasanya sulit menghampirinya. Alasannya, status. Aku yang biasa-biasa ini mana mungkin dengan entengnya berdiri di samping Pangeran Sekolah? Jangankan berhayal demikian, secara pribadi aku berharap hubungan kami tidak dipublikasi. Bisa-bisa aku bonyok  dalam sehari oleh para penggemarnya! Karena itu, toko bunga adalah tempat yang paling aman bercengkrama dengannya.


***


Aku kembali bersekolah. Di musim dingin ini tentunya aku tidak lupa mengenakan pakaian hangat, muffler, serta sarung tangan. Bulan Januari jauh lebih dingin ketimbang bulan lalu. Apalagi dengan eksistensi salju yang menghiasi jalanan.

"Pagi Hina-chan... huattchiiim!!!"

Kutolehkan pandangan pada sosok pemuda yang tidak biasanya naik bus ke sekolah. "Pagi, Yaegashi-kun. Tidak naik sepeda?"

"Lebih enak naik bus. Hangat. Nyaman." Yaegashi kembali bersin ditutupi sapu tangan. Remuda itu tampak menggigil. Rupanya dia tidak kuat dengan suhu dingin, ya? "Seluruh tubuhku membeku. Mana bisa bersepeda dengan kondisi seperti ini? Bisa-bisa aku jadi batu di tengah jalan."

Aku terkekeh. Bukannya kalau bersepeda, tubuh setidaknya jadi lebih hangat karena pelepasan energi? "Memang lebih nyaman naik bus. Udaranya hangat." Aku tidak mau mencela alasan pemuda itu karena aku sendiri memang lebih suka naik kendaran umum.

Untuk pertama kalinya aku satu bus dengan Yaegashi. Dia memang tinggal tidak jauh dari perumahanku, tapi dia lebih suka bersepeda ke sekolah. Dalam bus kami berbincang mengenai ulang tahun Ayame, pacarnya. Ia kembali meminta maaf atas pertengkarannya dengan Sakuraba-kun yang melibatkanku. Ia juga bilang bahwa hubungannya dengan Ayame tidak akan putus meski gadis itu pergi bersekolah ke luar negeri tahun ini. Aku juga baru tahu kalau ia pernah naik bus beberapa kali ke sekolah demi menemani Sakuraba-kun yang baru tinggal di toko bunga. Namun anehnya, saat-saat itu kami tidak pernah bertemu sekali pun.

Tak berapa lama, kami pun tiba di depan gerbang sekolah. Menyadari statusku dan Yaegashi, saat turun bus, aku berusaha menghindar. Namun rasanya sangat 'tidak sopan' bertindak demikian pada teman sendiri--ya, kami 'kembali' berteman setelah aku bekerja di toko bunga. Apalagi aku tidak sempat menjaga jarak karena Yaegashi terus-menerus mengajakku bicara.

"Trus, ya, kami bertiga dengan Kou bersembunyi di balik pagar...."

Saat ini Yaegashi tengah menceritakan pengalaman pertama berakrab-ria dengan Sakuraba-kun dan Eto-kun. Telingaku sudah panas!

Hanakotoba (Sakuraba Ryouta x OC) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang