ROUND 8: Kau Pikir Aku Kalah?

49 17 4
                                    

Arga adalah pembunuh bayaran sejak ia berumur tiga belas tahun. Misi pertamanya kala itu membunuh seorang menteri di suatu negara terdampak konflik berkepanjangan.

Menteri terkuat yang menjadi kaki tangan serta otak dari sang presiden. Tewasnya sang menteri menjadi awal dari rezim baru yang lebih baik dan sehat.

Di misi pertama itu Arga sukses meyelesaikannya sendirian tanpa perlu membuat keringat rekannya menguar dari kulit.

Rekan bertubuh gempalnya hanya duduk menonton saat moncong pistol Arga siap meledakkan kepala sang menteri, membawa ibu jari sebagai tanda bukti kalau korbannya benar-benar tewas.

Arga sendiri tidak tau siapa nama asli, orang tua, dan identitas penting lainnya. Dia hanya ingat kalau dia berada di organisasi pembunuh bayaran ini sejak kecil.

Nama Arga hanyalah sedikit kebaikan dari organisasi yang menghidupinya. Itu gratis. Diberikan cuma-cuma agar mudah dipanggil saja. Namun, biaya hidup Arga selama ini tetap ada harganya. Harus dibayar dengan nyawa yang ia punya.

Pengabdian namanya.

Setelah misi pertama sukses, Arga akhirnya resmi dinobatkan sebagai anggota organisasi dan mulai mendapat tugas. Pertama berkelompok, untuk akhirnya dilakukan secara mandiri seperti sekarang.

Target Arga kali ini adalah gadis kuliahan yang memiliki bibi pengidap alzaimer, tinggal di rumah kecil di pinggir kota, bernama Almatara. A. Salah satu teman sekelasnya yang terus saja mengajak berpacaran.

Misinya hanya satu. Menghabisi nyawa si target.

Bayaran kali ini juga sangat tinggi. Satu kali transfernya bisa membuat Arga mendapatkan tiga rumah, lima mobil keluaran terbaru, dan benda mahal lainnya. Arga mungkin dapat membeli sebuah pulau pribadi nanti.

Tetapi pekerjaannya kali ini sedikit merepotkan dan memakan banyak waktu. Pertama Arga berjumpa dengan Al dan tahu latar belakangnya, Arga tidak habis pikir pada orang yang mengontrak jasanya itu.

Kenapa dia bisa membayar begitu banyak untuk seorang gadis yang bahkan tidak berbahaya?

Itu statement awal Arga.

Namun, praduga Arga goyah ketika dua percobaan pembunuhan dengan trik biasanya gagal. Al selalu selamat dan berakhir baik-baik saja.

Bahkan di percobaan kedua, saat Arga memberi Al minuman beracun, malah Arga yang mendapatkan efeknya. Mual-mual sepanjang hari meski sudah meminum penawarnya.

Sejak saat itu Arga sadar kalau Al bukan gadis biasa. Dia bukan gadis kebanyakan yang Arga temui di kampus.

Lalu ... siapa sebenarnya Almatara?

Di percobaan ketiga Arga akan tahu jawabannya.

***

"Hari Jadi Prodi Tadris Bahasa Indonesia yang ke-6 resmi dibuka dan terbuka untuk umum!"

Tepuk tangan para penonton menggema memenuhi ruangan yang menampung seratus orang itu. Taburan balon dan kertas warna-warni yang turun dari langit-langit ruangan semakin memeriahkan suasana.

Penonton makin bersorak kala sebuah balon besar bertuliskan TBIN turun. Seseorang melemparkan jarum lewat sedotan, membuat balon itu meletus dan mengeluarkan kertas warna-warni lagi.

Tepat jam sembilan malam, pagelaran besar itu meletup bagai balon meletus.

Acara hiburan yang sudah dipersiapkan secara matang langsung tampil secara bergiliran setelah MC menyebut nama mereka. Perwakilan dari beberapa kelas, dan berbagai tingkatan.

Mulai dari angkatan 2017(angkatan pertama) sampai 2020(angkatan baru). Semuanya larut dalam hiruk-pikuk perayaan.

Hingga tiba di penutup, perayaan hari jadi ditutup dengan penampilan puitisasi oleh Al. Tampil di panggung dengan kebaya berwarna putih dan sepatu hak tinggi berwarna senada. Rambutnya bahkan disanggul pendek dan dihiasi pernak-pernik cantik di sanggulnya. Sedikit riasan wajah, kalung, dan anting putih.

Penampilan tak biasanya itu mendapat koor heboh dari teman sekelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Penampilan tak biasanya itu mendapat koor heboh dari teman sekelasnya. Bersiul-siul gaduh tak keruan.

Al tersenyum sambil mengedipkan mata. Siulan kaum adam makin jelas terdengar. Satu-dua bahkan sampai berdiri--itu Janur dan Vikra.

Meraih mic, Al mengetuk dua kali untuk menertibkan massa. Lalu dengan percaya diri, dia mulai melantunkan puisi dalam secarik kertas di tangan.

Tiba di bagian bait ketiga, gemerisik sesuatu terdengar. Seperti bunyi besi berderak. Namun, tidak ada yang menyadari. Semuanya masih larut menatap sang dewi di atas panggung.

Berbicara tentang keadilan yang ternodai.

Kriek.

Trang!

Seketika lampu padam dan bunyi debaman keras terdengar hingga mengguncang seluruh ruangan. Seperti sesuatu yang besar jatuh menimpa lantai.

Orang-orang mulai panik dan berteriak. Kebutaan karena listrik tiba-tiba mati membuat teriakan semakin kencang.

Tidak peduli dosen, mahasiswa, petugas kebersihan, semua yang ada di ruangan itu kalang kabung mencari jalan keluar. Petugas keamanan acara segera bertindak, menghidupkan senter, lampu ponsel, atau apa pun yang dapat menyala.

Saat itulah, ketika pendar lampu mulai menerangi ruangan, ketika ramai teriakan sedikit berkurang, kepanikan lebih besar menyergap pandangan.

Di atas panggung. Lampu utama ruangan jatuh menimpa sesosok bergun putih, menimpa Al.

***

Di saat kegaduhan terjadi di dalam gedung, Arga yang sedah memainkan batu dengan kakinya tersenyum senang. Bersiul tenang dengan sedikit melodi.

Ini rencana ketiga yang dimaksud Arga. Bencana kali ini sangat mustahil dapat dihindari orang biasa, dan jika Al tetap selamat ... maka Arga punya alasan kuat untuk segera membunuhnya dengan benar.

Memasukkan tangan ke saku celana, Arga hendak masuk ke dalam gedung, membaur dan ikut menentramkan keadaan. Tidak akan ada yang tahu apa yang dia lakukan jika gelap gulita seperti ini.

Besok, kejadian ini akan jadi berita paling menggemparkan sepanjang sejarah. Beritanya akan ada di mading-mading kampus, disiarkan sejumlah koran, dan mungkin televisi.

Arga benar-benar puas dengan pekerjaannya.

Ting!

Arga mengeluarkan ponsel dan melihat akun media sosialnya. Untuk hari membahagiakan ini ... tak apalah jika dia bersenda gurau dengan seseorang.

Kau menikmatinya, heh?

Kau pikir aku akan kalah? Mati?

Jangan bermain api jika kau tidak bisa menyingkirkan asapnya.

Arga melempar ponselnya ketika membaca siapa pengirimnya. Amarah di dadanya menggelegak hingga ubun-ubun.

Di sudut kiri tampilannya jelas tertera nama Almatara.

Gadis berengsek itu masih hidup.

***

Terserah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang