Kedatangan Jongho di kediaman keluarga Kang benar-benar membuat keadaan langsung berubah total.
Moonbyul bahkan sedari tadi tidak ada habisnya menanyakan kabar dan kegiatan apa saja yang di lakukan kekasih anaknya selama empat tahun silam ketika menghilang dan meninggalkan jejak sepucuk surat saja.
"Mom, kasian itu pacar Yeo bingung mommy tanyain mulu."
"Jongho mau ya, nikah sama Yeosang?" Moonbyul mengabaikan ucapan Yeosang dan malah menanyakan hal random lainnya pada si manis.
Jongho memasang wajah kebingungan dengan pipi yang semakin lama semakin memerah bak apel segar yang sering ia beli di supermarket sebelumnya. "A-anu, Jongho gimana mas Yeo-nya aja mom." Balasnya malu-malu.
"Mau ga Yeo?" Giliran sekarang Moonbyul yang bertanya pada anak semata wayangnya yang tengah asik berfokus pada layar datar yang menampilkan film.
"Mau lah. Gas aja mom, nanti malem ke rumah om Minho."
"Ga kecepetan kan? Mommy pergi dulu siapin buat nanti malem, dah cantik."
Jongho memandang punggung kecil milik calon ibunya tersebut yang semakin lama semakin hilang tertelan oleh pintu ruang utama.
Pipinya tiba-tiba kembali memanas ketika memproses ulang ucapan yang baru saja Moonbyul juga Yeosang lontarkan.
Yeosang menoleh. Terkekeh kecil menyadari Jongho yang tengah mematung sembari memegang pipinya yang gembul. "Sayang, kamu kenapa hm?"
"Kita nikah?"
Yang lebih tua menarik si manis ke dalam dekapannya. Menciumi pucuk kepala yang menguar wangi vanilla yang selalu sama. "Iya bayi, kita nikah. Biar aku bisa ngeliatin kamu setiap aku bangun tidur dan aku mau tidur lagi."
"Kamu tau? Aku bisa ketemu kamu itu sebuah kejadian yang aku syukurin banget selain bisa ketemu anak anak sama jadi anak mommy."
"Kamu itu special dek. Ga ada manusia sebaik kamu di dunia ini yang ku temuin selain kamu sama mommy. Makanya aku beruntung banget bisa ketemu sama kamu."
"Dari itu, bayi gedeku. Aku mau kamu jadi temen hidupku, tempatku berkeluh kesah, rumahmu untuk pulang, jadi sahabatku, jadi suamiku dan jadi bunda dari anak anakku kelak."
Yeosang menarik bahu Jongho agar iris sekelam malam itu dapat bersitatap dengan manik miliknya. "Kamu mau kan, jadi suamiku? Kita bangun keluarga yang bahagia. Kita berjuang sampai kita tua nanti dan kita saksiin sendiri, gimana hebatnya anak cucu kita nanti."
"Choi Jongho, aku mau kamu izinin aku buat ganti margamu jadi Kang Jongho. So, will you be my husband?"
Dengan mata yang bergetar menahan tangisnya, Jongho mengangguk. Mengangguk dengan mantap sekali tanpa ada keraguan yang terbesit di matanya. "Mau, mau mas. Aku izinin kamu untuk ganti margaku jadi Kang. Dengan senang hati aku izinin niatmu."
"Puji Tuhan, makasih dek."
Sedikit lagi, sedikit lagi hingga kedua tokoh utama dalam cerita kita ini dapat hidup dengan damai dan bahagia.
Hanya sedikit lagi karena setelah ini hanya tersisa satu hama yang perlu kita basmi agar tidak mengganggu kehidupan pasangan kita.
Malam harinya, beberapa jam setelah Yeosang memulangkan putra sulung dari keluarga Choi dan saat keluarga Choi ini tengah berkumpul di ruang keluarga, Yeosang, Moonbyul, Daniel, Wheein serta Hwasa datang berkunjung dengan maksud untuk meminang putra sulung Minho.
Ucapan Moonbyul yang ingin mensegerakan pernikahaan putranya dengan Jongho tidak main main.
"Sebelumnya maaf menganggu malah malah, Minho. Di sini saya, selaku daddy-nya Yeosang mau meminta izin supaya anak saya bisa meminang anak sulungmu."
Jongho mengerjap beberapa saat. Di sampingnya, sang adik tengah tersenyum lebar sembari menggenggam jemari kakaknya.
"Jadi, kalian datang ke sini untuk meminang anak saya?" Tanya Minho pada Daniel dan Moonbyul.
Yeosang mengangguk, wajahnya tegas dan tatapan matanya mengarah lurus pada Minho. "Iya om, saya mau minta izin supaya om Minho dan tante Haeun mau saya panggil papa dan mama. Juga saya minta izin supaya bisa menikahi anak sulung kalian berdua."
"Kamu serius sama anak saya, nak Yeosang?" Minho mencoba untuk menguji keseriusan putra keluarga Kang yang sedang meminta izinya untuk menikahi putra kesayangannya.
Sejujurnya, Minho masih merasa ragu dengan keputusan Yeosang untuk menikahi putranya dalam waktu dekat.
Bukan karena ia ragu dengan ketulusan Yeosang, tapi ragu karena selama ini ia bahkan belum bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya.
"Saya serius sama Jongho, om. Kalo pun om mau saya berkorban demi Jongho, saya sanggup." Jawabnya tanpa ada keraguan sedikitpun.
Minho mengangguk dengan senyuman puas yang terpatri di wajahnya. "Baik, saya terima. A'a, kamu siap jadi suaminya Yeosang?"
"A'a siap pa."
"Ini cincinnya. Dan saya mau supaya pernikahan Yeosang dan Jongho di siapkan secepat mungkin. Bisa Minho?"
"Bisa kak Byul, tenang aja."
Baik Jongho maupun Yeosang sama-sama memasangkan cincin di cari manis keduanya secara bergantian. Membuat orang tua mereka tersenyum bangga, terkecuali Wonyoung dan Haeun.
"Ih ya Tuhan, A'a-ku udah mau nikah aja. Padahal masih gemes gini." Lucy mengerucutkan bibirnya kesal membuat Jongho terkekeh pelan.
"A'a udah besar ini. Udah dua puluh tahun, dek. Udah pas buat nikah, nanti kalo A'a udah nikah adek sering sering main buat nemenin A'a."
"Iya siap!"
Dan malam ini di tutup dengan para orang tua (- Haeun) yang mendiskusikan apa yang akan ada di pernikahan putra putra mereka.
Melupakan antensitas Wonyoung maupun Haeun yang terlihat berapi-api sejak Yeosang meminang Jongho.
"Pokoknya, dia harus mati di tanganku! Yeosang cuma punyaku!"
Satu per/empat jalan buat kita sampai di puncak konfliks. Sabar.. konfliks terakhir ga akan berat karena aku juga kasihan sama otakku haha.4 chapter menuju final destination.
KAMU SEDANG MEMBACA
meet old love | completed.
Fanfic(✓) #bxb. "aku udah ikhlasin masalah beberapa tahun yang lalu kak." ketika mereka menyatu, belum sepenuhnya selesai. ini masih awalan. dan masih banyak rintangan ...