𝘅𝗶𝘅. 𝙣𝙖𝙨𝙞𝙗 𝙗𝙪𝙧𝙪𝙠

391 74 4
                                    


Minho mengeraskan rahangnya begitu melihat video yang di berikan Lucy padanya sepulang bekerja. Dengan cepat ia tarik lengan istrinya dan mendaratkan sebuah tamparan bukan main-main pada pipi kiri Haeun.

"Jelasin maksud dari semua ini, Jang Haeun."

Haeun memegangi pipi kirinya sembari terisak. Menggeleng dengan kuat di hadapan suami, dan ketiga anaknya. "Mas, bukan gitu maksudku--

"LALU MAKSUDMU APA HAH?! KAMU BERUSAHA MELENYAPKAN PUTRA SULUNG SAYA, HAEUN!" Bentak Minho.

Kesabarannya sudah berada di ambang. Ia tidak lagi bisa mengendalikan amarahnya. Dan ini adalah sisi gelapnya. Minho tidak akan pandang bulu dengan siapa ia berhadapan ketika sudah kecewa dan marah.

Terlebih ini menyangkut kehidupan putra sulungnya.

Maniknya bergulir melirik tajam sang putri tiri yang tengah menunduk di samping Haeun. Tangannya mencengkram dagu Wonyoung kasar. "Kasih tau alasan kamu kenapa mau Jongho mati, Jang Wonyoung."

"P-pa?"

"JELASKAN!"

Wonyoung menangis. Tapi air mata yang keluar dari mata anak tirinya itu tidak bisa membuat Minho terkecoh begitu saja. Wonyoung tetap salah dan hampir menghilangkan nyawa putranya. "P-pa, Wonyoung ga gitu.."

"Lalu ini apa? Kamu pikir saya buta dan tuli?! Kamu pikir saya bodoh, Wonyoung?!"

Jongho maju dan menarik pelan lengan papanya. Menggeleng kecil mengisyaratkan Minho untuk menghentikan semua amarahnya dan menyelesaikan dengan cara yang lebih baik.

Minho menghembuskan nafasnya kasar. Dadanya bergemuruh karena amarah yang belum sepenuhnya ia lampiaskan pada istri dan anak tirinya.

"Kita cerai aja, Haeun. Saya ga bisa terus terusan sama wanita licik kaya kamu."

Pecah tangisan Haeun mendengar kata 'cerai' yang keluar langsung dari mulut Minho dengan mulusnya tanpa ada hambatan. "M-mas! Aku mohon jangan!"

"Papa, jangan cerain mama- hiks! Wonyoung mohon!"

Terbesit rasa iba ketika Jongho melihat mama dan adik tirinya yang berlutut di depan dirinya, sang papa dan adik kesayangannya. "Pa.. jangan cerain mama. A'a juga gapapa pa. Biarin aja, yang udah berlalu biarin berlalu."

"Yang penting mama sama Wonyoung mau berubah aja. Papa ga harus cerain mama. Mama juga manusia, mama pasti bisa khilaf."

Dengusan kasar terdengar jelas berasal dari Minho yang membuat Jongho tersenyum kecil memaklumi kelakuan papanya.

"Kamu beruntung Haeun, punya anak tiri yang treat kamu bahkan lebih baik dari anak kandungmu ngetreat kamu."

"Saya ga akan cerain kamu. Tapi saya akan pisah rumah sama kamu, kamu bisa beresin barang-barangmu dan anakmu. Saya akan urus tempat tinggal kalian berdua."

Jongho melamun memikirkan bagaimana nasib mama dan adik tirinya setelah secara tidak langsung sudah di usir oleh papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jongho melamun memikirkan bagaimana nasib mama dan adik tirinya setelah secara tidak langsung sudah di usir oleh papanya.

Benci untuk jujur tapi Jongho masih bisa merasakan rasa kasihan pada Haeun dan Wonyoung walaupun sepasang ibu dan anak itu sudah berusaha untuk melenyapkannya dari dunia.

Semua itu bersumber pada satu manusia. Kang Yeosang. Laki-laki dengan senyum hangat yang Tuhan takdirkan untuknya.

Laki-laki tampan yang melamarnya dan memutuskan untuk menikahinya dalam kurun waktu dua minggu lagi.

Setelah itu mereka berdua akan secara resmi menjadi pasangan suami. Dan marga depannya juga akan berubah. Bukan lagi Choi, melainkan Kang. Karena ia sudah menikahi putra tunggal keluarga Kang.

"Jangan di pikirin terus dek. Mereka pantes dapetin semua itu."

Jongho menoleh. Menatap sendu pada laki-laki di hadapannya. "Tapi mas, tetep aja. Kasian mereka. Aku yakin mereka cuma khilaf doang kok."

"Bayi, kamu terlalu polos untuk mereka sakitin."

Sama seperti Jongho yang beruntung bisa bertemu dengannya, Yeosang juga merasakan hal demikian.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di kehidupannya apabila ia tidak bertemu dengan Jongho di apartemen San kala itu.

Berbicara tentang masa lalu, Yeosang rindu masa masa remaja mereka. Yeosang rindu dengan kegiatan yang dulu bisa mereka lakukan dengan bebas. Seperti bermain, menginap, msmbolos, mencontek dan banyak lagi.

Semuanya sekarang tinggallah kenangan. Kenangan dimana kenangan tersebut tidak akan bisa hilang dari benak mereka.

"Dua minggu lagi, sabar ya. Dan kamu akan jadi Kang Jongho, bukan lagi Choi Jongho."

sengaja update jam segini buat nemenin sahur kalian nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sengaja update jam segini buat nemenin sahur kalian nanti. tinggal beberapa chapter lagi sampe kita bertemu di penghujung buku.

hope you like it.

meet old love | completed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang