Bisa sakit juga

42 4 0
                                    

"nggak usah khawatir gitu mukanya, aku baik kok. Cuma tipus nggak bakal bikin aku mati." Gurau Sungjin yang dibalas dengusan orangtuanya.

"gimana nggak khawatir? Kamu pingsannya di depan kita mana abis tengkar sama Yoojung lagi." Sahut Seokjin.

"iya kalau sakit tuh bilang kak, padahal tiap hari ibu selalu tanyain kamu capek apa enggak, kamu pengen cuti apa enggak. Berasa nggak di denger omongan ibu." tutur Sojung yang masih terdengar khawatir.

"jangan hiperbola gitu khawatirnya. Aku tadi berat ya pasti pas dibawa kesini?"

"kamu pikir ayah sama papa udah tua? Nggak usah lebay." Balas Seokjin lagi.

"kan aku nggak suka bikin khawatir orang, sebenernya dari pulang tadi badanku udah sakit tapi nyampe rumah ada papa sama keluarga. Mau nggak ikut makan dikira nggak sopan." Jujur Sungjin.

"kan bisa ngomong, mana kamu adu urat sama Yoojung. Kalian kenapa sih kalau berantem tuh harus pakai adu argumen?"

"Yoojung kemana? Pasti dia masih marah ya sama aku, besok kalau udah pulang aku minta maaf deh." Sungjin yakin adiknya itu bakalan ngambek berkepanjangan.

"dia disini, mau ketemu? Nangis anaknya liat kamu pingsan tadi." Sojung keluar ruangan menemui putrinya.

"tuh kakaknya udah bangun nggak usah nangis lagi, duduk sana." Seokjin menunjuk cowok di atas brankar dengan dagunya kemudian menyuruh putrinya putrinya untuk duduk dikursi sebelah ranjang Sungjin.

"maaf ya... Lo pasti ngambek sama gue kan? Gue kalau capek mulutnya emang suka nggak ke kontrol."

"jangan sakit dong bego. Lo tuh kalau capek ya istirahat nggak ada yang larang lo buat ngeluh juga." Potong Yoojung sambil meluk kakaknya itu.

"mau ngeluh juga semua orang pasti sama-sama capek. Gue paham lo pasti capek banget, maaf gue nggak bisa bersikap dewasa."

"ih Sungjin, lo bikin gue jadi keliatan jahat banget. Cepet sembuh, nggak boleh sakit lagi. Gue beneran takut tau lo tetiba pingsan begitu." Ada nada menyesal diucapan Yoojung.

"iya janji bakal cepet sembuh deh, gue dokter nggak boleh lama-lama sakitnya. Mana ini tempat gue kerja lagi, bisa diledek sama senior kalau ketahuan sakit."

"gue nggak nyesel kok jadi saudara lo..." lirih Yoojung

"apa, lo ngomong apaan?"

"gue suka punya kakak yang posesif, gue suka dikhawatirin, gue suka manja sama lo, gue juga sayang sama lo makanya jangan kecapekan. Gue marah karena lo kayak nggak pernah perhatian sama diri lo sendiri. Lo kakak terbaik yang pernah gue dapet jin, jadi tolong jangan sakit karena kalau lo sakit siapa yang bisa manjain gue? Ayah udah manjain ibu, Hansung bukan tipe orang yang suka manjain gue." Cerocos Yoojung.

"adek gue udah gede..." Sungjin tersenyum lembut. "udah pulang sana rumah nggak ada orang kan kalau kalian disini?"

"gue disini aja jagain lo, anggep aja tebus dosa gue yang segunung sama lo. Gue nggak terima penolakan." Tukas Yoojung.

"udah ada dokter sama perawat."

"ck.. Gue nggak mau dibantah."

"udah biarin aja, kita yang pulang." Seokjin memberi solusi daripada ribut lagi.
.
.
.

"lo beneran cuma sakit tipus kan? Nggak sakit yang aneh-aneh?" Terselip khawatir dari nada bicara Yoojung.

"iya, lo nggak ikut dengerin emang pas dokter periksa gue?" yang disahut gelengan.

"gue sibuk nangis, lo sih tiba-tiba pingsan gue kan jadi ngerasa bersalah. Gue pikir lo pingsan karena debat sama gue."

"paling lama seminggu gue disini, tapi harus beneran istirahat." Kata Sungjin memperkirakan.

Kim'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang