10

105 14 5
                                    

Asahi menatap kertas di tangannya yang bertuliskan nama Shimizu Kiyoko dan Tanaka Ryuunosuke tersebut dengan lekat. Otaknya memproses semua tulisan dikertas itu dengan pelan dan tenang, mencoba membaca dan mengartikan kata-kata yang tergores disana. Sudah hampir sepuluh menit Asahi melakukan hal tersebut dan isi kertas itu tak berubah sedikitpun, Shimizu Kiyoko, mantan manager club bola volinya yang sangat cantik tersebut akan menikahi mantan wing spiker club bola volinya dulu. Senyum kecil terukir dibibir Asahi saat memori-memori lucu tentang Tanaka yang sangat mengidolakan Shimizu terlintas diotaknya. Walaupun tidak hanya Tanaka yang mengidolakan manager cantik tersebut, seorang Nishinoya Yuu, bahkan Sugawara dan Daichi pun juga sangat mensyukuri kehadiran Shimizu ditengah-tengah mereka, tidak terkecuali juga Asahi, namun pada akhirnya yang terbukti adalah Tanaka Ryuunosuke. Senyum masih menghiasi bibir Asahi saat dipikirannya terlintas kalau akhirnya Tanaka mendapatkan apa yang dia inginkan, dambakan.. bahkan sejak masih bersekolah. Asahi bisa membayangkan betapa bahagianya seorang Tanaka Ryuunosuke sekarang dan itu tak berbeda dengan dirinya. Netra cokelat Asahi kini beralih ke seorang gadis yang tengah sibuk memasak di dapur apartemennya. Senyumnya semakin lebar saat mengingat tak hanya Tanaka yang bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, tapi juga dirinya sendiri, Asahi juga sudah mendapatkan gadisnya, seseorang yang juga diinginkannya, walau hubungan mereka belum sejauh Tanaka dan Shimizu namun tak dipungkiri, Asahi sempat memikirkan untuk segera menikahi gadis itu.

Beralih dari Tanaka dan Shimizu, kini otak Asahi disibukkan oleh satu cincin yang sempat dilihatnya di salah satu toko perhiasan yang dia lewati saat berjalan pulang. Seorang Azumane Asahi terkagum-kagum oleh desain sebuah cincin, sambil memikirkan betapa cantiknya cincin tersebut jika melingkar dijari manis gadisnya. Lalu ide untuk melamar gadis itu tiba-tiba saja melintas dikepalanya. Hubungannya dengan gadis itu kini sudah berlangsung hampir tiga tahun, dia sudah mendapatkan pekerjaan tetap sebagai seorang apparel designer sementara gadisnya kini sudah resmi menjadi salah satu editor novel di perusahaan penerbit yang sangat disukainya. Mereka berdua sudah cukup terjamin untuk masalah ekonomi walau terkadang mereka tidak akan memedulikan apapun saat deadline didepan mata dan pekerjaan mereka belum terselesaikan. Usia mereka juga masih terlalu muda untuk menikah -setidaknya itulah yang ada dipikiran Asahi saat menatap cincin indah tersebut- oleh sebab itu, Asahi mengurungkan niatnya untuk membeli cincin itu dan menunda sejenak rencananya untuk melamar gadisnya. Tapi kini, undangan pernikahan dari Tanaka dan Shimizu menggoyahkan niatnya untuk menunda menikahi gadisnya, bukan karena dia tak mau kalah, hanya saja kini dia merasa tak ada salahnya untuk menikah muda.

"Hei... kau sedang senang? Surat dari siapa itu?" Tanya sigadis sambil menjentikkan jarinya didepan wajah Asahi, membuyarkan pikiran yang berkecamuk diotaknya sejak undangan itu tiba.

"Oh.... ya... tentu saja... ini undangan pernikahan... Tanaka dan Shimizu" Jawab Asahi, tetap memerhatikan gadisnya yang kini sibuk membawa makanan dari dapur ke meja makan tempat Asahi berada.

"Tanaka? dan.... Shimizu..? Shimizu Kiyoko? manager club mu?" Tanya gadis itu tak percaya, lalu mempercepat langkah kakinya menuju meja makan, menaruh dua piring berisi kare dengan hati-hati dan merebut undangan dari tangan Asahi lalu mendudukkan dirinya dikursi yang terletak diseberang Asahi.

"Tentu saja, memang Shimizu yang mana lagi" Timpal Asahi, sedikit menyeret piring berisi karenya lalu mengambil sendok, perutnya sudah bergejolak.

"Woaaaaa... bukankah Tanaka menyukai Shimizu sejak mereka masih di bangku sekolah? dan sekarang dia bisa mendapatkan Shimizu Kiyoko yang sangat dingin itu? waaaa the definition of dream comes true" Celoteh gadis itu riang, matanya masih bersinar membaca setiap kata yang tercetak di undangan pernikahan tersebut sementara Asahi hanya mengangguk-angukkan kepala disertai sebuah senyuman sebagai jawaban, mulutnya kini sibuk mengunyah.

"Tunggu dulu... kau terlihat senang... kau tidak patah hati?" Lanjut gadis itu, kini menatap Asahi penuh, undangan pernikahan itu ia letakkan disamping piring karenya.

Asahi mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan sang kekasih, ditelannya makanan yang masih berada dimulutnya, sebelum akhirnya menjawab "Kenapa aku harus patah hati? Mereka temanku, mereka sedang berbahagia, tentu saja aku akan ikut berbahagia?" 

"Bukankah kau menyukai Shimizu?" Tanya gadis itu lagi, kini sambil menyelidik.

Asahi hanya diam mendengar pertanyaan gadisnya, bingung harus menjawab seperti apa dan setengah tak percaya kalau gadisnya akan bertanya demikian. 

"Maksudku... hampir semua orang di club bola voli menyukai Shimizu? bukankah begitu? Ah... kau ingat saat Shimizu memegang tangan Sugawara saat akan bertanding dulu? Kau dan Daichi terlihat begitu kesal... dan kau menceritakannya kepadaku juga dengan kesal.... kalau aku tak salah ingat" Lanjut si gadis saat Asahi hanya diam dan menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Kau tahu... aku bahkan lupa kejadian itu, dan.. tidak semua anggota club menyukai Shimizu, aku tak menyukainya... maksudku bukan tak suka yang seperti itu... aku tak menyukainya secara romantis... maksudku.. dia cantik.. banyak yang menyukainya secara romantis... tapi aku tidak... kau paham maksudku?" Jawab Asahi terbelit.

"Kau yakin?" Tanya gadisnya lagi.

"Apakah aku akan berada disini bersamamu kalau aku menyukai Shimizu? Apakah aku akan menciummu, memelukmu, tidur denganmu kalau aku menyukai Shimizu?" Kata Asahi, kembali bertanya, sementara gadisnya hanya menahan tawa mendengarnya.

"Maksudku bukan sekarang Azumane-san, saat kau sekolah dulu, kau menyukainya? Aku rasa kau menyukainya" Timpal gadis itu, kini mulai menyentuh makanannya.

"Atas dasar apa kau menyimpulkan hal itu?" Tanya Asahi, meletakkan sendoknya dan kini fokus menatap gadis dihadapannya. 

"Dari ceritamu saat Shimizu memegang tangan Sugawara! Kau tahu.. aku mengurungkan niatku untuk memberi tahumu kalau aku jatuh cinta padamu karena hal itu, itu adalah patah hati pertamaku, sahabatku yang sekaligus orang yang aku cintai, ternyata menyukai gadis lain"  Jawab gadisnya lalu mulai memakan makanannya sementara Asahi hanya tersenyum mendengarkan. 

"Sudah kubilang.. aku menyukai Shimizu tapi bukan rasa suka yang seperti itu, kau tahu saat itu hanya kau dan Shimizulah wanita yang tidak termakan oleh gosip-gosip yang beredar soal aku, jadi ya... aku merasa sedikit iri saja saat dia memegang tangan Sugawara... bukan berarti apa-apa, aku bahkan tak pernah terbayang kalau aku akan bersamanya, tidak sedetikpun" Timpal Asahi, masih tetap fokus memerhatikan gadisnya, perutnya yang terasa sangat lapar tadi tiba-tiba penuh walau baru separuh dia memakan karenya. Pikiran soal gadisnya yang cemburu membuat perutnya seperti dipenuhi oleh kupu-kupu.

"Ya ya... tentu saja... tapi itu berarti kau tetap menyukainya.. walaupun kau tau aku selalu bersamamu... aku heran kenapa kau begitu tidak peka dulu.. dan kau pun...." Omel gadis itu disela-sela makannya, sementara Asahi hanya tetap diam memerhatikan, ocehan gadis itu sama sekali tak masuk ke telinganya, menurutnya tingkah gadis itu yang sedang cemburu lebih menarik.

"Kau mau menikah denganku?" Tanya Asahi, memotong omelan gadis dihadapannya tersebut.

Gadis itu terdiam seketika saat kata-kata Asahi meluncur mulus masuk ke telinganya dan terproses oleh otak encernya. Matanya menatap Asahi tertegun, waktu seolah berhenti untuknya, suara televisi yang sayup terdengar seolah sirna, dan hanya suara debaran jantungnya sendiri yang kini bisa didengarnya.


***

What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang