A_11

25 7 0
                                    

Mata mereka sama-sama memancarkan sesuatu yang tertahan. Entah itu kecewa, khawatir, maupun rindu.

■■■

Hari semakin hari, bahkan sudah hampir lebih dari 2 minggu, Aksen terlihat semakin menutup dirinya. Ditanya gak ngejawab, gak ditanya malah ngelunjak kek batu diem aja kerjaannya, bangsat emang.

Selain itu, hubungannya dengan Lala semakin dipertanyakan. 2 sejoli ini sekarang terlihat sedang saling menjauhkan diri. Kadang mereka akur, tapi keesokannya diem-dieman lagi. Nanti akur lagi, besoknya lagi diem. Kek kek, ngapa dah? Belum juga jadian udah kek mempertaruhkan hubungan yang sudah berlangsung sejak abad ke-10 :v

Mungkin karena Aksen yang tengah menenangkan diri, atau karena Lala yang menjauhkan diri? Entahlah, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu permasalahannya.

"Sadar! Gue gak tau cara nyembuhinnya kalau lo kesurupan." Zaky menenteng sebuah kresek lalu memberikannya pada Aksen dan Alan.

"Paan, ni?" tanya Alan, dia membolak-balikkan bungkus nasi dengan penasaran.

"Janji busuk lo!"

"Bangke!" Alan melemparkan sebuah permen ke arah Zaky yang mampu menangkapnya. Dia terkekeh, "Pake nanya lagi, kan lo yang mau nasi goreng! Gini, nih kalau pikirannya cewek mulu!"

Zaky menghempaskan tubuhnya di kursi, mengikuti Aksen dan Alan yang sejak tadi juga duduk disana. Dia menahan tawanya tatkala Alan tersenyum sambil memainkan ponselnya, katanya, laki-laki itu sedang berlatih menjadi badboy dan playboy. Makanya, dia selalu memikirkan gombalan-gombalan maut untuk menarik perhatian para wanita. Parahnya lagi, hal itu mampu membuat nilai sejarahnya menurun :)

Pandangannya lalu berganti terhadap Aksen yang sedikitpun tidak menyentuh makanannya. Dia hanya fokus menonton televisi dengan tatapan yang kosong.

"Sen! Sadar kata gue juga! Berabe kalau lo kesurupan."

Yang diajak ngobrol tidak bergeming, Aksen menoleh sebentar ke arah Zaky, namun matanya kembali menatap layar TV itu dengan fokus, padahal di depan sana sudah jelas-jelas sedang menampilkan sebuah iklan.

"Nih, makan! Kayak gue," ucap Alan mengacungkan nasi gorengnya. Dia lalu membekap mulutnya saat Zaky menyuruhnya untuk diam.

"Makan aja!" Aksen memberikan nasi gorengnya kepada Alan. Tangannya mengambang di udara karena sahabatnya itu belum menerimanya. "Gue gak laper!" Lantas Alan menerimanya dengan senang hati.

Zaky hanya bisa menghela nafasnya kasar. Temannya yang satu itu pantas disebut sebagai seseorang yang phobia akan makan. "Lo mau apa? Biar gue yang beli! Gak papa gue yang beli asal lo makan!" sembur Zaky sedikit kesal. Aksen menggeleng.

"Kalau gini, nanti kakek lo--"

"Jangan bawa-bawa dia!" potong Aksen cepat dengan matanya yang masih terfokus pada layar TV.

"Lo ngapa dah, cerita sini cerita." Alan mulai membuka suaranya. Dia juga sebenarnya heran dengan tingkah Aksen belakangan ini, sering keluar malam dan sering melamun. "Mikirin Lala, ya?" tanyanya tanpa beban. Yang mampu membuat dirinya dilempari kunci motor oleh Zaky.

"Iya!"

Kedua sahabatnya itu lantas membulatkan matanya. Sejak kapan dia galau? Ini sebuah keajaiban!

AKSEN [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang