8

79 12 2
                                    

Asahi menghela nafas berat, entah untuk yang keberapa kali hari itu, sambil menatap tumpukan kertas dihadapannya, sambil sesekali menyesali keputusannya karena memilih design sebagai jurusan kuliah. Tapi kemudian dia akan merasa sangat senang dan bangga atas dirinya sendiri saat tugas-tugas tersebut selesai dan mendapat apresiasi yang diinginkannya. Tangan besarnya masih sigap mencoret-coret kertas hidapannya, mencoba membuat sebuah design pakaian musim panas. Asahi lebih menyukai menggambar di kertas dahulu lalu membuat versi digitalnya saat dia merasa puas dengan design yang dikerjakannya. Sesekali senyum terukir dibibirnya saat dia membayangkan gadisnya memakai pakaian yang dia buat, membayangkan betapa cantiknya gadis itu saat memakai baju hasil kerja kerasnya. Banyak sekali inspirasi yang mengalir diotak Asahi saat dia memikirkan gadis itu. 

"Huaaa... Azumane.... bagaimana caramu mendapat inspirasi secepat itu? Aku benar-benar tidak bisa memikirkan apapun daritadi." Celetuk salah satu orang yang duduk bersamanya di ruang kelas tempat mereka berada sekarang. Asahi hanya tersenyum sambil mengendikkan bahu mendengar celetukan orang tersebut sembari berpikir sangat tak mungkin jika dia menjawab kalau dia sedang jatuh cinta. Inspirasinya mengalir dari gadis yang dicintainya.

Senyum manis tetap terukir dibibir Asahi saat otaknya tak berhenti memikirkan gadis itu, gadis yang sekarang bisa dia sebut sebagai kekasihnya. Otaknya berkelana ke hari dimana akhirnya dia mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadap gadis itu, gadis yang tumbuh bersamanya sejak mereka masih bayi.  Setelah hampir tiga tahun Asahi menyimpan perasaannya karena takut akan respon gadis itu.. atau takut jika gadis itu tidak merasakan hal yang sama dan malah pergi menjauhinya, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Seperti Asahi gadis itu menyimpan perasaan yang sama. 

__

"Apa kau mau menemani seorang Azumane Asahi yang sedang berjalan memantaskan diri untukmu?" Tanya Asahi menatap lurus ke arah gadis dihadapannya. 

Gadis itu hanya tercekat awalnya, otak encernya butuh beberapa waktu untuk memproses kata-kata 'sahabatnya' tersebut. Lalu tawanya pecah, gadis itu tertawa sampai tulang pipinya terasa nyeri, sementara Asahi hanya diam melihat gadis itu tertawa, tak tahu harus bereaksi bagaimana sembari memikirkan kemungkinan terburuk -- gadis itu menertawakannya lalu menolaknya. 

"Kau serius?" Tanya gadis itu setelah tawanya mereda. 

"Apakah hal seperti ini bisa dijadikan candaan?" Kata Asahi kembali bertanya, suaranya mulai terdengar putus asa.

"Tidak... tentu saja tidak... bukan begitu maksudku... Asahi..." Kata gadis itu lalu menangkup kedua pipi Asahi dengan tangan mungilnya, menghela nafas panjang, sebelum akhirnya berkata, "Maksudku.... kau dan aku tidak membutuhkan sesuatu seperti... hmm.. ikatan sementara? Atau sebutan sepasang kekasih? Aku tidak butuh hal seperti itu. Setelah semua hal yang kita lakukan... setelah semua waktu yang kita habiskan dan lewati bersama aku pikir kau sadar kalau aku selalu mencintaimu. Aku tahu kau akhirnya jatuh cinta padaku, aku sadar akan semua itu tapi aku juga tak masalah dengan hubungan kita yang tetap seperti ini, karena nanti tanpa pengakuan pun, aku akan tetap selalu bersamamu. Kau tak perlu memantaskan diri, seorang Azumane Asahi yang sekarang pun sudah sangat pantas untuk bersamaku dan jika kau tak kunjung mengajakku menikah maka aku yang akan menikahimu dulu!" Jelas gadis itu panjang lebar lalu tersenyum manis. 

Asahi hanya diam mendengarnya, perasaan lega dan bahagia membanjiri tubuhnya, kekhawatirannya hilang tak membekas sama sekali. Direngkuhnya tubuh mungil gadis itu dan sang gadis pun dengan senang hati menenggelamkan dirinya dipelukan Asahi.

__

"Astaga! Aku lupa kalau aku ada janji kencan dengan kekasihku" Kata seseorang, berdiri tiba-tiba dari kursinya dan membuyarkan lamunan Asahi. "Aku akan menyelesaikan bagianku malam nanti dan akan kukirimkan hasilnya lewat email kepada kalian" Lanjut orang tersebut sambil buru-buru merapikan semua barang bawaannya sementara beberapa orang lain dikelompok tersebut, termasuk Asahi, hanya mengangguk mengiyakan dan kembali fokus pada design mereka masing-masing, membiarkan salah satu anggota mereka pergi kencan.

"Saa.. Azumane.. kau tak pergi kencan juga?" Celetuk seorang wanita tiba-tiba beberapa saat kemudian dan Asahi hanya menatap wanita itu bingung. "Kau punya pacar kan? Kapan hari aku melihatmu bersama seorang gadis di supermarket, dia pacarmu kan?" lanjut wanita itu dan Asahi hanya tersenyum canggung lalu mengangguk.

"Azumane pergi kencan ke supermarket?" Tanya seseorang disebelah wanita tadi, tiba-tiba tertarik dengan pembahasan yang ada.

"Tidak...tentu saja tidak... aku hanya menemaninya berbelanja kebutuhan bulanan" Jawab Asahi gugup, merasa bingung kenapa tiba-tiba dia menjadi topik pembicaraan.

"Heeee...souka.... kalau begitu.. biasanya kemana kau pergi kencan? Aku kehabisan tempat kencan dengan pacarku, mungkin kau bisa memberiku beberapa rekomendasi?" Tanya orang itu lagi, kali ini memfokuskan perhatiannya kearah Asahi, benar-benar lupa dengan design yang sedang dikerjakannya.

Asahi hanya diam, otaknya tiba-tiba bekerja keras mengingat kemana saja dia dan gadisnya pergi setelah mereka resti menjadi sepasang kekasih, dan hasilnya nihil. Asahi tak bisa menemukan memori tersebut atau lebih tepatnya dia dan gadisnya belum pernah pergi kencan. Menemani gadis itu belanja bulanan bukanlah kencan, menonton pertandingan voli di televisi bersama bukanlah kencan, menemani gadis itu seharian di perpustakaan untuk mengerjakan tugasnya bukanlah kencan. 

"Ah... kami jarang sekali pergi keluar dan lebih suka menghabiskan waktu bersama di apartment, seperti menonton atau memasak bersama" Jawab Asahi sekenannya, setelah dirasanya cukup lama dia berpikir.

"Eeeeeeehhh... bukankah seorang gadis biasanya sangat menyukai hal-hal seperti berkencan? Kau tau... seperti menghabiskan waktu bersama di tempat umum sembari diam-diam mendeklarasikan kepada dunia kalau dia punya pacar... seperti itu" Timpal orang tersebut dan Asahi hanya membalasnya dengan senyuman. 

Sepanjang sisa waktu anak-anak muda berkumpul tersebut dihabiskan Asahi dengan overthinking. Inspirasi desainnya menguap begitu saja digantikan dengan omongan salah satu temannya tadi. Apakah gadis itu tidak ingin mengakui Asahi sebagai kekasihnya? Apakah gadis itu merasa tidak nyaman bersama Asahi di tempat umum sebagai sepasang kekasih? Apakah gadis itu malu bersamanya?. Tak banyak yang berubah dari seorang Azumane Asahi walaupun dirinya sudah berada di universitas. Pikiran-pikiran negatif dan tidak percaya diri mudah sekali merambati otak dan mempengaruhi suasana hatinya. Sistem kerja otaknya seakan selalu mendahulukan pikiran negatif dan omongan orang.

Asahi menghela nafas panjang saat dia sampai di depan pintu apartmentnya. Tanpa memeriksa pun, Asahi tahu betul gadis itu ada didalam, mempersiapkan makan malam, hal tersebut seakan sudah menjadi rutinitas yang tak akan terlewat. Setelah beberapa detik menatap kosong kearah pintu, akhirnya Asahi membukanya dan berseru "Tadaima" yang segera dijawab oleh gadisnya. Bau katsu menyeruak saat Asahi sudah berada di ruang tamu yang tak jauh dari dapur.

"Katsudon hari ini! Tumben sekali pulangmu malam" Kata gadis itu tanpa menoleh ke arah Asahi, sibuk dengan masakannya.

"Hmm, banyak yang harus aku kerjakan." Jawab Asahi sekenanya lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri, menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa lalu menghela nafas lagi. Kata-kata temannya masih berputar di otak Asahi.

"Kau lelah? Ingin makan sesuatu dahulu sambil menunggu katsudonnya selesai?" tanya gadis itu, saat didengarnya sang kekasih menghela nafas berat.

"Tidak, terima kasih. Ngomong-ngomong... apa kau sibuk akhir minggu ini?" Timpal Asahi, memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Ada beberapa tugas yang harus aku kerjakan, kenapa?"

"Apakah kau bisa meluangkan sedikit waktumu untukku?"

"Tentu. Ada apa?" Jawab gadis itu sembari berpikir, tidak biasanya seorang Asahi bertanya dulu seperti ini.

"Ayo pergi kencan" Jawab Asahi cepat dan hanya membuat gadisnya kebingungan.


***


What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang