Mulai sibuk magang

38 6 4
                                    

Udah 1 bulan Sungjin sibuk magang, makin jarang banget tuh anak dirumah. Seokjin pernah protes eh ujungnya malah dia yang kena semprot. Maklum kalau udah pusing kerjaan terus dirempongin dirumah rasanya mau makan orang aja. Sungjin mulai merasa beruntung sama kehadiran Sojung karena tiap kesiangan abis jaga malem Sojung yang sigap masakin bekal buat dia. Nggak Sojung belum nikah sama Seokjin, tapi perempuan itu yang inisiatif datang kesana lebih pagi.

"ayah anter aku sekarang bisa ya..." Pinta Sungjin keliatan diburu waktu.

"kenapa? Katanya jadwal siang kok baru setengah 8 udah buru-buru."

"ada perubahan jadwal, ayo buruan kalau aku naik bus nggak bakal tepat waktu." Sungjin bahkan nggak duduk minum susunya.

"ibu belum sempet siapin bekal buat kamu." Sojung ikut panik saat keluar dari dapur.

"nggak usah, nanti makan dikantin aja. Ayo ayah buruan malah santai banget."

"kamu ganggu orang sarapan aja." Seokjin berdiri kemudian memakai jasnya. "berangkat dulu sayang." Pamit Seokjin yang diangguki Sojung.

"sayang.. Sayang.. Samyang yah?" Gurau Sungjin.

"udah ayo berangkat, katanya udah telat." Seokjin berjalan mendahului Sungjin.

"aku berangkat bu..." Pamit Sungjin kemudian menyusul ayahnya.

Panggilan barusan nggak salah kok, Sungjin emang udah biasa begitu ke Sojung semenjak magang. Katanya sih sebagai bentuk rasa hormat dia ke perempuan itu. Sojung sih seneng aja dipanggil begitu, pertama denger Sungjin manggil ibu juga karena tengkar sama Yoojung pas Sungjin lagi capek tapi Yoojung gangguin terus.

Flashback on

"lo besok udah mulai magang? Bagian apa?"

"sementara jadi dokter jaga, nggak tau besok kalau tetiba dirubah ke dokter umum." Sahut Sungjin pas mereka makan malam.

"kalau besok gue magang kira-kira bakal dimana ya?"

"mana gue tau, nggak usah mikir magang kalau nilai lo aja masih dibawah rata-rata." Sarkas Sungjin karena beberapa kali Yoojung datang kerumahnya dengan wajah sebal dengan alasan nilainya yang turun.

"apaan sih kenapa nyangkut ke nilai? Nggak ada hubungannya nilai sama tempat magang Sungjin..."

"ada, kalau nilai lo bagus ya lo bakal ditempatin di perusahaan bagus buat magang kalau enggak ya gitu deh."

"maksud lo gue bego gitu, awas aja kalau lo tetiba besok tremor pas priksa pasien gue paling depan yang ketawa."

"heh sembarangan mulutnya kalau ngomong, sopan lo begitu ke gue?"

"apaan sih lo duluan yang ngatain gue."

"gue cuma bicara fakta Yoojung, gue nyaranin lo buat giat belajar. Kenapa lo nyumpahin gue begitu?"

"kok nge gas? Lo duluan padahal yang mulai.."

"udah kenapa jadi berantem?" Seokjin coba melerai.

"anaknya tuh yah nyebelin." Adu Yoojung cemberut.

"kok gue, lo yang mancing."

"gue nggak ada ngatain lo." Sungut Yoojung masih nggak mau kalah.

"udah dong kenapa malah tambah emosi?" Sojung ikut menghentikan perdebatan.

"anak ceweknya ibu tuh bar-bar. Nggak ada cowok yang suka nangis lo ke gue besok."

"ih kok ngatain kek gitu?

"ya emang lo bar-bar."

"lo juga sama."

Ayah Sungjin nyebelin/ ibu Yoojung ngeselin..." Rengek Yoojung dan Sungjin bersamaan yang membuat 2 orang dewasa disana terkekeh geli.

"udah minta maaf buruan kalian berdua, nggak boleh ribut cuma kayak gini. Yoojung jangan bikin Sungjin emosi dia lagi capek, Sungjin juga udah nggak usah bales Yoojung kalau tau bakal emosi paham..." Sojung berhasil membuat keduanya berbaikan.

"nggak salah pilih emang aku." Seokjin merasa bangga memilih Sojung sebagai calon istrinya.

"nggak usah flirting didepan anak!" Seru dua orang lain.

Flashback off

"hei ngapain sih malah ngelamun." Tegur Seokjin yang mengembalikan Sojung pada kenyataan.

"nggak lucu aja kalau inget awal Sungjin manggil aku ibu. Mungkin kalau nggak berantem sama Yoojung waktu itu nggak bakal dia panggil aku ibu." Sahut Soojung masih terkekeh kalau inget kejadian itu.

"kayaknya Sungjin udah mulai terima kamu." Seokjin berkata lega.

"kalau dia nggak nerima aku nggak mungkin aku boleh masuk rumah ini tiap pagi Seokjin..." Jengah Sojung yang hanya dibalas cengiran dari lelaki itu.
.
.
.

"hei maaf lama, ada masalah tadi." Sapa Ahreum pas liat Sungjin udah duluan di kantin rumah sakit.

"santai aja baru dateng juga aku, sibuk ya pasti?"

"nggak sesibuk kamu sih kayaknya. Aku liat kamu lari dari lobi tadi pagi telat ya?" Ahreum bicara sambil menyuapkan makan siangnya.

"hampir telat, prof. Sihyuk ganti jadwal aku dan konfirmasi ke akunya pas baru selesai mandi." Jelas Sungjin.

"pantes nggak ada bawa bekal kamu. Nggak sarapan juga berarti?"

"nggak sempet, minum susu aja tadi." Sungjin melahap makanannya semangat karena dia emang kelaparan.

"kamu masih minum susu? Mau setinggi apa?"

"udah kebiasaan sih, susah berhentinya. Lagian tinggiku udah nggak bisa naik lagi 189cm aja dari semester terakhir."

"bohong, kamu pasti 190 kan? Bisaan bohongnya dasar bongsor." Sanggah Ahreum

"ngejek nih ceritanya?"

"enggak, kamu kan emang bongsor." Polos Ahreum.

"iyadeh terserah aja." Sungjin menanggapi pasrah.

"kamu tiap hari naik bus emang?" yang diangguki cowok itu.

"kata ayah baru boleh punya mobil kalau udah kerja."

"gitu, jadi kamu masih belum bisa nyetir?"

"nyetir sama boncengin orang pakai motor aku udah bisa karena ada sepupu aku yang ngajarin. Cuma belum boleh aja punya kendaraan sendiri." Ucap cowok itu setelah menelan makanannya.

"ayah sama ibu kamu pasti sayang nih punya anak cowok begini. Penurut, nggak aneh-aneh lagi." Pujian Ahreum justru bikin Sungjin mikir tentang sikap kakunya ke Seokjin dan Sojung beberapa bulan ini.

"iya kali, nggak tau juga. Kan anak mereka bukan cuma aku masih ada adek aku." Sungjin nggak sepenuhnya bohong karena emang masih ada Yoojung yang bisa banggain mereka.

"kamu masih punya adek?"

"iya beda setahun kuliahnya juga sekampus." Entah kenapa Sungjin ngerasa nyaman aja cerita soal calon keluarganya ke Ahreum.

"tapi aku nggak pernah tau kamu barengan adek kamu." Ahreum seketika sadar dia udah banyak kepo tentang Sungjin. "eh maaf aku kebablasan." Lanjut cewek itu mukul mulutnya karena bocor.

"nggak, aku juga nggak keberatan kok cerita begini."

"yaudah yuk balik kerja, sisa 5 menit nih kalau buat jalan pas sampai tujuan." Ajak Ahreum setelah melihat jam yang melingkari tangannya.

"iya, pulangnya mau bareng nggak?" Anggap aja rem Sungjin lagi blong.

"kan rumahnya nggak searah si bapak..."

"ke halte busnya maksudku yang bareng..." Sungjin pinter muter omongan.

"oh boleh, kalau lama aku duluan nanti." yang diangguki Sungjin kemudian mereka berpisah di luar kantin. Sungjin kembali ke meja resepsionis sementara Ahreum ke ruang kepala perawat.

Ngalusnya kebablasan jadi gagal kan dasar bongsor 🙄

Kim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang