₀₅

4.3K 657 249
                                    

ekhem,

Chenle memejamkan mata merasakan guyuran air dari shower menyiram tubuhnya. Sekarang pukul sepuluh malam, baru kali ini ia mandi malam. Dingin. Biasanya Chenle langsung mandi setibanya di rumah pada pukul tiga sore.

Sebenarnya, bisa saja Chenle mandi jam delapan tadi. Tapi karena beberapa alasan, ia tidak bisa melakukannya.

Tadi, mereka sampai di kediaman keluarga Jisung pada pukul delapan. Sesampainya di sana, orang tua Jisung--lebih tepatnya ibunya Jisung--heboh karena anak bungsunya pulang terlambat. Belum lagi acara makan malam dan sedikit obrolan ringan. Mana Chenle mesti menunggu Jisung yang menggunakan kamar mandi duluan. Chenle bahkan baru sempat mengabari orang tuanya saat jam sembilan tadi.

Omong-omong soal Mama (ibunya Jisung meminta dipanggil begitu), Chenle jadi teringat dengan kalimat yang dilontarkan wanita itu.

"Kamu temennya Jisung yang namanya Chenle-Chenle itu? Manis banget ya ternyata, sopan lagi. Nanti jadi anak Mama, mau ya?"

Chenle menggelengkan kepalanya. Pusing. Begitu banyak beban pikiran yang diterimanya akhir-akhir ini.

"Le, ... tadi Cherry datengin gue. Dia bilang makasih karena gue udah jaga dia selama dua bulan ini. Gue seneng.

Tapi gak lama setelahnya, dia ngatain gue. Dia bilang gue bego banget. Katanya gue kebaperan. Padahal jelas-jelas dia yang ngasih harapan ke gue kan, Le? Lo sering liat sendiri kan dia gimana ke gue?

Gue capek, Le. Capek badan, capek hati. Apa gue mesti jadi bangsat yang suka mainin hati orang dulu biar gak dibegoin lagi?"

"Sung, tenangin diri kamu dulu. Patah hati itu manusiawi, aku juga pernah ngalamin. Tapi lihat? Aku bisa senyum di sini kan sekarang? Kamu juga pasti bisa ngelaluin hal ini."

"Le ... gue--"

"Sung, denger. Kita boleh marah, tapi jangan gegabah. Hari ini hati kamu dimainin, jadiin pelajaran buat besok. Jangan sampai asal kasih hati kamu ke orang lain dengan sebegitu mudahnya. Se--"

"Tapi gue ya gue, Le! Gue bukan lo yang bisa terus mikir positif, gue gak bisa kayak gitu! An-- ... Jangan ngomong, Le. Walaupun gue suka ngumpat, gue udah janji sama diri gue sendiri buat gak ngumpatin lo."

Chenle menghela napas mengingat percakapan yang terjadi pada saat perjalanan mereka menuju rumah Jisung. Chenle mematikan shower lalu mengambil handuk putih di dekatnya.

Ia tidak tau harus bagaimana. Percakapan terakhirnya dengan Jisung adalah saat di jalan itu, di mana Jisung memintanya untuk tidak bicara.

Cklek.

Chenle keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian pinjaman dari Jisung. Kaos putih oversize--entah Jisung yang suka memakai baju longgar atau memang badan Chenle yang begitu kecil--serta celana training panjang yang digulung atas bawah.

Iya, bukan cuma bawahnya saja yang digulung, pinggangnya pun bernasib sama. Chenle bahkan harus memeganginya, jika tidak celana itu akan merosot dengan mulusnya.

Cklek.

Pintu kamar Jisung terbuka disusul masuknya si empunya kamar. Jisung kaget melihat bagaimana penampilan Chenle sekarang, namun ia masih dapat mengendalikan air mukanya sebaik mungkin.

"Eh, aku kira kamu udah tidur," kata Chenle.

Jisung menelan ludahnya kasar. Matanya menatap Chenle tajam membuat rasa takut laki-laki itu kembali lagi.

Chenle menahan napas saat Jisung berjalan ke arahnya dengan langkahnya yang lebar-lebar.

"Pegang," perintah Jisung sambil mengambil satu tangan Chenle. Ia menaruh ponsel miliknya di tangan Chenle yang ia angkat.

Di sisi lain, Chenle memdadak gemetaran saat tangan kanannya ditarik Jisung. Ini aneh. Ia merasa seperti tersengat listrik saat tangan Jisung bertemu dengan tangannya. Jantung Chenle pun berdebar kencang dengan kurang ajarnya.

"Ambil headset di tas gue, cepetan! Ligat!" seru Jisung sambil mendorong Chenle ke arah tasnya berada.

"Pake! Dengerin lagu apa pun, terserah! Gedein volumenya sampe lo gak bisa denger yang lain selain lagu itu! Terus dengerin lagu sampe gue minta lo berhenti!"

Chenle menciut. Hari ini Jisung aneh. Sedari tadi Jisung terus meneriakinya tanpa Chenle tau penyebabnya.

Chenle ingin pulang saja rasanya.

"Shit!" Jisung mengumpat sepelan mungkin. Untung Chenle tidak mendengarnya.

Cklek. Blam!

Chenle menatap pintu kamar mandi yang barusan dibanting Jisung. Chenle tidak menyukai sosok Jisung hari ini. Dia menakutkan.

Chenle merebahkan dirinya di kasur lalu memakai selimut yang ada. Entah lagu apa yang ia putar, yang jelas playlist di ponsel Jisung didominasi lagu Barat.

Sementara itu, Jisung sibuk dengan kepentingannya sambil memaki di dalam kamar mandi.

"Sial, gue normal, gue normal, gue normal! Kenapa bisa jadi gini sih?! Ngapain juga mama ngasih baju gue yang itu?!"

Ini tidak benar! Ia tidak seharusnya begini. Sial, dia harus mandi lagi.

Gara-gara melihat Chenle tadi, Jisung sampai harus seperti ini. Ah, Chenle yang malang. Dengan kaos putih kebesaran Jisung, leher mulus serta colar bonenya terekspos. Chenle terlihat benar-benar mungil di mata Jisung sampai-sampai Jisung ingin mendekapnya sampai pagi.

Holy fuck, Jisung kita tegang dan menjadikan Chenle sebagai objek fantasinya kali ini.




nangis huhu knp dulu aku suka ngetik adegan kayak gini :'D

fyi, ini draft dari 2018 baru aku publish sekarang sjkajsjsk

eh iya, happy graduation buat kalian yg lulus hari ini! buatku juga, hehe. happy graduation for us🎉🎊

Supot  〰sungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang