2.5

535 145 30
                                    

" Ahhhkkkk!! " Suara teriakan itu begitu nyaring. Mendengarnya, membuat Jeno cepat berlari menjumpai sang pemilik suara dari dalam rumah.

" Ahhhhkkk!! " Suara itu kembali terdengar, bahkan lebih nyaring dari sebelumnya.

Batin Jeno bertanya-tanya," Apa yang tengah dilakukan gadis itu sampai ia menjerit layaknya curut ketemu meong?"

" Woy, lo ngapain?" tanya Jeno.

Jedoorrr jedorrr!

Tangannya menjedor pintu kamar mandi, memastikan bahwa gadis di dalamnya baik-baik saja, seperti yang ia pikirkan.

" Woy, jawab gue!"

Tidak ada suara.

Hening.

" Woy! lo gapapa, kan?" Nada suaranya mendadak gemetar.

" Buka pintu! Atau gue buka paksa!" ancamnya.

Masih hening.

Tidak ada suara.

" Bacot! Gue buka, ya?" Tanpa pikir panjang, Jeno mulai membuka pintu itu.

Ceklek.

Pintu terbuka. Menampakkan seorang gadis yang baru ia temui tadi pagi. Melihatnya, membuat Jeno berjingkat kaget.

Mata Jeno melebar. Jantungnya naik turun tidak karuan. Kakinya lemas, pun dengan tubuh yang gemetar hebat.

Mata miliknya tak pernah menjumpai sebuah pandangan layaknya pagi ini, bahkan untuk sebatas memikirkan pun sudah mengerikan untuk dilakukannya.

Gadis itu terisak.

Cairan merah kental itu terus-menerus mengalir, membuat lantai kamar mandi itu seperti lautan darah.

Gadis di hadapannya hanya berdiri kaku dengan pandangan kosong, sembari menatap sebuah benda tajam yang penuh dengan darah segar.

Cutter.

" Lo ng-ngapain?" tanya Jeno gemetar.

" Jangan!" bentak Ale sarkas.

" Lo kenapa?" Jeno sedikit melangkahkan kakinya.

" Diem di situ!"

" Jangan main-main!" bentak Jeno balik. Namun, dengan suara yang sedikit kecil.

" GUE BILANG DIEM!" Mata Ale tertuju pada Jeno. Menatap laki laki itu dengan tajam, layaknya elang yang ingin berburu mangsa.

Matanya merah.

Jeno tersentak ketika melihat Ale yang berubah 180 derajat dari sebelumnya. Kini badan Jeno benar-benar diambang ketakutan. Bukan hanya gemetar, bahkan Jeno nyaris pingsan kala melihat darah yang begitu banyak memenuhi lantai.

" Heh, tenang ... " ucap Jeno pelan, sembari menghampiri Ale.

" Gue bilang diem!"

Jeno bingung, apakah Ale tidak waras?

Apakah Ale bipolar?

Atau Ale benar-benar sinting?

Tapi seolah tahu jika Ale tengah membutuhkan bantuan, Jeno menepis rasa takut, gelisah, serta overthinking miliknya. Perlahan ia maju dan sedikit menarik lengan Ale.

" Diam! Diam! Diam! Diam!" bentak Ale berkali-kali dengan tampang tidak karuan. Rambutnya berantakan. Tubuhnya kaku dan kakinya gemetar.

Sedetik saat Jeno menyentuhnya, Ale mulai bertindak layaknya orang kesurupan. Menjambak rambutnya serta memporak-porandakan barang yang ada di ruangan tersebut. Bahkan Ale berteriak kencang, sampai membuat pendengaran Jeno sakit.

2.0 KEYBOARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang