⚘2. Dosen Pembimbing⚘

2.6K 366 57
                                    

Zona wajib vote n komen
Wkwkwk, othornya nodong😂

⚘⚘⚘

Bieru berjalan cepat di lorong kampus. Pandangan para mahasiswi yang tak lepas ke arahnya, membuat lelaki itu tak nyaman. Ia merasa tatapan itu seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.

Panggilan keras menyeruak di pendengarannya. Ia mengenal warna suara itu. Suara lembut yang renyah itu sudah ia hafal sejak di bangku kuliah. Tanpa menoleh pun Bieru tahu kalau pemilik suara itu adalah Goreti Dini Atmaja, adik dari mendiang istrinya.

Sepatu berhak setinggi tujuh sentimeter itu menggema di seluruh lorong saat menapak lantai. Bieru tidak menoleh, tapi sengaja memperlambat langkah. Sejurus kemudian Goreti sudah bisa menyusul mantan kakak iparnya.

“Mas.” Goreti tersenyum. Namun, Bieru memberikan ekspresi aneh. Sejak Ella meninggal, Bieru memang sengaja menjaga jarak dengannya. Padahal dulu Bieru cukup dekat dengan gadi cantik itu.

“Ada apa?” tanya Bieru. Matanya menjelajah tanpa arah, karena tidak enak dengan pandangan para mahasiswi yang mulai bergosip.

“Mama kangen anak laki-lakinya. Beliau ingin Mas datang ke rumah,” kata Goreti. Tatapannya mendongak tertuju pada profil berhidung mancung dosen cerdas itu.

Bieru mendengkus pelan. Ia tahu bahwa itu akal-akalan dua wanita yang sangat ia segani dan hormati—Aruna dan Lia— untuk menjodohkannya dengan Goreti.

“Iya, nanti aku ajak Vio ke rumah Yangti." Hanya jawaban singkat yang keluar dari Bieru. Sesudahnya Bieru berbelok ke kanan untuk masuk ke ruangan dosen Anatomi sedang Goreti berjalan lurus menuju ke ruang dosen Biokimia.

Begitu masuk ruangan lebar yang terdiri dari beberapa meja dan kursi, lelaki tiga puluh satu tahun itu mengembuskan napas panjang. Ia tak enak harus bersikap dingin dengan mantan adik iparnya. 

Bieru berjalan menuju ke meja kerjanya yang bersih dan rapi. Tidak ada tumpukan berkas di atas meja. Hanya ada foto dirinya menggendong Violet, serta foto seorang perempuan cantik yang tersenyum di bawah permukaan kaca meja.

Bieru menyandarkan tubuhnya dengan kasar saat duduk di atas bangku beroda. Pikirannya tertuju pada topik yang selalu dibicarakan maminya kapan saja. Mendengar mama mertuanya ingin bertemu, lelaki itu yakin bahwa mamanya sudah membuat rencana dengan Lia untuk menjodohkan Goreti dengannya.

Tak dimungkiri, Goreti memang cantik. Wajah ovalnya dibungkus oleh kulit putih yang sehalus porselen. Matanya dalam dengan iris cokelat yang menyorotkan keceriaan. Hanya saja bila berhadapan dengan mahasiswanya, Goreti akan berubah menjadi serius. Mata yang dalam itu seolah ingin menenggelamkan para mahasiswa yang hanya suka bermalas-malasan.

Lamunan Bieru buyar saat Ezra datang dan duduk di depannya. Ezra adalah sahabat baik Bieru sejak kuliah. Keduanya tak terpisahkan sejak bangku S1 hingga mereka sama-sama diterima menjadi dosen di bagian Anatomi. 

"Bie, pagi-pagi udah ngelamun aja," ujar Ezra sambil menyodorkan sebuah kertas di hadapannya.

Bieru tak menanggapi ucapan Ezra. Matanya justru tertuju pada kertas yang ada di atas meja.

"Apa ini?" tanya Bieru seraya mengambil secarik kertas yang tertoreh tulisan berupa tabel.

"Pembagian dosen pembimbing," jawab Ezra. "Masing-masing dapat jatah jadi pembimbing pertama untuk dua mahasiswa dan bisa jadi pembimbing kedua untuk enam mahasiswa."

Bieru hanya mengangguk-angguk. Sambil mengerucutkan bibir, ia membuka kertas putih itu dan membaca setiap kata yang ada pada lembarannya. Beberapa nama dosen tertera di situ tak terkecuali Bieru. Ia memicing saat membaca nama mahasiswa yang akan dibimbingnya.  

Dear, Duren Mateng (Completed-KBM&KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang