A_8

34 6 1
                                    

Kode-kode yang keluar dari Aksen sudah sedikit demi sedikit meyakinkan dirinya bahwa laki-laki itu menyukainya balik.

■■■

Bisa dirasakan, hari demi hari yang Lala rasakan saat pergi ke sekolah adalah rasa senang. Dia juga tidak tahu, semenjak Aksen memberikan jus alpukat beberapa waktu yang lalu, kedekatan Aksen dan Lala sudah mulai terlihat. Sampai-sampai semua siswa-siswi disana percaya kalau kedua orang tersebut memang sudah pacaran. Tapi Lala bukan orang yang PD-an. Dia masih mengira kalau Aksen seperti itu karena hanya ingin berteman, tidak lebih.

Ya, walaupun jauh dari dalam lubuk hatinya, Lala ingin sekali menyatakan bahwa dia menyukai Aksen. Terlebih lagi, kehadiran Laura yang notabene-nya sudah menjadi alumni, terus saja datang dan mengganggu kegiatan apapun yang sedang Aksen lakukan, termasuk ketika sedang bersama Lala. Entah apa yang diinginkannya, Lala tidak mengerti.

"Gilak! Banyak banget fans-nya si Gilang." Alana mendudukkan dirinya di kursi Aula setelah melihat papan kemenangan yang terpasang rapi di depan sana.

"Lo termasuk, kan?" tanya Zaky. Dia terkekeh.

"Enggak, gue fans lo! Satu-satunya dan paling spesial!" jawab Alana blak-blakan, membuat Alan, Lala, Zaky yang sedang duduk melingkar disana menahan tawanya. Aksen? Ah, biasa! Dia selalu saja datar walaupun ada hal-hal lucu yang sedang terjadi.

"Tapi bener kata lo, Na! Fans dia banyak, makanya menang! Coba kalau gue yang ikutan, gue yakin menang 100%." Alan membusungkan dadanya, berlaga layaknya seorang pemenang yang sangat dikagumi.

"Mulutmu! So-soan mau jadi ketos! Lo maen rubik aja gak dapet gelar sarjana!"

"Bangke!" balas Alan cepat, beberapa detik kemudian semuanya tertawa.

Entah keajaiban apa yang Lala dapatkan. Mendapat teman baru memang hal yang sangat menyenangkan bagi Lala yang sebelumnya hanya memiliki satu teman dekat, Alana. Mengenal bahkan dapat dikatakan satu Circle dengan sahabat Aksen membuat kehidupan sekolah Lala berubah menjadi lebih berwarna. Apalagi, jika memang benar yang menyebabkan semua ini adalah kedekatannya dengan Aksen. Sang primadona sekolah!

Bentar wak, aku rindu ejen ALI 😭

"Sen, lo tadi milih siapa?" tanya Alan. Dia mengangkat alisnya. Penasaran dengan calon ketua OSIS mana yang dia pilih. Yang ditanya pun hanya mendongak lalu kembali bergelut dengan ponselnya.

"Gak milih," jawabnya singkat.

"GOLPUT LO?!" teriak Alana. Aksen menggeleng. "Terus?"

Aksen terlihat menggeserkan kursinya lebih dekat dengan Lala yang persis berada di sampingnya. Dia lantas menatap Lala sekilas lalu kembali menatap ponselnya. "Gue milih dia!"

"HAH?" teriak mereka bersamaan, kecuali Lala. Dia sedang menunduk sedalam-dalamnya karena sedang mati-matian menahan saltingnya. Wajahnya juga sedang memerah, bisa gawat jika semuanya tahu kalau di sedang blushing.

"Cewek disamping gue."

"Apa-apaan, sih, lo," ucap Lala menahan senyumnya. Dia menggeplak tangan Aksen pelan. Membuat yang empunya tangan mendongak dan menatapnya lagi. Lala lantas memalingkan wajahnya.

"Weh, udah jelas itu kode, La! Dahlah gaskeun! Lo berdua nikah aja udah, saling suka git-KAMPRET LO NGAPAIN? SAKIT WOY!" Alan mengusap kepalanya yang sudah dijitak oleh Alana. Kakaknya itu lantas mendengus, "Jangan berisik makanya! Orang lagi uwu malah baceo!"

Alan pun hanya menatap sinis pada Alana sambil mengusap-usap kepalanya.

"Gila lo! Pantes tadi yang nulis skor perolehan disana pada senyam-senyum terus noleh ke lo! Rupanya eta!" goda Zaky. Dia meninju bahu Aksen. Aksen terlihat mengulas senyum tipisnya.

AKSEN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang