Chenle menghela nafas berat, laki laki itu duduk didepan ruang igd milik sang istri tengah diurus oleh para dokter didalam.
Kecelakaan itu sungguh membuat Chenle sangat syok. Banyak hal yang selalu membuatmu terluka, namun Chenle hanya bisa memohon untuk memberikan satu alasan kecil untuk kamu bahagia.
Entah kenapa kepala Chenle menjadi sangat pusing sekarang. Javi bahkan menangis tersedu sedu melihat kecelakaan pada ibunya itu.
Bagi Chenle anak berumuran seperti Javi belum pantas untuk melihat kejadian ini didepan matanya, khawatir anak itu akan cenderung trauma nantinya.
"Daddy."
Chenle menoleh ke sumber suara itu lantas melihat sang putra tengah berdiri menatapnya tersenyum.
"I'm here, please dont cry. Mommy will definitely get well soon, right?" Ucap Javi sembari menghapus jejak air mata sang ayahnya.
Chenle mengangguk. "Yes boy."
"Maafin Daddy buat hari ini ya, Daddy gak bisa jadi pelindung buat Mommy." Ucap Chenle lirih.
Javi menggeleng. "Daddy adalah pahlawan Javi, Mommy juga pasti bilang gitu. Karna Mommy pernah bilang, Javi gak boleh benci sama Daddy, karna Daddy adalah pahlawan keluarga Zhong." Ujar Javi tersenyum lebar.
Chenle menarik Javi ke dalam pelukannya hangat. "I'm so sorry, Daddy bener bener Ayah yang buruk." Ujar Chenle sembari menangis dalam diam.
"Javi udah maafin Daddy kok, maaf ya Dad, Javi selalu bersikap gak sopan sama Daddy."
"Kamu anak Daddy yang paling baik."
Seketika pintu ruang operasi itu terbuka saat dokter disana baru saja keluar dari sana.
"Bagaimana keadaannya?" Chenle menatap dokter itu berharap cemas semoga tidak terjadi apa apa dengan dirimu.
"Saya sudah mengeluarkan pelurunya dari Nyonya (y/n) dan pasien sudah kembali normal, hanya saja butuh beberapa waktu untuk menetap disini." Ujar dojter itu lalu diangguki oleh Chenle.
•●•
"Jangan banyak banyak makanannya." Ujarmu pada Chenle.
Laki laki itu tengah menyuapi bubur pada dirimu. "Ini udah paling sedikit lho." Ucap Chenle menggerutu kesal karna istrinya sulit makan.
"Itu masih banyak tau! Aku gak mau makan aja kalo gitu." Ujarmu memalingkan wajah ke arah lain.
"Yah jangan gitu dong, maaf deh. Nih aku kurangin, ayo makan." Bujuk Chenle namun kamu tetap memaksa tidak mau makan lagi.
"Oke fine, mau apa? Makan yang lain?" Ujar Chenle setelah berpikir.
"Juyeon kemana?" Bukannya menjawab justru kamu malah balik bertanya pada Chenle.
Terlebih kamu menanyakan hal yang membuat Chenle menjadi sedikit sensitif karnanya. "Ngapain si nanyain dia?! Udah cukup dia gangguin keluarga kita." Ujar Chenle membuat dirimu menatapnya lekat.
"Aku udah mutusin kalo dia bakalan dipenjara seumur hidupnya. Dan aku juga gak bakalan biarin dia bebas ngehirup udara luar setelah buat kamu sakit kaya gini." Ujar Chenle lagi.
"Aku 'kan nanyanya pelan pelan. Kenapa kamu marah marah?"
Chenle yang menyadari itu langsung menatap dirimu lamat. Terlalu bawa emosi menjadikan dirinya hanyut dengan hawa nafsu sendiri.
Chenle menaru mangkuknya lantas mendekat ke arahmu untuk dipeluk. "Maafin lele ya, tadi marahnya terlalu kenceng ya? Maaf lele gak sengaja." Ucap Chenle tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secretary is My Wife [Chenle] 2✔
General FictionTahun dimana kalian masih belum dikaruniai seorang putra dan sedang pada titik masalah kehidupan setelah menikah. "Seberat apapun masalahnya, aku minta jangan sampai mengatakan perpisahan."ㅡ Zhong Chenle [Sequel : dari Secretary or wife] Annyeong! W...