7

86 13 6
                                    

Langit Tokyo tampak muram sore itu, angin yang berhembus cukup membuat orang-orang yang berlalu lalang merapatkan mantel yang mereka gunakan. Dedaunan berwarna coklat sudah mulai jatuh berguguran dari dahannya dan mengotori trotoar dimana Asahi sedang berjalan menuju ke sebuah universitas tempat gadis kesayangannya sudah memulai kelas pasca sarjananya.

Sudah dua bulan sejak kepindahan gadis itu ke Tokyo dan hari-hari Asahi sudah tidak berjalan seperti biasanya. Dia sudah disibukkan dengan tugas-tugas disemester baru namun ada kebiasaan lain yang Asahi lakukan setiap hari, membangunkan gadis itu dan mengajaknya sarapan bersama. Selain itu dia juga harus membantu gadis itu untuk membeli keperluannya, menemaninya mengerjakan tugas, menemaninya berbelanja kebutuhan rumah dan setiap tidak ada jadwal kuliah, Asahi dan gadis itu akan selalu bersama. Seperti pengantin baru... walau gadis itu setiap malam tetap tidur di apartmentnya sendiri yang terletak satu lantai dibawah apartment Asahi. 

Kehidupan perkuliahan Asahi menjadi semakin menyenangkan semenjak gadis itu memasukinya, seolah dia tak ingin ada yang berubah dari keadaannya sekarang, dia ingin selamanya bisa berbahagia dengan gadis yang (akhirnya) dia sadari kalau dia menaruh hati. Namun Asahi sadar kalau ada yang harus berubah diantara mereka, Asahi sadar kalau dia tidak akan bisa merasakan perasaan bahagia itu untuk waktu yang lama jika tak ada perubahan. Untuk sekarang, kebahagiaan itu masih semu menurut Asahi. Ada sesuatu yang kurang... sesuatu yang harus diubah.

Pikiran-pikiran rumit diotak Asahi sirna saat langkah kakinya terhenti dan mendengar suara tawa yang renyah dari seorang gadis. Suara tawa yang sangat dihafalnya, suara tawa favoritnya. Dan disanalah gadis itu berdiri... hanya beberapa meter dari tempat Asahi berdiri, sedang tertawa lepas dengan seorang pemuda. Asahi mengernyitkan dahinya melihat pemandangan tersebut. Tidak terlalu menyukai apa yang ditangkap mata cokelatnya. Bukan berarti Asahi membenci gadis itu tertawa, hanya saja.. keberadaan laki-laki disebelah gadis itu mengganggunya. Fakta bahwa ada seorang laki-laki yang menurut Asahi cukup tampan dan bisa membuat gadis itu tertawa lepas benar-benar mengusiknya. Otak Asahi mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk menyebut perasaan tidak mengenakkan itu, dan saat mata cokelatnya bertemu dengan mata gadis itu, dia akhirnya sadar kalau dia sedang cemburu. 

Gadis itu melambaikan tangannya kepada Asahi, berpamitan kepada laki-laki disampingnya lalu berlari kecil menuju ke tempat Asahi berdiri, masih disertai dengan senyum bahagia. Tapi senyum gadis itu tidak membuatnya ikut tersenyum. Otaknya masih sibuk dengan "kecemburuan" yang baru saja dia rasakan. Pertanyaan-pertanyaan negatif mulai merambati pikiran Asahi, apakah dia berhak untuk cemburu? bukankah mereka hanya teman? apa cemburu itu wajar untuk seorang teman? apa yang akan gadis itu pikirkan jika dia mengetahui Asahi cemburu?

"Hei... Asahi.. kau masih disini?" Kata gadis itu seraya menangkup kedua pipi Asahi, membawanya kesadarannya kembali.

"....Ya.... maaf..... kau sudah selesai? Tidak ada urusan lain?" Jawab Asahi terbata sambil memegang tengkuknya dan mengalihkan pandangan dari gadis dihadapannya.

"Tak ada... makan apa kita malam ini? Mau masak dirumah atau makan diluar?" Tanya gadis itu sembari melingkarkan lengannya kelengan Asahi dan mulai berjalan menuju apartment mereka.

"Terserah kau saja" Jawab Asahi acuh dan hanya mengikuti gadis itu berjalan. 

Seperti hari-hari sebelumnya dimana Asahi menjeput gadis itu setelah selesai dengan kuliahnya, gadis itu akan bercerita sepanjang perjalanan tentang apa-apa saja yang dia lalui dan dia lakukan hari itu dan tentu saja Asahi senang mendengarnya, mengetahui semua yang dilakukan gadis itu saat tak bersamanya menjadi hal yang ingin sekali dia ketahui dan selalu dia tunggu ceritanya. Namun saat terakhir gadis itu sebelum menemuinya masih tergambar jelas dibenak Asahi. Siapa laki-laki itu? Apa yang dia bicarakan sehingga membuat gadis itu tertawa lepas? Mengapa mereka hanya berdua saja?. Asahi menunggu dengan sabar cerita gadis disebelahnya sambil sesekali menanggapi, namun hal yang paling ditunggunya tak kunjung keluar dari bibir gadis itu.

"Aku menemukan yakisoba pan yang sangat enak sore tadi" Celoteh gadis itu riang.

"hm.. lalu?"

"Mata kuliah hari ini sangat menyenangkan" lanjut gadis itu, seraya menoleh kearah pria disampingnya.

"Hmm.. lalu?"

"Aku juga berlari mengelilingi gedung kampus sambil berteriak kalau aku akan menikahi Tom Cruise" sambung gadis itu, tetap menatap Asahi.

"Hmm.. lal...... eh?" kata Asahi sedikit terkejut lalu menoleh kearah gadis disampingnya.

"Kau tidak mendengarku" Protes gadis itu lalu kembali menatap jalanan yang cukup lengang dihadapannya, sambil menggembungkan pipinya.

"Ah... aku mendengarnya... percayalah... Aku... hanya merasa sedikit lelah hari ini" Jawab Asahi mencoba untuk tidak membuat mood gadis itu jelek.

"Kau tidak perlu menjemputku kalau lelah, aku bisa pulang sendiri dan kau bisa langsung pulang untuk istirahat" Kata gadis itu mengelus lengan Asahi pelan, merasa tidak enak karena merepotkan sahabatnya.

"Tak apa... rasanya aneh saat aku pulang dan kau tak ada dirumah" Jawab Asahi santai dan tanpa sadar membuat gadis disebelahnya sedikit terkejut. "Aku... bisa bertanya sesuatu?" Lanjut Asahi saat gadis itu hanya diam.

"Tentu...." Jawab gadis itu pendek.

"Siapa orang yang tertawa bersamamu tadi?" Tanya Asahi to the point, tanpa menatap gadis disebelahnya dan mencoba menenangkan degub jantungnya sambil berdoa agar gadis itu tak mendengarnya.

"Tertawa?.. Oh... dia mahasiswa tingkat akhir... akan lulus semester ini dan kemudian menjadi asisten salah satu professor di jurusanku. Dia bilang dia tertarik dengan essay yang aku tulis untuk tugas mata kuliah yang kurang disukainya, kami hanya mengobrol sedikit dan dia membuat lelucon tentang proffesor yang tidak disukainya" Jelas gadis itu panjang lebar, kemudian sedikit tertawa saat mengingat lelucon yang disebutkan kakak tingkatnya tadi.

"Oh... dia cukup tampan"

"Menurutmu begitu? Banyak gadis-gadis dijurusanku yang bilang begitu juga. Yang pasti dia orang yang cukup asik untuk diajak bicara soal sastra" Lanjut gadis itu, masih menjelaskan soal kakak tingkatnya, tanpa menyadari perasaan terganggu laki-laki disebelahnya.

Asahi kemudian hanya diam sambil tetap berjalan dan menyesali keputusannya untuk membicarakan orang yang bisa membuat gadis disebelahnya tertawa lepas hanya dalam sekali bertemu. Jurusan yang dia ambil memang berbeda dengan gadis itu, Asahi sedang belajar design dan gadis itu sastra. Asahi sama sekali tidak tahu-menahu soal sastra selain yang dia dapat disekolahnya dulu. Perasaan tak enak kembali merambati tubuhnya. Bagaimana jika lelaki tadi menaruh hati pada gadis itu? Bagaimana jika akhirnya gadis itu merasa nyaman dengan laki-laki tadi? Bagaimana jika akhirnya mereka berakhir bersama?

Asahi menghentikan langkahnya tiba-tiba dan membuat gadis itu sedikit terkejut. 

"Asahi?" Tanya gadis itu saat dilihatnya Asahi hanya diam sambil menatap jalanan dibawahnya.

Berhentilah jadi pengecut dan katakan sekarang. Batin Asahi, menghela nafas yang berat sebelum akhirnya menatap gadis disebelahnya.

"Aku tahu aku tidak setampan kakak tingkatmu tadi. Aku tahu aku bukan orang yang banyak paham soal sastra... tapi aku berjanji akan membuatmu bahagia, membuatmu jauh lebih nyaman berada disisiku daripada bersama dengan orang lain. Aku menyukaimu.....entah sejak kapan... entah bagaimana..... Aku sedang berusaha untuk menjadi seseorang yang pantas untukmu, tapi aku tidak bisa menunggu selama itu... pikiran-pikiran kau akan diambil orang lain benar-benar membuatku takut. Maukah kau menerima seorang Azumane Asahi yang hanya bisa berjanji untuk membuatmu nyaman sekarang? Apa kau mau menemani Azumane Asahi yang sedang berjalan memantaskan diri untukmu?" Kata Asahi panjang lebar. Sementara gadis itu hanya diam tercekat dan membelalakkan matanya terkejut. Tak tahu harus berkata apa, otak encernya seakan berhenti bekerja mendengar kata-kata Asahi.


***

What are we?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang