26. musim dingin 1

11.8K 1.7K 60
                                    

Happy reading kamu 💛💛

Vristell merapikan gaunnya terlebih dahulu lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu di depannya "ayah, boleh aku masuk?" 

Belum terdengar jawaban dari ayahnya, tapi Vristell bisa mendengar dari sini jika ayahnya baru saja menyuruh robert untuk membukakan pintu. 

Beberapa saat setelahnya terdengar suara orang yang mendorong pintu, seperti biasa wajah ramah Robert yang menyambutnya pertama kali, ah sayang sekali Robert belum mau menikah, sepertinya ayahnya tidak peka, bagaimana Robert bisa mencari pasangan jika tugasnya saja menumpuk. 

"terimakasih Robert, semoga harimu menyenangkan" ucap Vristell saat ia berpapasan dengan Robert.

Robert balas tersenyum, ya, semoga saja hari kerjanya menyenangkan, semoga.."terimakasih Lady"

Vristell sekarang berdiri di depan meja ayahnya,  dari dulu ia diajarkan untuk tidak langsung duduk sebelum duduk, makanya dari tadi Vristell memberikan kode kepada ayahnya agar peka jika ia ingin duduk, karena tidak kunjung peka, Vristell meletakan teh yang di bawanya di atas meja ayahnya. 

Duke menengadah sambil tersenyum tipis,  nyaris tidak kelihatan sehingga Vristell pun ragu jika menafsirkan Duke tersenyum atau tidak tadi. 

"kau membuatnya sendiri?"

"aku bukan anak kecil lagi ayah, tentu aku membuatnya sendiri"

Duke tertawa, tapi suara tawa itu terasa tidak nyata bagi Vristell "pilih tempat duduk mu Vristell"

Vristell tersenyum, tanpa membuang waktu gadis itu segera berjalan ke arah salah satu sofa yang keberadaannya tidak jauh dari meja kerja ayahnya. 

"aku mendengar kau ke menara sihir hari ini" Duke menatap Vristell sembari menyusun kertas di atas meja, sebenarnya Robert berniat untuk membantu, tapi Duke memberi arahan lewat gerakan tangannya agar ia saja yang melakukannya. 

"ya" jawab Vristell. "tadi tidak ada orang dirumah, jadi aku pergi tanpa memberitahu terlebih dahulu"

"apakah kau ada urusan penting di menara sihir? Apa kau bertemu kakekmu?" tanya Duke beruntun. 

Vristell mengangguk singkat "tadi aku bertemu kakek di ruangannya"

"apakah ada hal lain yang tidak ku ketahui?" Duke mengangkat alisnya dengan pandangan menyelidik. 

"aku rasa tidak ada" jawab Vristell santai berusaha tidak terintimidasi dengan tatapan ayahnya. 

"baiklah, tidak usah diperpanjang, urusan apa yang membawamu kemari, Vristell?"

"apakah ayah akan hadir di event tahun ini?"

Duke menggeleng sambil meniup teh sebelum ia meminumnya "sepertinya tahun ini tidak, aku sedang sibuk dengan tugas-tugas ini"

Vristell tersenyum kecil, lebih baik ayahnya tidak hadir sehingga ia lebih leluasa saat event yang akan berlangsung enam hari lagi, sebenarnya Vristell rasa ayahnya tidak akan melarangnya, tapi tetap saja ia jauh lebih bebas jika ayahnya tidak ada.

Vristell berdiri dari duduknya, sebenarnya ia hanya ingin menanyakan itu saja kepada ayahnya, karena ayahnya memutuskan untuk tidak hadir, maka Vristell tak perlu mengeluarkan tenaganya untuk mempengaruhi ayahnya. 

"baiklah ayah, aku tidak akan mengganggumu lagi, selamat bekerja" Vristell setengah memeluk ayahnya, rasanya ia masih dihantui dengan kejadian saat keluarganya ikut dibunuh akibat kesalahannya. 

"jaga kesehatanmu, jangan bekerja sampai larut malam" kata Vristell seraya melepas pelukannya. 

Duke berdehem "aku tidak melakukannya"

i want to be villainess Because Of RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang