Dokter mode on

45 6 0
                                    

"lain kali nggak usah emosi gitu, ibu sama Yoojung nggak sakit hati kok." Tegur Sojung lembut saat mereka udah pesen makanan.

"nggak bisa gitu bu, aku nggak suka kalau ada yang nggak sopan gitu ke keluarga aku. Dulu sih aku diem aja pas ada yang bilang aku nggak punya ibu, tapi sekarang kan aku punya jadi nggak ada yang boleh jelekin ibu aku." Ucapan Sungjin bikin hati perempuan 44 tahun itu menghangat.

"makasih ya udah belain ibu sama Yoojung." Ucap Sojung disertai senyum tulus.

"gimana kak, hyung aku idaman banget kan?" Yoojung nyenggol Ahreum bermaksud menggoda.

"aku baru tau dia bisa seprotektif ini sama keluarganya."

"aku juga tadinya nggak tau, baru tau protektifnya dia pas ngomelin aku soal cewek nggak boleh mau dimainin aja sama cowok yang nggak jelas. Padahal waktu itu aku cuma chat dia sedikit balesannya ceramah panjang." Yoojung ngerasa seneng sih digituin sama calon saudaranya itu.

"jadi kamu udah cerita soal Hansung ke dia?" yang mendapat anggukan mantap Yoojung.

"jadi gimana kak, mau kan jadi pacar Sungjin? Kim Sungjin itu definisi sempurna kalau buat jadiin pacar, family man, ganteng+tinggi, calon dokter lagi cocok sama kakak yang calon perawat kan?" Yoojung berusaha menghasut Ahreum.

"iya sih, tapi dia nggak ada bilang apapun ke aku." Sahut Ahreum malu-malu.

"tungguin bentar disini." Yoojung yang emang duduk lain meja dari keluarganya menghampiri sang kakak menginterupsi entah obrolan apa itu. "hyung kakak cantik nungguin buat jadiin pacar tuh." Ucap gadis itu.

"hah gimana?"

"duh saudara gue bego, tuh gebetan lo nungguin lo ngomong ke dia kalau lo serius sama dia." gemas Yoojung karena cowok berdimple itu justru cengo.

"Ahreum?"

"lah iya siapa lagi emangnya? Udah sana ngobrol berdua, gue udah bujukin buat terima lo awas aja nggak berhasil." Yoojung menarik cowok itu berdiri untuk menghampiri Ahreum.

"bentar deh, malu gue jung..."

"apenih, mana Sungjin yang tadi bentakin adek tingkat? Cemen lo tinggal ngobrol aja sama Ahreum." Cibir Taemin yang emang duduk sebelahan sama keluarga Sungjin.

"gue pindah nih Jin kalau lo butuh privasi." Eunseo menimpali karena Yoojung, Eunseo dan Ahreum duduk dalam 1 meja.

"pegang nih, deg-degan gue jung beneran dah." Sungjin menempatkan tangan Yoojung didadanya.

"ngapa deg-degan cuma ngobrol ini astaga tuhan..." Yoojung merasa jengkel.

"yuk tinggal aja Jin sama gebetannya biar mampus sekalian." Ejek Taemin.

"bangke lo Tae..." geram Sungjin.

"ngatain papa kamu?"

"Tae-min papa ku sayang, ah elah nggak temenan gue sama lo pada."

"udah tinggal duduk terus ngobrol apa susahnya sih? Kemarin dirumah aja lo flirting giliran suruh ngobrol biasa lo nya takut." Taemin narik Sungjin buat duduk disebelah Ahreum yang cuma senyum aja.

"mau ngobrol apa emangnya Jin?"

"nggak tau, aduh cupu banget gue ya tuhaaan..." Sungjin gemas sendiri pada dirinya yang malah gugup.

"ngomong aja, biasanya juga kita kan ngobrol di kantin rumah sakit."

"itu, ehmm apa ya..." belum juga Sungjin jadi ngomong udah keputus sama kecelakaan kerja disana.

Prang! Pyar! Beberapa piring dan gelas jatuh bersamaan diikuti teriakan beberapa pengunjung saat seorang pelayan terpeleset. Tanpa pikir panjang Sungjin dan Ahreum menghampiri pelayan tersebut dan melihat luka yang dialaminya.

"kamu nggak ada luka lain kan?" Sungjin bertanya sambil tangannya sibuk melepas dasi yang ia pakai.

"nggak, cuma ini aja kayaknya." Pelayan itu menunjuk telapak tangannya yang lain.

"ini nggak sakit?" Sungjin menunjuk pergelangan tangan si pelayan yang sedang ia bebat dengan dasi karena cukup banyak darah yang keluar darisana. Gelengan polos pelayan itu justru membuat Sungjin panik.

"aku malah nggak tahu lukanya lebih parah yang itu. Tapi yang ini juga nggak sakit." Ujarnya.

"Jin mending ke rumah sakit deh." Saran Ahreum karena cewek itu juga bantuin bersihin luka si pelayan yang masih anteng kayak nggak luka satupun.

"aku udah telpon ambulance, paling 15 menit sampe sini." Sahut Sungjin. "kamu mending istirahat sampai ambulance dateng, ini bisa bantu bersihin ya..." Lanjut dan Pinta Sungjin pada teman pelayan itu yang ikut membantunya berdiri.

"tapi aku beneran nggak kesakitan, aku udah biasa kayak gini." Sahut pelayan itu saat dibawa masuk ke pantry.

"kamu coba ngobrol deh sama dia, kamu pasti pernah ujian tentang yang dia alami." Saran cewek bermarga Park itu.

"aku toilet dulu, bakalan susah ilangnya nih." Sungjin melihat tangannya yang masih berlumur darah.

"eh yakin itu gapapa? Banyak banget lho darahnya." Celetuk Sojung khawatir.

"duduk deh mending, jelasin ke kita yang nggak paham ini tolong." Eunseo menarik cewek itu buat duduk satu meja sama mereka.

"bisa jadi orang tadi mengalami CIPA (Congenital Insensivity to Pain with Anhidrosis) yang bikin dia kebal sama rasa sakit, ini penyakit turunan sebenernya dan bahaya banget karena beberapa kasus buat orang kayak mereka nggak bakalan nyampe 25 tahun usianya." Jelas Ahreum singkat.

"aku masih nggak ngerti." Celetuk Yoojung.

"intinya tubuh kita punya gen buat memproduksi sel saraf nah kalau gen itu nggak berfungsi dengan baik ya bakalan begini jadinya, biasanya selain mati rasa penyitas juga punya keluhan lain kayak masalah ditulang." Ahreum menjelaskan lebih detail.

"cocok ya kalian, satu dokter satunya perawat pengen nangis gue bayangin Sungjin tiap hari ujian prakteknya begini." Eunseo berujar.

"apa nih? Ngomongin gue ya kalian?" Sungjin keluar dari pantry dengan jas yang udah kelepas.

"ambulancenya kenapa belum dateng? Keburu abis darahnya." Ahreum menengok keluar restoran.

"ya jangan ngomong gitu dong, udah kok pendarahannya udah berhenti tapi ya gitu. Dia udah sering luka terus sering juga kontrol ke dokter buat checkup karena penyakit dia kan nggak bisa dideteksi sama tubuhnya jadi sebulan sekali dia bakalan ke rumah sakit." Sungjin berujar sambil sesekali membersihkan sisa bercak darah yang masih menempel.

Setelah 20 menit menunggu, sirene ambulance menepi terdengar. Sungjin memberitahukan hal tersebut disusul keluarnya pelayan tadi dan jangan lupakan dasi yang masih membebat pergelangan tangannya. Beruntung lukanya tidak mengenai organ vital jadi masih aman.

"pulang aja yuk, mama nggak nafsu makan jadinya kalau begini." Ajak Yerin yang diangguki lainnya, apalagi melihat kondisi Sungjin mereka semakin yakin untuk pulang.

Note: nama penyakit dan penjelasannya based on Google jadi maaf kalau ada salah atau kurang jelas.

Penyitas : orang yang mengalami penyakit

Kim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang