𝘅𝘃. 𝙝𝙤𝙢𝙚?

414 69 3
                                    


"Puji Tuhan udah sadar, A'."

Jongho tersenyum tipis membalas ucapan papanya. Beberapa jam setelah Jongho di nyatakan siuman dan Lucy sempat memberi kabar pada papanya, Minho serta istri keduanya datang berkunjung ke bangsal Jongho.

"Haeun, ini Jongho. Anak saya yang pertama. Mungkin seterusnya dia bakal tinggal bareng kita juga." Jelas Minho pada istrinya.

Alis Haeun mengkerut bertaut. "Tapi, bukannya anakmu cuma Lucy?" Tanyanya kebingungan.

Minho lantas menggeleng, tangannya beralih mengelus penuh sayang surai pekat putra sulungnya. "Jongho ini anak pertama saya sama Yoona, dia kakaknya Lucy. Selama ini Jongho saya titipkan pada Taemin."

"Mah.." Sapa Jongho mencoba untuk ramah.

Haeun membuang muka, enggan untuk melihat bahkan membalas sapaan putra tirinya. Semakin banyak anak Minho dengan Yoona, berarti semakin sedikit kemungkinan putrinya menjadi pewaris kekayaan Minho.

Jongho menyeringai dalam diam. Ini semua sudah di peridiksinya sebelum Haeun datang.

"Pah, adek mana?" Tanya Jongho begitu menyadari bahwa adik kesayangannya tidak ada di kamarnya.

"Tadi papah papasan di lorong, katanya mau jajan sama Yunho ya? Kalo selesai jajan baru kesini lagi katanya."

"Kalo Wonyoung?" Jongho melirik Haeun, bermaksud untuk melihat reaksi wanita yang menjabat sebagai mama tirinya itu ketika ia menyebut nama anaknya.

Minho mengecheck arloji di tangannya, "Ada kerja kelompok bareng temennya. Papah harus pergi sekarang, ada urusan di kantor. Ayo Haeun, saya udah mau terlambat." Ajaknya pada sang istri yang setia menatap putra sulungnya dalam diam.

"Ah iya."

Selepas kepergian Minho dan Haeun, Jongho menghela nafas berat. Maniknya terpaku pada kalung yang masih ia genggam erat sedari tadi.

Tok! Tok!

"A'a! Liat, adek di beliin ice cream sama coklat dong sama kak Yunho!" Lucy masuk ke dalam sembari menunjukkan cup ice cream rasa vanilla dengan dua bungkus coklat di tangan kanannya.

Jongho merengut lucu, "Mau ice cream juga."

"Ga boleh, wleee!"

Yunho tertawa pelan melihat interaksi antara Choi bersaudara dan memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi besi di samping ranjang Jongho.

"Ga boleh ice cream dulu ya, ini aja dulu." Yunho menyerahkan beberapa buah tusuk yang di balut oleh gula.

Iris kehitaman milik Jongho berbinar menatap bingkisan yang Yunho bawakan, "Makasih kak Yunhoo!"

Pintu terbuka, menampilkan Yeosang, Mingi dan dua orang Dokter. Salah satunya cukup familiar di mata Yunho maupun Jongho, Dokter Kim.

"Saya check dulu ya dek, sate buahnya boleh di taro dulu."

Jongho memajukan bibir bawahnya kesal. Namun masih menuruti apa yang di perintahkan oleh Dokter Kim. "Jangan ngambek gitu, kan Dokternya check bentar doang." Yeosang terkekeh kemudian menepuk kepala kekasihnya beberapa kali.

"Kok tumben bukan Dokter Eunwoo?"

"Gada. Mending Dokter Mingyu." Yeosang membalas dengan nada jengah.

"Cemburu yeeeee!"

Yeosang membuang muka, lebih memilih untuk memperhatikan si manis yang menurut ketika di minta untuk membuka mulutnya.

"Pasien sudah bisa di pulangkan nanti sore, keadaannya membaik dengan sangat cepat. Selamat ya Jongho, kamu hebat!" Dokter Kim tersenyum kemudian memberikan dua acungan ibu jarinya pada Jongho yang tersenyum senang.

meet old love | completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang