ROUND 3: Aku Datang

83 35 31
                                    

Room chat TBIN'A 18

Laila Majnun
Guys! Pak Ketu ganteng mana yak? Gue chat belom dibales dari kemaren

Ical Keren
Yaa itu tergantung lo nge-chat apa. Kalo lo cuma godain dia, dia cuek aja. Lagian ngapa tuh nama lo jadi aneh gitu.

Laila Majnun
Biasalahh. Sirik aja lo! Sory ya, gue ga kayak lo nguber-nguber cewek abis itu ditinggalin. Gue nanya pasal acara nih!

Hoy! Kelean semua pada gak ada tangan buat ngetik ya? Cuma liat aja. 😏

Victoria N
Ga ada Lail si Cantik .... Gue ga tau pangeran kesayangan lo itu ke mana.

Habibullah
Khem!

Victoria N
Aduh! Pawangnya nongol. Gw ke toilet dulu.

Laila Majnun
Ishh si V 😑

Prayoga [baca lima menit setelahnya]
Gue gak tau dia ke mana. Gue telfonin dari kemaren juga gak di angkat.

Si rusuh
Nyeh! Paling dia lagi mojok ama ciwiknya 😛

Si rusuh 2
Gue ketemu dia ada di kamar mandi umum kemaren

Si rusuh
Ngapain? 😌

Si rusuh 2
Ya mana gue tau. Namanya juga kamar mandi. Di kamar mandi lo ngapain? Guoblok! 😂😂😂

Si rusuh
Syaiton! 😏

Al 😎
BERISIIIIIKKKKKKK
BISA BERHENTI CHAT GAK? KUPING GUE SAKIT NIH!!

Laila Majnun
Ya lo senyapin nada deringnya, dodol garut! Elah!

Al 😎
Oh iya lupa. Makasih 😍😘😗😙😚

Laila Majnun
Hilihhh 😬

***

Arga rasanya ingin membanting ponselnya melihat chat yang bertumpuk. Ada 500 chat yang belum dibaca dan semuanya dari teman-temannya. Chat tadi hanya sebagian besar yang ia buka, itu pun belum ia baca sampai habis.

Arga terlalu pusing. Kepalanya masih pening jika bergerak banyak gara-gara aksi nekatnya melompat kemarin.

Kemarin, di detik-detik terakhir ketika motornya akan mencium truk tronton itu, Arga akhirnya memutuskan melompat dan berguling di jalanan.

Sialnya, dia tidak memakai helm dan membuat kepala, hidung, serta kedua tangan yang melindungi kepalanya luka-luka. Sebenarnya ini hal biasa mengingat latar belakang Arga seperti apa. Namun, tetap saja, luka akan tetap ada. Dia bukan super hero yang kebal pada goresan benda.

Luka-lukanya sudah diobati dan berangsur mengering. Arga saat itu langsung dibawa ke rumah sakit oleh masyarakat setempat.

Dirinya sungguh sial saat itu.

Arga membuka pintu kelas. Kehadirannya dengan kondisi babak belur membuat teman-temannya kisruh. Menanyakan keadannya macam wartawan melihat pejabat korupsi yang bebas dari hukuman penjara.

"Gue baik." itu jawaban singkat Arga saat sekelilingnya semakin membuatnya tidak nyaman.

"Tapi lo beneran gak pa-pa? Itu lukanya kayak masih basah gitu." Disa menyahut. Takut-takut ingin menyentuh luka di hidung mancung Arga yang tidak di plester.

"Ayanggg. Jangan nakal, ok. Aku bisa buat luka yang lebih jelek dari itu kalau kamu mau perhatian lagi sama aku." Janur mengedipkan matanya berkali-kali. Merayu Disa adalah kesehariannya.

"Jangan deket-deket! Lo bau Bagong. Nanti Bebeb Disa ga wangi lagi." Vikra tak mau kalah. Menyikut Janur menjauh. Sejauh mungkin. 

"Duh, kaian najisin banget! Gelayyyy!"

Vikra dan Janur tertawa puas melihat Disa mengeluarkan password andalannya ketika kesal. Duo rusuh itu saling adu tos. Tertawa lagi.

"Dah, kalian duduk aja. Gue masih pusing." Arga melambaikan tangannya, mengusir. Disa, Vikra, Janur, dan lainnya segera bubar mendengar perintah sang ketua kelas. Mengacau di bagian lain kelas.

Arga memijit keningnya yang sesekali masih berdenyut. Argh! Kenapa fisiknya jadi lemah begini? Seingatnya kemarin hanya luka kecil yang ia alami, tetapi kenapa dampaknya bisa membuatnya tidak berdaya?

Karena gue hebat!

Al tersenyum miring saat melihat wajah Arga yang seolah penuh tanya. Al melipat tangannya di kursi lalu merebahkan kepalanya, bersiap tidur.

Kegaduhan tadi sebenarnya mengganggu mimpi indahnya. Mimpi indah tentang seseorang yang berhasil ia buat celaka dan mendapat beberapa luka di wajah. Namun, ketika Al bangun dan mimpinya jadi nyata, Al merasa dahaganya sangat terpuaskan.

Adakah kalian merasakan jika mimpi kalian terasa nyata?

"Karena gue hebat." Mata Al akhirnya terkatup dan tidur nyenyak sekali.  Nyenyak dengan senyum miring di bibirnya. 

***

"Dia ada di sebuah perguruan tinggi di salah satu fakultas."

Terdengar suara batuk tertahan. 

"Dan dia sedang mendekati seorang lelaki di sana."

Sambungan seketika terputus. Berganti suara geraman seseorang yang menahan amarah, terasa menyayat telinga. Lehernya digerakkan ke kiri dan kanan. Dia berdiri. Mengambil pistol, tangannya mengacung pada seonggok mayat manusia lalu melepas tembakan berkali-kali.

Berkali-kali hingga kulit pucat dan biru itu hancur lebur. Sebagai tambahan, dia mendekat dan menendang kepalanya sekuat tenaga hingga terlepas. 

Lelaki itu tersenyum pilu. Dia menatap seonggok mayat itu benci.  

"Dalam hidupku memang tidak pernah ada yang berharga ... selain dirimu. Namun, sayang sekali sepertinya hanya aku yang menginginkanmu."

Pistolnya jatuh dari tangannya yang mendadak lemas. Dia berbalik, menatap langit-langit gedung yang kehilangan atapnya. "Padahal aku sudah berusaha, tapi sepertinya memang tidak akan berguna ya ..." Diam sejenak. "... Tara."

Lelaki itu, untuk pertama kalinya membiarkan kesiur angin menyentuh rambut pirangnya. membiarkan rintik hujan perlahan merenggut hangat kulitnya. Lagi ... dia merasa sendiri. 

Lagi ... dia merasa dipermainkan. 

TAPI! Menyerah sedang tidak ingin disentuhnya. 

Menyerah hanya cukup dilakukannya tiga tahun lalu. 

Kata maut itu hanya akan didengungkannya ketika tulangnya sudah tak bisa menopang rongga tubuh. 

Menyerah ... membuatnya kehilangan seseorang yang sangat ia cintai. 

Tiga tahun lalu ....

"Tara," bisiknya dengan suara parau. Ia bisa merasakan pipinya dialiri sesuatu yang hangat di antara dinginnya rintik hujan. "Aku tidak akan berhenti berlari ke arahmu. Aku tidak akan pernah bosan memaksa kakiku. Aku akan menyeretnya. Aku akan memotongnya jika kakiku ini lagi-lagi menghentikanku memelukmu." 

"Aku sangat mencintaimu."

***

Terserah | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang