¹¹

334 58 2
                                    

Terhitung hampir satu minggu berjalan sejak Jisung putuskan untuk mendekati gebetan barunya. Sudah selama itu pula Chenle tidak bertemu Jisung seperti biasanya. Jangankan pulang bersama, menghabiskan waktu istirahat berdua pun tidak ada.

Dua hari pertama Jisung membelikannya jajanan untuk Chenle. Pertama yang menyuruh adik kelas itu, kedua dengan menitip kepada teman sekelas Chenle yang berpapasan dengannya di kantin. Hari itu juga Chenle hubungi Jisung dan memintanya untuk tidak melakukannya lagi.

Bukannya tidak menghargai atau apa, Chenle hanya tidak ingin membuat orang lain repot. Chenle bisa kok pergi ke kantin dan beli sendiri.

Besoknya, di hari ketiga Chenle buktikan dengan pergi ke kantin sendirian. Mungkin terlihat agak menyedihkan karena melihat siswa lain datang rombongan atau setidaknya dua orang. Tapi tidak apa-apa, Chenle hanya perlu membeli roti isi dan snack lain kemudian kembali ke kelasnya.

Hari ke empat, Chenle dihampiri salah satu teman sekelasnya. Chenle tidak terlalu akrab, namun mereka pernah ngobrol sesekali. Temannya itu, Felix, mengajak Chenle ke kantin bersamanya. Katanya ada menu baru di set makan siang, dan Felix bilang Chenle tidak boleh ketinggalan.

"Lo lagi gak akur sama Jisung, tah?" tanya Felix di tengah perjalanan mereka.

"Enggak?" Chenle bingung.

"Kenapa bisa berpikir begitu?" tanya Chenle dalam hati.

Menangkap bingung di wajah Chenle, Felix melanjutkan. "Oh, kirain. Abis udah berapa hari Jisung gak ke kelas. Malah hari apa kemarin gue lihat dia semeja sama cewek di kantin. Gue kira udahan sama lo, dia."

"Temenannya," lanjut Felix melengkapi kalinat sebelumnya.

Ya gimana, orang-orang yang tidak tahu pasti akan mengira Jisung dan Chenle berpacaran melihat betapa nempelnya mereka berdua. Di mana ada Chenle, di situ ada Jisung. Padahal mereka berdua ada di kelas yang berbeda.

Chenle alihkan pandangan ke depan, tidak lagi menatap laki-laki di sebelahnya.

"Gak apa-apa, aku sama Jisung gak ada masalah kok. Masih sering ngobrol santai di chat," jelas Chenle.

Tak lama kemudian topik pembicaraan berganti dan Chenle cukup lega karena Felix tidak kepo-an orangnya.

Hari ke lima, yaitu hari ini, Chenle putuskan untuk diam di kelas saja. Istirahat pertama Chenle habiskan dengan makan roti isi sambil membaca novel yang baru ia beli. Istirahat kedua berada di jam makan siang, Chenle kali ini bawa bekal dari rumah dan akan memakannya di waktu ini.

Begitulah rencananya.

Tidak lama setelah bel panjang yang menjadi tanda pelajaran berakhir, Jisung masuk ke ruang kelas Chenle kemudian langsung mendudukkan diri pada kursi di depan meja laki-laki itu. Seperti biasa, duduk membelakangi papan tulis dan menghadap ke arahnya.

Chenle tidak melirik sedikitpun, toh ia tahu siapa yang datang. Tangannya sibuk membuka kaitan pengunci kotak bekal, menampilkan makanan yang disiapkan bundanya pagi tadi.

"Kamu gak ke kantin?" Chenle akhirnya buka suara.

"Enggak."

"Singkat betul, pasti lagi badmood," pikir Chenle.

Benar saja, tidak ada senyum di wajah itu. Chenle menghela napas. Kalau sudah begini, pasti Jisung akan main game dan memaki-maki.

"Dih, anjing, gak ada sinyal?" gerutu Jisung melihat tanda silang di bagian atas layar. "Gangguan, gak sih? Lo pake kartu—eh, beda deng ya."

Jisung teringat Chenle memakai kartu dari provider yang berbeda dengannya, jadi ia batalkan pertanyaan yang sudah setengah jalan. Jisung akan bertanya ke teman sekelas Chenle kalau saja temannya itu tidak menghentikan.

"Udahlah, Sung. Mending ikut makan ini aja, kamu belum makan, kan?"

Siang itu akhirnya Chenle mengisi waktu istirahat bersama Jisung lagi. Makan sekotak bekal berdua, Jisung sempat minta disuapi olehnya namun jelas saja Chenle menolak.

Yah, setidaknya mood Jisung terlihat membaik. Tidak tahu kenapa, tapi jika Jisung tidak ingin membahas, Chenle tidak akan bertanya.

Supot  〰sungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang