11

319 56 14
                                    



"Thx Yeon. Soojin gue duluan ya" pamit SinB kemudian segera membuka pintu mobil juyeon. Kesepakatan kali ini,juyeon mengantar SinB dan soojin yg memang jaraknya lebih dekat. Sedangkan eunseo bersama Jungwoo yg sama dekatnya.



"Oi jin. Pindah depan anjir...Lo kira gue supir Lo?" Ucap juyeon melirik soojin dari spionnya.



Soojin tertawa. Kemudian dia keluar dan berpindah tempat duduk disamping juyeon.





"Yeon serius...Lo ada apa apanya sama SinB ya?" Buka soojin ketika mobilnya mulai berjalan.



"Mangsut Lo?"



"Ya Lo pasti paham lah. Gue denger interaksi kalian kaya ga biasa. Berasa obat nyamuk gue tadi" kesal soojin ketika mengingat tadi dirinya seperti hama dibelakng sana. Yg didepan sibuk uwu uwuan.



Juyeon tertawa kemudian sedikit melirik soojin," ya enggak lah. Yakali"




"Beneran juga gapapa si Yeon. Kalian cocok kok" ucapan soojin sukses membuat juyeon berfikir.



"Ah....apasi? Kita kan sahabat jin"



"Oh iya...sahabat,ga bisa lebih ya?" Gumam soojin sambil memikirkan perasaanya kepada Jungwoo.



.

.

.




Juyeon kembali memikirkan ucapan soojin tadi. Jika boleh jujur,dirinya memang menaruh perasaan untuk salah satu dari mereka. Dan tebakan soojin memang benar. Itu SinB.


Tapi,pikirannya kembali melayang ke beberapa hari yg lalu. Saat SinB kabur dari rumah.


Minho,laki laki itu juga tidak kalah khawatir dg keadaan SinB. Mungkinkah Minho juga memiliki perasaan kepada sinb?

Sampai sekarang,hal itu yg menganggu pikiran juyeon. Dia takut,takut menghancurkan persahabatan mereka semua.


Dan dari apa yg dia lihat,SinB sepertinya lebih nyaman dg Minho.


Tetapi,dirinya sudah berusaha sebaik mungkin untuk selalu ada untuk sahabat sahabatnya terutama SinB. Dan sialnya ketika SinB menghubungi hpnya malah dilempar oleh orang gila itu.


Jika saja juyeon lebih cepat,pasti dia yg bakalan pertama menemui SinB. Bukan Minho.




Tokkkk tokk tokkk


"Den...udah waktunya makan malem"


Lamunan juyeon Buyar. Segera dia berdiri kemudian berjalan kekamar mandi untuk mencuci muka.


"Iya bi...nanti juyeon turun"

.

.

.




"Ck. Ah sialan gue keduluan" gumam soojin ketika melihat sepatu ibunya sudah ada di rak.


Dirinya masuk,dapat ia lihat jika ibunya menatap tajam kearahnya.


"Seo soojin. Ternyata,ini kamu yg sebenarnya ya?"


Soojin berhenti. Menatap ibunya berani. Dirinya tidak bisa terus terusan diam seperti ini.


"Iya ma...ini soojin. Soojin si pembangkang"



"KAMU TAU APA YG KAMU LAKUKAN HAAA?"


Air mata soojin jatuh.


"Kamu anak haram...harusnya sadar diri! Mama udah berusaha sebaik mungkin agar kamu nggak di pandang rendah sama orang orang!! Tapi kamu kacauin semuanya!!"


"Iya ma soojin tahu. Tapi cara mama salah. Nuntut aku jadi yg terbaik,itu semua salah!! Semua orang punya kemampuannya sendiri ma! Dan soojin nggak mampu nyampe apa yg mama inginkan!!" Soojin terisak,kemudian berlari kearah kamarnya dan menutupnya. mengunci juga menahan pintu itu dari dobrakan ibunya.




"SOOJIN!!"






"ayah...soojin nggak kuat" ucap soojin dg isakan saat hpnya menyambung ke panggilan ayahnya.



.

.

.

"Eunseo...kamu beneran nggak mau pulang?" Tanya nenek eunseo sambil mengelus rambut cucu nya.


Eunseo menggeleng,"nggak mau nek. Eunseo boleh kan tinggal disini sama nenek sama kakek? Sama yg lain juga"


Neneknya tersenyum,"boleh. Siapa bilang nggak boleh? Tapi,sebaik baiknya anak...itu lebih baik sama orangtuanya sayang"


Neneknya bukan tidak suka dg kedatangan cucunya. Dirinya hanya khawatir jika eunseo terlalu lama disini,dirinya tidak akan kuat mengurus. Dirinya sudha tua,juga ornagtua anak itu yg selalu memaksa agar membujuk eunseo agar pulang kepada ayah atau ibunya.


"Nggak peduli. Mereka aja nggak peduli sama eunseo"

"Siapa bilang? Mereka peduli kok. Kamu cuma perlu memahami lagi. Orangtua kamu,emang udah lama ada masalah. Mereka sengaja nyembunyiin dari kamu,karna mereka nggak mau kalo kamu kepikiran"


"Tapi nek...ini malah ga adil buat eunseo. Eunseo kaget nek...semuanya terjadi dg tiba tiba. Emangnya,nenek nggak marah sama ayah karna udah nikah lagi?"



Neneknya tersenyum,"marah itu pasti. Tapi,apa perlu kita selalu marah kepada orang yg sudah meminta maaf juga mau bertanggung jawab? Ayah kamu udah minta maaf sama mama kamu juga nenek kakek,dia juga bertanggung jawab atas semuanya. Dilain sisi pun,mama kamu juga bahagia"


Eunseo terdiam. Memikirkan apa yg baru neneknya ucapkan.

Haruskah,dia memaafkan orangtuanya dan berlagak seperti tidak ada yg terjadi?


.

.

.


"Kak...jangan tinggalin yeji ya?" Ucap yeji menatap SinB yg menatapnya dg mata yg berkaca kaca.


Hari ini,pertama kalinya yeji mendapat pukulan dari ayahnya. Dan itu sukses membuat SinB menangis.


Selama ini,dirinya selalu melindungi adiknya itu. Dan berjanji tidak akan membiarkan yeji mendapat pukulan seperti dirinya.


SinB merasa gagal. Dirinya terlambat tadi.


Dirinya baru ingat jika ayahnya ada dirumah. Dan seharusnya dia menunggu kepulangan yeji didepan rumah seperti biasanya. Tapi malah yeji yg lebih dulu pulang tadi. Alhasil,yeji jadi sasaran ayahnya itu.



SinB memeluk yeji. Air matanya jatuh bebarengan saat dirinya menutup mata,"kakak janji...nggak bakalan ninggalin kamu. Kalaupun kakak pergi,kakak bakalan bawa kamu"



"Iya kak....bawa yeji kemana pun kakak pergi"



"Iya...kakak bakalan bawa kamu pergi sama kakak....karna cuma kamu,alasan kakak bertahan sejauh ini"






Tbc

.

.

.




|✓|WE |98L|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang