6

91 12 2
                                    

Dua tahun. Dua tahun berlalu sejak Asahi memberanikan dirinya memberi tahu gadis itu kalau dia akan melanjutakn studinya di Tokyo. Entah mengapa Asahi masih mengingat hari itu dengan sangat jelas. Wajah sendu gadis yang tak ingin jauh darinya, hatinya yang serasa hancur karena dialah penyebab gadis itu merasakan hal tersebut, dan disisi lain, Asahi juga ingin menggapai mimpinya.. mimpi yang tidak berhubungan dengan voli lagi. Bukan berarti Asahi berhenti mencintai voli, hanya saja saat itu Asahi seperti pertama kalinya mempunyai mimpi yang sangat ingin dia capai, sembari menyiapkan dirinya untuk menjadi orang yang pantas berdampingan dengan gadis itu. Pantas.... Asahi ingin menjadi orang yang pantas mencintai gadis itu, Asahi ingin menjadi orang yang pantas berada disamping gadis itu, Asahi akan melakukan apapun demi itu, termasuk meninggalkan sejenak gadis itu dan kembali ketika dia siap dan layak.

Tapi tentu saja itu semua hanya alasan Asahi. Sudah dua tahun berlalu dan gadis itu belum mengetahui bagaimana perasaan Asahi terhadapnya. Dan menjadi orang yang pantas adalah alasan besar Asahi untuk menunda semuanya. Asahi selalu siap dengan konsekuensi setiap tindakan yang dia ambil. Memantaskan diri dengan kemungkinan gadis itu akan melupakannya dan terbiasa tanpanya pun sudah dia pikirkan dengan sangat matang, dan Asahi siap dengan semua itu, dengan kemungkinan terburuk itu. Namun semua hal yang terjadi antara dirinya dengan gadis tersebut benar-benar diluar perkiraannya, diluar kemungkinan-kemungkinan yang dipikirkannya dengan sangat matang, diluar kendalinya.

Gadis itu berhasil menyelesaikan kuliahnya hanya dalam tiga tahun. Sebulan yang lalu gadis itu memberi tahu Asahi kalau dia sudah lulus dan mungkin akan mencoba melanjutkan studinya di Tokyo... bersama Asahi. Entah itu hanya alasan semata atau gadis itu memang benar-benar ingin belajar serius, Asahi tidak memedulikannya, hanya "hidup bersama gadis itu" yang berputar-putar diotak Asahi sejak bulan lalu. Wajahnya memanas saat dia memikirkan gadis itu akan menyambutnya dengan senyum hangat saat Asahi kelelahan menghadapi harinya, jantungnya berdegup dengan kencang saat dia memikirkan gadis itu akan makan bersamanya setiap hari, menemaninya berbelanja, mengembalikan semangat Asahi saat dia sedang down, atau hanya akan duduk disebelahnya dalam keheningan. Semua itu semakin membuat Asahi untuk menjadi "cepat" pantas mendampingin gadis itu. Tapi kemudian.. semua orang tahu... dia adalah Azumane Asahi... pikiran-pikiran negatif mulai merayap masuk ke otaknya. Bagaimana jika gadis itu tidak menganggapnya pantas? Bagaimana jika gadis itu hany ingin serius belajar dan bukan ingin bersamanya? Bagaimana jika semua usahanya sia-sia? Bagaimana jika Asahi tidak pernah membuat jantung gadis itu berdegup kencang atau wajahnya memerah? Bagaimana jika gadis itu tetap melihatnya sebagai teman...?

Asahi mengutuk dirinya sendiri saat ketakutan mulai menjalari tubuhnya bersamaan dengan semua pikiran-pikiran negatif. Diliriknya jam dinding yang menggantung ditembok kamar tempatnya berada sekarang dan disadarinya kalau waktunya tak banyak, gadis itu bisa menelepon Asahi kapan saja untuk menjemputnya di stasiun. Ya.. benar... gadis itu akan memulai hidupnya di Tokyo hari ini, tepat dua tahun setelah Asahi memberi tahu gadis itu kalau dia akan meninggalkannya.

Dirogohnya saku celana jeans yang sedang dipakainya untuk mengambil ponselnya, Asahi mencari nama seseorang dideretan kontaknya dan berhenti saat nama Sugawara Koushi ditangkap mata cokelatnya, segera saja Asahi menekan tombol panggil lalu mengarahkan ponsel tersebut ke telinganya, mendengar bunyi panggilan sebanyak tiga kali sebelum suara Sugawara muncul diseberang telepon.

"Suga, kita teman bukan?" Tanya Asahi sesaat setelah Suga mengangkat teleponnya.

"Kau mabuk? tentu saja kita teman"

Asahi memejamkan matanya dan menghela nafas berat sebelum akhirnya berkata, "Apakah kau akan pindah ke Tokyo hanya untuk bisa bersamaku?" 

"Asahi? Kau mabuk?"

"Jawab saja, aku mohon" Timpal Asahi pelan, lalu menyesali pertanyaan bodohnya.

"Tidak... aku tidak akan melakukannya kalau aku hanya temanmu. Ini akan terdengar sangat aneh jadi tolong lupakan semua perkataanku setelah ini.. ekhem... tapi aku akan melakukannya jika aku suka padamu" 

"Kimochiwarui...." komentar Asahi pelan sambil menahan tawa, namun perasaan lega membanjiri tubuhnya.

"Sudah kubilang lupakan!! Lalu, siapa yang sedang kita bicarakan? Aku kira kau masih bersama gadis itu?"

"Bersama? Gadis itu? Maksudmu?" Tanya Asahi bingung

"Gadismu, siapa lagi? Kalian sudah putus?"

"Ha? Apa aku pernah mengatakan kalau aku berkencan dengannya? Demi Tuhan Suga.. dia hanya temanku" Jawab Asahi setengah berteriak.

"HAAAAA?? Jadi kau belum memberi tahu gadis itu kalau kau menyukainya?" Tanya Suga, setengah berteriak juga.

"...........be....lum" jawab Asahi sangat pelan, lalu memegang kepalanya dengan tangannya yang bebas.

"Jadi gadis itu akan pindah ke Tokyo? untuk bersamamu?"

"Iya.. dan Tidak.... dia akan melanjutkan studinya di Tokyo... bukan untuk bersamaku" Jawab Asahi lagi dengan suara sendu, mencoba tidak terlalu berharap tentang alasan kepindahan gadis itu.

"Asahi.. aku tahu gadismu pintar.. sangat pintar, tapi kau pernah memberi tahuku kalau dia juga orang yang malas, apa menurutmu dia akan repot-repot pindah sangat jauh ke Tokyo hanya untuk belajar? sementara di Miyagi pun banyak universitas yang bisa menampung kepintarannya" 

Secercah harapan positif mulai tumbuh diotak Asahi. Semua kata-kata Suga mengalir dengan cepat diotaknya, dan semua itu benar. Sudah belasan tahun Asahi dan gadis itu tumbuh bersama, bagaimana bisa Asahi melupakan fakta penting tersebut? 

"Baiklah.... terima kasih.. aku akan mentraktirmu kopi kapan-kapan" Kata Asahi kemudia mengakhiri panggilan, tanpa repot-repot mendengar apa yang akan dikatakan Suga selanjutnya. Senyum cerah terukir dibibir Asahi, perasaan lega yang tadi sempat menghilang kini memanjiri dirinya lagi. Diliriknya jam dinding lagi lalu memutuskan untuk bersiap-siap menjemput gadis itu di stasiun, namun bunyi bel apartmentnya mengurungkan niat Asahi dan segera berjalan menuju pintu depan.

"Surprise!!!!!" Kata gadis itu kemudian menjatuhnya dirinya kepelukan Asahi sesaat setelah Asahi membuka pintu apartmentnya. Dan tanpa diperintah otakpun, tangan Asahi langsung mendekap tubuh mungil gadis itu, menenggelamkan gadis itu dipelukannya. Asahi mencium puncak kepala gadis itu sebelum akhirnya menyembunyikan wajahnya di leher sigadis dan mendekapnya lebih erat.

"I miss youuuuuuu gentle giant" Kata gadis itu dengan suara bahagia.. sangat bahagia... yang tidak bisa disembunyikannya. 

***


Huhu
Dua chapter apdetnya deketan XD
Maaf kalo chapter ini dan sebelumnya agak pendek ya.
Dan terima kasih banget buat yang udah mau baca, vote dan komen, i wuff you guys :"


What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang