A_13

32 6 0
                                    

Lantunan lagu Beggin milik maneskin tiba-tiba terhenti di tengah lagu karena seseorang mematikannya.

Dia bangkit lalu meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena selama 3 jam dia habiskan untuk menyelesaikan deadline tugas kuliahnya.

Afka menoleh--menyipitkan matanya untuk melihat jam dinding yang menggantung di kamarnya. "Weh, jam 1 lebih!" teriaknya pelan. "Capek bener gue nyelesain ni beban otak."

Dia lantas melangkahkan kakinya menuju lantai bawah untuk mengambil sesuatu agar mengganjal perutnya yang sudah bergetar-getar. Namun, dia menghentikan langkahnya tatkala melihat pintu kamar adik perempuannya itu tidak terkunci--kamarnya masih menyala.

"Najong banget lo nangis!" teriak Afka. Dia menyembulkan kepalanya yang membuat Lala disana terlonjak kaget lalu mengusap pipinya--menghilangkan air mata di sana.

"Nape, lo?" tanyanya. "Sakit? Baper nonton drakor? Baca fanfiction? Kenapa belum tidur?" sembur Afka mengeluarkan pertanyaannya yang menempel di kepalanya. Adiknya itu hanya menggeleng sambil menutup laptop yang dari tadi ia geluti.

"Gue bingung, bang."

"Bingung kenapa?"

Afka duduk di sisi kasur lalu memegang bahu Lala pelan dan mengusapnya lembut. "Lo kenapa? Cerita ke gue kalau lo mau, gue siap denger!"

Lala semakin menundukkan kepalanya tatkala Afka mulai merangkulnya dan menariknya kedalam pelukannya. Belakangan ini, adik perempuannya itu memang terlihat bingung. Entah apa yang sedang terjadi, Afka tidak berani bertanya sebelum adiknya itu mengatakannya sendiri. Soalnya dia belajar dari pengalaman wak! Pernah dilempar vas bunga waktu si Lala lagi bermasalah sama kaka kelasnya dulu ")

"Gue bingung, bang!"

"Iya kenapa bangke? Bingung kenapa?"

"Cowok!" ucap Lala mantap. Lantas menyingkirkan tangan Afka dari bahunya  lalu memeluk lututnya erat. "Gimana ya bang?"

"Gimana gimana? Lo nyeritanya jangan sepotong-sepotong. Dikit-dikit ambil nafas, dikit-dikit ambil nafas, kek mau lahiran aja lo!"

"Gue ditembak cowok."

"Mati dong!"

"ABANG!" Lala memukul punggung Afka keras yang membuat laki-laki itu sedikit meringis. "Gue ditembak cowok yang gue suka gimana dong, bang?!"

"Hah?" heran Afka. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali sambil memegang telinganya, takutnya dia salah dengar. "Kalau ditembak cowok yang lo suka, harusnya seneng, lah! Nape jadi murung?"

"Gue juga gak tau! Makanya gue bingung!" jawabnya. Dia memang sedang benar-benar bingung. Presensi Aksen yang selalu memperhatikannya dan selalu menanyakan jawaban darinya dengan sabar membuat hati Lala yakin tak yakin.

"Berarti bener kata temen gue, cewek itu kalau suka sama cowok, terus si cowoknya nembak dia malah bingung sendiri, ngejauh sendiri!" ucap Afka, membuat Lala yang sedang menelungkupkan wajahnya tiba-tiba menegakkan tubuhnya lagi. "Cewek emang susah dimengerti."

"Terus gimana dong?" Lala mengguncang bahu Afka keras. "Kalau boleh jujur! Gue suka sama dia sejak pertama kali gue ketemu sama dia, bang!" tambahnya. "Gue juga selalu berharap dia balik suka sama gue!"

AKSEN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang