⁰⁸

3K 459 103
                                    

halo epribadih 🖐

halo epribadih 🖐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Hehe."

Chenle menatap jengah Jisung yang sedari tadi cekikikan di depannya. Bukannya apa, Jisung cukup mengganggu kegiatan belajarnya. Bahkan tadi Chenle sempat dibuat kaget karena Jisung tiba-tiba terbahak sambil menggebrak meja yang menjadi sekat di antara mereka.

"Sung, bisa diem, gak?" tanya Chenle sambil menatap datar orang di depannya.

Yang ditanya sempat berhenti sebentar, menatap Chenle dengan senyum meledek terbentuk di bibirnya. "Enggak," jawabnya singkat lalu kembali menonton video yang mengocok perutnya.

Chenle menarik napas dan menghembuskannya kasar. "Sabar, Le," batinnya menenangkan. Ia pilih mengalah, menutup buku lalu berdiri dari duduknya.

Jisung menjeda video yang ia putar. "Mau kemana?" tanyanya sambil menoleh. Ia melihat Chenle sudah berjalan ke arah pintu.

"Perpus," jawab Chenle.

Waktu istirahat yang tersisa sekitar sepuluh menit lagi. Jisung bangkit menyusul Chenle yang menghilang dari pandangan. Ia mengekor di belakang Chenle sebelum memutuskan untuk merangkulnya.

"Bentar lagi masuk, ngapa gak belajar di kelas aja, lah?"

Chenle menengok ke kiri, ia menatap Jisung dengan bibir membentuk garis lurus. "Ada kamu, berisik lagi. Disuruh diem malah makin jadi," ujarnya. "Lagian abis ini jam kosong, jadi ada waktu buat belajar dengan tenang di perpus," lanjutnya.

Bukannya merasa bersalah karena Chenle merasa terganggu, Jisung malah terkekeh singkat. Ia mencubit pipi kiri Chenle dengan tangannya yang bertengger di bahu pemuda manis itu. "Ya maaf deh, gak akan gue ulangin lagi."

Chenle menepis tangan Jisung dari pipinya. Ia merengut. Jisung selalu seenaknya main cubit pipinya. Tak tau saja dia kalau yang dicubit pipi namun hati Chenle yang berdenyut.

"Eh, Le. Lo bilang kelas lo hari ini mau ada ulangan, lah ini kok malah jamkos?" Jisung ingat beberapa hari yang lalu Chenle memberitahunya bahwa kelas mereka akan melakukan penilaian harian. Barusan Chenle bilang kelasnya ada jam kosong, lalu mengapa Chenle masih mau ke perpustakaan?

"Kan jamkosnya abis istirahat ini, Sung. Ulangannya nanti jam terakhir," terang Chenle. Ia melepas rangkulan Jisung, memindahkan buku yang ia bawa ke tangan besar itu, menitipkannya sementara Chenle melepas sepatu dan menaruhnya di rak di dekat pintu.

Jisung hanya mengangguk sambil menggumam oh panjang. Ia memegang buku paket akuntansi keuangan di tangan sambil matanya memandang Chenle yang membuka tali sepatu.

"Dah, sekarang sana balik ke kelas. Bentar lagi bel masuk bunyi," ujar Chenle sambil mendorong halus punggung Jisung menjauh. Tak lupa mengambil buku yang ia titipkan pada laki-laki bongsor itu sebelum melangkah masuk ke dalam perpustakaan.

Chenle keluar kelas dengan lesu. Pikirannya saat ini dipenuhi dengan bagaimana hasil ulangannya tadi. Ia belum menuliskan jawabannya sampai selesai. Buku Besar menyita waktunya.

Sedang larut dengan pikirannya sendiri, Chenle tersentak saat seseorang mengalungkan satu tangan di lehernya. Untung Chenle tidak refleks memukul orang itu, karena saat dia menoleh yang didapatinya adalah wajah menyebalkan Jisung. Ia menarik satu sudut bibirnya kemudian mengangkat alis selama sepersekian detik.

"Gimana ulangannya? Lancar?" tanya laki-laki itu sambil mereka berjalan.

"Kacau, Sung. Aku gak sampe selesai," kata Chenle. "Alamat remed deh kayaknya," ujarnya putus asa.

"Hai, capek ya? Sama kok, aku juga."

Helaan napas kembali dilakukan Chenle, entah sudah yang keberapa kalinya. Ia tidak berniat membalas kalimat yang barusan dilontarkan Jisung. Sementara itu Jisung terdiam, ia teringat sesuatu.

"Eh, Le. Bentar." Jisung meminta mereka berhenti sebentar. Chenle menurut, ia memperhatikan Jisung yang sibuk mengaduk isi tasnya.

"Nih."

Tangan itu menyodorkan satu susu kotak kepadanya. Chenle menatap susu kotak dan orang di depannya bergantian.

"Ambil, elah," decak Jisung karena Chenle tak lekas menerima pemberiannya.

Chenle mengambil susu tersebut sambil tersenyum kecil. Ia melanjutkan jalannya yang tentu saja diikuti oleh Jisung. "Tumben," kata Chenle.

"Tumben apa lagi?" Jisung merasa jengah. "Mending lo minum sekarang," titahnya. Ia lalu berjalan mendahului Chenle yang dirasanya melangkah terlalu lambat.

Chenle masih memperhatikan susu kotak rasa coklat itu. Ada catatan kecil menempel di sisi lain kemasan saat Chenle membaliknya. Sebuah sticky note berwarna kuning dengan kata-kata yang ditulis oleh Jisung.

Semoga ulangan lo lancar.
Semangat Lele! Maaf tadi gue ganggu lo.
Diminum ya susunya, gratis ini.

Senyum cerah terbit di wajah Chenle. Ia memasukkan kertas kecil itu ke dalam saku. Dengan cepat ia mengejar Jisung yang sudah sampai di gerbang sekolah.

"Kan ulangannya udah lewat," sergap Chenle saat ia sudah menyamakan langkahnya dengan Jisung.

Jisung berdecak. "Mau gue kasih tadi, tapi gak sempet. Keburu masuk tadi gurunya," terangnya malas.

Chenle terkikik. Ia menancapkan sedotan pada kemasan susu kotak di tangannya.

"Makasih ya, Sung," ucap Chenle diakhiri senyuman. Yang mendapatkan ucapan hanya mengangguk mengiyakan, lanjut menatap jalanan di depan.










sampe sini dlu.

mau bilang makasih sama yang masih nunggu cerita ini, makasih banyak 🥺💖
maaf udah bikin kalian nunggu lama 🙇‍♀️

makasih juga buat semuanya yang udah mampir ke sini. lopyu ol 🥺💞

Supot  〰sungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang