4.5 [Ale Focus]

473 115 7
                                    

18.32 Jakarta, Indonesia

" Arga bawa dulu, ya, mah? "

" Iya, jangan sampai diculik orang, loh ... "

" Hahaha, palingan juga arga sendiri yang culik buat jadiin babu di rumah."

" Nyocot. " Ale menyenggol lengan Arga cukup kasar.

" Udah ... Berangkat sana, biar gak telat."

" Ale pamit ... " kata Ale sembari mencium tangan mamah.

" Iya, hati-hati."

Keduanya melangkah keluar meninggalkan rumah.

2 jam yang lalu Arga sempat protes, agar Ale tidak perlu ikut ke pernikahan kakaknya, tapi Ale tetaplah Ale. Hatinya sudah mantap untuk ikut pemuda itu pergi tanpa menghiraukan apa yang terjadi pada dirinya, bahkan Arga sudah maksa Ale mati-matian, tapi larangannya tetap gagal, dengan alasan, Ale ingin keluar rumah malam ini dan pundung jika terus-terusan berdiam diri di kamar.

Lama kelamaan Arga menyerah dan membiarkan gadis itu untuk ikut. Memang susah untuk menentang kemauan Ale. Arga benar tidak tega melihat Ale kesakitan seperti tadi, tapi apa yang bisa ia lakukan? Hanya pasrah ketika harus berhadapan dengan gadis yang keras kepala.

" Kenapa pake diiket?" Arga ngedumel.

" Ha? Apanya?"

" Rambut."

" Oh ... Biar estetik."

" Jelek."

Pernyataan Arga barusan membuat Ale sedikit kesal.

Ale melirik Arga yang sedang memasang sabuk pengaman dengan tampang sinis. Gadis itu memang tak suka ketika ada seseorang yang lancang mengejek dirinya. Ale memang tidak cantik, sexy, montok, bahenol seperti gadis di luaran sana, tapi ia benar tak suka jika dikomentari seenaknya tentang penampilan.

Aku adalah aku, dan aku berhak menjadi apapun yang kumau. Itu prinsip hidup Ale.

" Lo ngapain?"

Alih-alih ingin memasang sabuk pengaman, Ale malah terperanjat saat wajah Arga muncul di depan mukanya tepat dengan tiba-tiba.

" Muka lo jelek," ucap Arga datar.

" Kalo jelek ya gausah deket-deket, anjing!"

Sekuat tenaga Ale mendorong tubuh Arga untuk menjauh, tapi pemuda itu tidak berkutik sedikit pun.

Arga menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Matanya memicing, alisnya naik turun. Tanpa Ale sadari, tangan Arga meraih dan memajukan tengkuknya perlahan, membuat Ale bergidik ngeri melihat tingkah Arga yang tiba-tiba.

Pemuda itu menarik sudut bibirnya.

" Jangan GR." Arga mulai melepas ikat rambut Ale, membuat surai hitam itu terurai indah begitu saja.

" Emmm ... Lumayan," ucapnya masih dengan jarak yang tak jauh.

Baru saja Ale ingin melayang tinggi, tapi Arga hempaskan langsung dirinya ke pusat bumi.

2.0 KEYBOARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang