Dia tahu, hidup banyak tantangannya. Tapi, bisakah bukan hal ini yang menjadi salah satu tantangannya?
■■■
Aksen terus saja melirik ponsel miliknya yang menampilkan chat spam dari kakeknya. Laki-laki itu tidak menyentuhnya apalagi menjawabnya. Rasanya, tidak ada niat untuk menjawabnya sama sekali.
Pandangannya terpaku pada cermin yang terpasang di depannya. Wajahnya tercermin begitu sempurna dengan balutan T-shirt dan kemeja yang tidak dia kancingkan. Serta celana jeans hitam yang membuat kakinya semakin jenjang.
"Aksen, cepat turun!"
Terdengar sebuah teriakan dibalik pintu kamarnya. Aksen menghela nafasnya kasar, merasa tidak ada gairah untuk menuruti perintah kakeknya itu.
"Aksen! Kamu gak papa, kan?" teriaknya sekali lagi. Aksen segera melangkahkan kakinya menuju pintu lalu membukanya.
Terpampang jelas wajah seorang laki-laki paruh baya sedang menatapnya tajam. "Jangan lelet jadi laki-laki!" ledeknya sinis. Pria itu lantas pergi dan mengintruksikan Aksen untuk segera turun.
Aksen lagi-lagi menghela nafasnya kasar. Dia mengusap kepalanya, lalu mengusap wajahnya kasar. Entah sudah beberapa kali, Aksen menolak pertemuan semacam ini. Rasanya tidak perlu dan tidak penting baginya. Dia kesal jika harus menuruti perintah kakeknya yang sama sekali tidak ingin Aksen lakukan. Apalagi, pembahasan yang dikeluarkan adalah tentang sesuatu yang membuat dirinya tidak bebas. Perjodohan. Pantas kah?
"Kamu ngapain? Gak liat mereka semua udah nunggu?" teriak Deni, Kakek Aksen terpaksa menghentikan langkahnya di anak tangga.
"Ya."
Karena Aksen sudah ingin pulang dan tidak mau berlama-lama lagi disini, Aksen segera berjalan, mengikuti langkah kakeknya itu dengan malas--tidak ada gairah. Sungguh, siapapun disini tolong culik Aksen atau tiba-tiba sergap aja kalau bisa! Dia benar-benar tidak mau, dari dulu dia sudah menolak mentah-mentah hal ini. Namun Aksen bisa apa? Kakeknya selalu saja egois.
"Aksen!" teriak seorang perempuan ketika menangkap Aksen telah turun dari tangga. Dia melambaikan tanganya.
Aksen lantas mendongak. Membulatkan matanya tidak percaya dengan perempuan yang ada di depannya ini. Hah? Benarkah? Harus seperti ini?
"Kamu jangan liatin dia aja! Cepet duduk!" titah kakeknya lantang. Pandangannya berganti pada kakeknya lalu berjalan dengan cepat untuk memenuhi perintahnya itu.
"Makin ganteng aja kamu, Sen!" ucap seorang wanita di depannya itu. Aksen hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Yaudah, kalau gitu kita makan dulu atau--"
"Langsung aja, Kek! Kita rancang tanggalnya!"
"UHUK!"
Aksen tersedak. Tidak habis pikir dengan perempuan yang ada di depannya ini. Tidak! Dia tidak akan melangsungkan perjodohannya dengan Laura. Tidak akan pernah! Sampai kapanpun! Mohon camkan itu!
Gila ni cewek
"Boleh, kita bicarakan langsung--"

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSEN [ON GOING]
Fiksi RemajaTidak semua orang jatuh cinta dari pandangan pertama. Nyatanya, Aksen terpaksa untuk merasakan hal itu untuk menghindari sesuatu yang benar-benar dibencinya. -2021