Bukan hanya itu, di satu sisi dia merasa cemburu, tapi di sisi lain, dia tidak punya hak untuk itu. Yang paling inti dari pikirannya, benarkah Aksen menyukainya?
■■■
Hari ini, Lala tidak menggunakan transportasi apapun untuk pergi ke sekolahnya. Pasalnya, Afka yang biasa mengantarnya harus ada rapat dadakan dengan klub basket di kampusnya. Kek, sepagi itukah wak rapatnya?
Dia terus berjalan sambil mendengarkan lagu dari earphone yang terpasang di kedua telinganya. Menundukkan pandangannya agar kakinya tidak menginjak hal-hal yang tidak diinginkan.
"Stop!"
Perempuan itu sontak berhenti. Perlahan-lahan memundurkan tubuhnya agar tidak bersentuhan dengan satu tangan yang sedang menghalangi langkahnya itu.
"Hiih, ngagetin aja!" pekik Lala saat menangkap keberadaan Aksen yang sedang berada di motornya. Perempuan itu sontak menelan ludahnya gugup mencoba meminimalisir degup jantungnya yang tidak beraturan. "Lo ngapain disini?"
Aksen mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada siapapun disana, yang ada hanya beberapa mobil dan motor yang sedang melaju. Dia lantas berdeham, "Gak tau!" ucapnya polos tanpa ekspresi yang berhasil membuat Lala menganga.
"Lo yang jalanin idup kenapa lo yang gak tau?" tanya Lala menahan tawanya. Dia melepas earphone-nya dan menyimpannya di saku tas.
Aksen tidak bergeming, dia menatap Lala lalu menyalakan mesin motornya. "Yaudah," ucapnya tiba-tiba, membuat Lala mengerutkan alisnya heran. Kek kek kek bukannya jawab malah bilang yaudah.
"Apanya yang yaudah?"
"Gak ada!"
"Ish, gaje banget ternyata, ya, lo jadi orang!" Kaki Lala sudah bersiap untuk pergi meninggalkan Aksen. Rasanya percuma saja jika mengobrol dengannya, serasa mengobrol dengan anak buah kutub utara, dingin!
"Lo mau kemana?" tanya Aksen yang membuat Lala menghentikkan langkahnya.
"Ya pergi, lah! Buat apa disini juga, ngabisin waktu! Bentar lagi masuk, lo mau kesiangan?"
"Yaudah!" jawab Aksen yang lagi-lagi membuat kekesalan Lala bertambah. Bisa-bisanya dia masih disini dan menghabiskan waktu hanya untuk mendengar kata 'Yaudah' dari Aksen. Dia tidak habis pikir, prinsip hidup Aksen emang se-simple itu kah?
"Aksen! Sekali lagi lo ngomong sama gue sekarang, gue gak bakalan jawab!" Lala lantas meneruskan langkahnya dengan terburu-buru.
"Yaudah!" ucap Aksen sambil mengejar Lala dengan motornya. Lala semakin mempercepat langkahnya kala dia menangkap keberadaan Aksen yang sudah berada di sampingnya.
"Mau lo apa, sih?" Lala berhenti. Menatap Aksen yang juga berhenti dengan motornya yang masih menyala. "Lo kalau cuma mau bikin gue kesel yaudah! Mau--"
"Yaudah lo naik!"
"H-HAH?" tanya Lala penuh ekspresi. Matanya hampir meloncat keluar ketika mendengar perkataan dari mulut Aksen tadi. "Na-naik? Gak salah denger, kan, gue?"
"Gak mau?" tanya Aksen. Dia langsung memakai helmnya dan menyimpan helm yang sudah disiapkan untuk Lala. "Yaud--"
"Aah, mau!" teriak Lala menutup mulutnya spontan. Dia mengerjapkan matanya tidak percaya. Benarkah?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSEN [ON GOING]
Teen FictionTidak semua orang jatuh cinta dari pandangan pertama. Nyatanya, Aksen terpaksa untuk merasakan hal itu untuk menghindari sesuatu yang benar-benar dibencinya. -2021