5

90 11 3
                                    

Pria berambut panjang yang diikatnya menjadi cepol tersebut hanya diam menatap seorang gadis di depannya yang sedang asik menikmati segelas eskrim choco mint dengan bahagia. Senyum bahagia gadis tersebut kadang membuat bibir Asahi tertarik membentuk sebuah senyuman bahagia yang sama, senyuman bahagia yang tidak semua orang bisa menjadi alasannya. Namun sampai detik ini, Asahi masih tidak menyadari bahwa gadis dihadapannya tersebut adalah alasannya bisa tersenyum dengan bahagia, seorang Azumane Asahi hanya berpikir dia akan bahagia selama semua orang yang dia sayangi bahagia. Tidak menyadari bahwa senyum gadis dihadapannya tersebut membuatnya bahagia dengan cara yang berbeda.

"Bagaimana kuliahmu? Bergaul dengan  orang-orang yang lebih tua denganmu pasti agak sulit bukan?" Tanya Asahi memecah keheningan diantara mereka, sudah puas menikmati senyum gadis tersebut.

 "Hmm.. lumayan.. mungkin aku akan bisa cum laude jika aku berusaha sedikit, tapi kau tau aku kan... aku akan sangat malas melakukannya" Jawab gadis tersebut dengan enteng sembari menatap gelas eskrimnya yang sudah setengah kosong. "Kau sendiri? setelah lulus akan melanjutkan kemana?" Lanjutnya, kali ini sambil menatap Asahi.

Asahi terdiam mendengar pertanyaan gadis dihadapannnya dan hanya menatap gadis tersebut dengan tatapan sedih. Senyum dibibirnya sirna, tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut. Pikiran untuk jauh dari gadis dihapadannya itu sangat sulit, tidak menemui gadis tersebut selama dua bulan saja sudah bisa membuat Asahi gila, entah apa yang akan terjadi pada Asahi jika dia benar-benar jauh dari gadis tersebut untuk waktu yang cukup lama, namun Asahi harus tetap melakukannya, memberi tahu gadis tersebut kalau dia akan meninggalkan Miyagi setelah lulus dan menetap di Tokyo. Bagaimana dan kapan saja mereka akan bertemu bisa dia pikirkan nanti.. atau jika kemungkinan buruk terjadi, gadis itu akan perlahan melupakannya dan terbiasa tanpa ada dirinya, Asahi juga akan siap menerimanya. 

"Asahi? Hei! Kau mendengarku?" Sergah gadis tersebut membuyarkan lamunan Asahi.

"Hm? Eh... iya.. mungkin aku mencoba ujian masuk universitas" Jawab Asahi sekenanya, tak siap untuk mengatakan apa yang harus dia katakan.

"Benarkah?? Kau tidak mau melanjutkan bermain voli? Menurutku kau sangat keren saat berada di lapangan .. atau saat kau memukul bola .. atau saat kau berhasil menerima spike lawan.. atau saat kau....... hei! kau mendengarkanku kan?" Tanya gadis itu memotong perkataannya saat dilihatnya Asahi hanya menatapnya sambil tersenyum sendu.

"Aku mendengarnya Jekyll" Jawab Asahi kemudian meletakkan sikunya diatas meja dan menopang dagunya, memperpendek jaraknya dengan gadis itu. "Kau bilang aku keren" Lanjut Asahi pelan.

Gadis itu hanya menatap Asahi dengan tatapan tak percaya lalu memukul kepala Asahi pelan dengan tangan mungilnya, sebelum akhirnya berkata, "Kenapa kau tak pernah bisa bersikap seperti ini kepada orang selain aku.." 

Asahi hanya tersenyum kecil mendengar perkataan gadis itu lalu kembali duduk tegak dikursinya. Otak Asahi kembali mencerna perkataan gadis dihadapannya tersebut, gadis itu benar, Asahi akan selalu gugup jika berhadapan dengan orang lain, bahkan kadang teman sekolahnya seperti Daichi atau Suga tetap bisa membuatnya gugup dan bingung bagaimana harus bersikap. Sifatnya satu itu kadang membuat Asahi ingin mengurungkan niatnya untuk pergi jauh atau bertemu orang-orang baru. Asahi sangat sadar kalau hanya gadis dihadapannya itu yang bisa dia hadapi tanpa gugup, tanpa takut... Namun, sisi lain dari dirinya sangat ingin membuktikan pada gadis itu, pada dunia, kalau dia juga bisa berhadapan dengan orang baru tanpa gugup, tanpa mengambil hati semua perkataan yang mereka katakan, tanpa takut.

"Asahi!!" Sergah gadis itu sedikit keras, lagi-lagi membawa Asahi sadar dari lamunannya.

"Sssttt... kenapa kau berteriak?" Tanya Asahi kepada gadis itu dengan suara pelan sembari mengedarkan pandangannya, lalu tersenyum canggung saat beberapa pasang mata menoleh kearah mereka karena teriakan gadis itu.

"Kau tidak mengdengarkanku daritadi!" Protes gadis itu, setengah kesal.

"Ah.... Gomen gomen.. aku mungkin sedikit lelah.." Jawab Asahi lalu memegang tengkuknya, mecoba kembali fokus kepada gadis dihadapannya dan tidak memikirkan hal lain.

"Kau masih sedih karna kalah di nasional?" Tanya gadis itu serius.

"Eh..? bukan... itu.. maksudku.. tentu saja aku sedih, semua anggota Karasuno oun bersedih, tapi bukan itu masalahnya. Aku sudah sangat senang Karasuno bisa sampai ke Nasional, walau kami tidak sampai menuju final.. maksudku.. Hinata dan yang lain pasti bisa membawa Karasuno ke final tahun depan, aku yakin itu.. Saat ini aku hanya merasa kalau peranku sudah selesai, dan aku harus tetap melanjutkan hidupku.. kau tau.. bertemu orang baru.. belajar sesuatu yang baru.. dan aku inginkan... " Jelas Asahi panjang lebar, tanpa menatap ke arah gadis dihadapannya... dan kata-katanya seketika terhenti saat disadarinya gadis itu menatap Asahi dengan lurus dan sebuah senyum kecil terukir dibibir sang gadis. Senyum yang menurut Asahi bisa menghentikan waktunya.

"Lanjutkan... kenapa kau berhenti bicara?" Protes gadis itu lagi saat Asahi hanya diam menatapnya.

Saat itu Asahi merasa kalau dia harus segera mengatakan keinginannya pada gadis dihadapannya tersebut. Gadis itu sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya, apapun yang ingin dia lakukan, gadis itu harus tahu. Apapun reaksi dan komentar gadis itu, akan Asahi pikirkan nanti. Entah gadis itu akan mendukungnya atau mencegahnya, entah gadis itu akan tetap berada disisinya atau meninggalkannya, Asahi akan memberi tahu gadis itu keinginannya. Bukankah hanya gadis itu yang bisa Asahi hadapi tanpa gugup atau bingung? Seperti yang gadis itu bilang tadi?

"Jekyll.." Panggil Asahi pendek.

"Hmm?" 

"Setelah lulus dari Karasuno, aku ingin masuk salah satu universitas yang ada di Tokyo" Kata Asahi, mencoba terdengar tetap tenang.

"Eh?"

***

What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang