Masih Nego

46 7 2
                                    

"kamu fullday hari ini?" Seokjin coba ngobrol sama anaknya biar suasana canggung itu sedikit pecah.

"iya, sampe sore aku nggak ada kelas kosong." Sahut Sungjin masih sibuk dengan ponselnya.

"kapan sunbae dapat jadwal magang?" Yoojung ikut membantu memecah keheningan.

"belum tau baru konsultasi ke dosen." Sahut Sungjin singkat.

"sibuk banget kayaknya anak ayah, jangan kecapekan." Nasehat Seokjin yang hanya dibalas deheman.

"nanti aku turun di perpus deket kampus aja, mau sekalian cari buku referensi." Kata Sungjin sekaligus memberi alasan sebelum ayahnya bertanya kenapa.

"kamu masih marah sama ayah?"

"enggak, aku nggak pernah marah sama ayah. Cuma ngerasa kecewa dikit aja karena umurku udah 25 tapi ayah masih anggep aku usia 7 tahun yang nggak boleh tau apapun tentang ayah." Ada nada kecewa dari Sungjin yang buat hati Seokjin mencelos.

"ayah minta maaf kalau kamu kecewa." Ucap Seokjin lirih.

"udah stop disini aja, aku duluan." Sungjin nggak jawab ucapan Seokjin.

"ayah beneran–"

"aku nggak marah/kecewa sama ayah, aku kecewa sama diriku sendiri yang belum bisa yakinin ayah kalau aku ini udah besar. Maaf aku belum bisa kasih keputusan untuk hubungan kalian, aku butuh waktu dan aku harap kalian mau ngerti." Tutur Sungjin motong omongan Seokjin lalu menatap 2 orang dewasa disana bergantian sebelum keluar mobil.

"nanti ayah jemput ya..."

"nggak usah aku bareng Taemin nanti, bye semua aku duluan." Sungjin berlalu ke perpus meninggalkan helaan nafas Seokjin.

"aku salah ya karena nggak ngomong tentang kita dari awal?" Seokjin menoleh pada Sojung yang sedari tadi diam selama perjalanan.

"mungkin Sungjin ngerasa kamu kayak maksa dia buat nerima aku kalau gini keadaannya. Wajar sih dia begitu, pasti dia mikir kalau kamu nggak percaya sama dia yang bakal nerima aku." Tutur Sojung.

"aku takut dia beneran nggak terima kamu, dia cuma kenal Yerin sebagai ganti ibunya." Ada nada sesal diucapan Seokjin.

"udah biar aku yang bujuk dia, aku yakin Sungjin pasti paham kok kalau aku jelasin." Yoojung bersuara.

"beneran nggak akan kenapa-napa?"

"paman ragu sama aku? Tau gitu aku juga nggak setuju paman sama ibu aku." Dengus Yoojung.

"ya nggak gitu dong, yaudah bujukin Sungjinnya." pasrah Seokjin.

"oke aku juga turun disini kan berarti, bye ibu.. Bye paman aku duluan." Pamit Yoojung kemudian turun dari mobil.

"coba aja Sungjin se open Yoojung, nggak begini kejadiannya."

"jangan nyalahin Sungjin, kamu aja yang cemen nggak ngebolehin aku ketemu dia sejak awal." Sojung membela putra Seokjin.

"kok malah ngebela Sungjin sih?" Rajuk Seokjin.

"nggak usah lebay, udah jalan buruan katanya mau ajak aku jalan." yang nggak disahutin lagi sama Seokjin.
.
.
.

"oppa..." Bisik Yoojung pas udah ketemu Sungjin diantara rak tinggi perpus.

"hm.. Ngapain ikut kemari? Ayah gue sama ibu lo kemana?"

"mereka mau jalan, yaudah gue kesini aja daripada nunggu kelas sendirian."

"jam berapa kelas lo mulai?"

"jam 9 masih 20 menit lagi." Sahut Yoojung mengambil 1 buku di dekapan Sungjin.

"udah cukup kayaknya." Monolog Sungjin kemudian menaruh 3 buku dengan ukuran sedang itu dimeja kosong untuk ia baca sedikit.

"lo beneran baca semuanya? Gue mendadak pusing baru liat daftar isinya aja." Yoojung menyerahkan buku 'ilmu anatomi' yang tadi ia ambil.

"anak IT nggak akan paham beginian." Sungjin terkekeh melihat muka melas Yoojung.

"oppa, kasih gue alasan kenapa lo kayak gitu tadi." Yoojung masih berbisik.

"gitu gimana?" Sungjin juga masih belum nengok ke Yoojung.

"lo nggak suka banget kayaknya sama ibu gue."

"nggak kok, ini nggak ada hubungannya sama ibu lo. Gue cuma ngerasa sedikit kecewa sama ayah gue. Gue itu udah gede tapi ayah nggak pernah ngomong masalah kayak gini ke gue."

"jadi lo setuju kan kalau ibu gue sama ayah lo?"

"nggak tau, liat nanti. Kalau ayah mau jelasin sama gue ya bakalan gue pertimbangin."

"oppa~~" Yoojung bergelayut manja dilengan Sungjin.

"jangan panggil gitu, geli gue nanti dikira pacar lo lagi." walaupun ngomong gitu Sungjin nggak nolak cewek itu gelendotan ke dia.

"setujuin mereka ya? Setujuin ya... Kalau enggak gue bakal ikutin lo sampe lo bilang setuju." Bujuk Yoojung.

"kok maksa sih? Gue mesti mikir dulu. Ayah gue sama ibu lo udah berapa lama?"

"baru 1 tahun."

"setahun dan gue baru tahu sekarang, bapak gue gila emang." Omongan Sungjin dapat hadiah tatapan sinis dari pengunjung lain karena berisik.

"mampus dikeroyok massa suara lo tuh gede." Yoojung merasa senang melihat Sungjin yang cemberut setelah minta maaf.

"udah kelas sana, ganggu orang mau ngumpulin bahan skripsi aja." Usir Sungjin.

"rese banget calon saudara." Cibir Yoojung.

"bentar, kenapa lo kayaknya setuju aja ibu lo pacaran sama ayah gue?"

"simple sih, ibu janji nggak akan kerja kalau punya suami lagi."

"segampang itu?" Sungjin kaget lah secara dia harus mikir dulu, cewek didepannya ini malah segampang itu nerima hubungan orangtua mereka.

"yaudah semangat cari bahan skripsinya oppa, bye gue duluan." Yoojung meninggalkan perpus setelah lambaiannya dibalas anggukan oleh Sungjin.

"ini udah, ini setengah aja, gue harus pinjem ini dan kayaknya gue harus punya ini." Sungjin kembali bermonolog didepan 4 buku yang tadi ia ambil.

Selesai dengan urusan buku, cowok berdimple itu buru-buru ke kelas karena tinggal 10 menit lagi kelasnya mulai. Salahin aja sifatnya yang kalau udah sama buku bakalan lupa sama tujuan awal. Tadinya sih cuma mau tengok ada buku yang mau dipinjem lagi apa enggak, eh kok merembet jadi 8 buku yang dipinjem. Padahal 4 buku lainnya nggak berhubungan sama materi skripsinya.

Tinggal bilang iya aja susah banget... Durhaka lo nanti dasar bongsor

Kim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang