¹²

357 58 3
                                    

Belakangan ini Jisung terlihat bimbang.

Jisung tidak lagi rutin menghampiri Apple. Bahkan Jisung kembali ke rutinitas awal, yaitu menyambangi kelas Chenle untuk mengajak temannya itu makan bersama atau sekedar menghabiskan waktu di sana.

Chenle amati gerak-gerik Jisung yang tampak tidak nyaman. Laki-laki itu sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya, kemudian terdiam sesaat sambil jarinya mengambang di udara sebelum lanjut mengetuk-ngetuk gawai itu. Mungkin sedang berkirim pesan dengan seseorang?

Herannya, Jisung tidak lagi cengengesan seperti kemarin-kemarin. Yang ada malah ... uh, Chenle bingung mengatakannya. Chenle bahkan melihat Jisung sempat meringis sekali sampai bawah matanya berkedut.

Apa sih yang Jisung lihat di ponselnya?

Satu helaan napas keluar dari mulut, Jisung kunci ponselnya lalu meletakkan benda itu di atas meja. Ia menatap Chenle yang ternyata sudah lebih dulu menatapnya.

"Kenapa?" tanya Jisung.

Dia kira Chenle masih berkutat dengan catatan pelajaran akuntansi yang tidak jisung mengerti, rupanya buku-buku sudah ditutup dan temannya itu menatap lurus padanya.

"Kamu yang kenapa," tandas Chenle.

"Hah? Gue?" Jisung memiringkan kepala. Jari telunjuknya menunjuk diri sendiri. "Gue kenapa?"

"Lah, ya mana aku tau? Kan kamu, kok tanya aku?"

Chenle bingung, Jisung apalagi. Lihat saja wajah plonga-plongo itu, tampak begitu lucu.

"Maksudnya apaan?"

"Udahlah, lupain aja," putus Chenle.

Jisung hendak protes, menurutnya Chenle harus menjelaskan. Tapi apa yang mau dijelaskan? Dari awal pun sudah tidak jelas sama sekali. Meskipun begitu, akhirnya Jisung telan kembali kata-kata yang belum sempat keluar dari mulutnya.

Drrt.

Getaran ponsel kembali mengambil atensi Jisung. Ia lirik layar yang menyala sekejap karena notifikasi, ada sebuah pesan masuk dari aplikasi Instagram. Chenle tanpa sengaja ikut melihat notifikasi itu.

"Oh, dari Apple," kata Chenle dalam hati.

"Ah, elah. Ngechat mulu," decak Jisung.

Melihat Jisung terganggu, Chenle tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya.

"Kenapa?"

"Ini, si Apple ngechatin gue mulu. Berisik banget," keluhnya.

"Lho, bukannya kamu lagi PDKT sama dia, ya? Kok malah kesel?"

Entah yang keberapa kali hari ini, Jisung kembali menghela napas berat. Ia alihkan pandangan ke luar jendela, menatap rindang pohon dari lantai dua. Beberapa saat hening. Jisung menimbang-nimbang sesuatu dalam pikiran, sementara Chenle menunggu apa yang akan diungkapkan temannya.

Jisung kembali menatap Chenle.

"Gak jadi, gue batalin acara PDKT-nya."

Supot  〰sungleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang