Auuu, sepi sekali ya komennya. Tak menarikkah? Atau kalian larut dengan ceritanya. Boleh minta komen dan votenya?
Happy reading ya, Deers. Mari semangatin para othor dengan taburan bintang dan komennya.
💗💗💗
Nilla tak menerima panggilan dari Bieru. Ia sangat kesal karena sang mahasiswa seolah mengabaikan panggilannya. Bagaimana bisa mahasiswinya tidak menjawab panggilannya? Bahkan Sang Dosen Killer itu berusaha menghubungi sampai sepuluh kali lebih. Mau ditaruh mana mukanya! Namun, demi Violet, balita yang selalu ada di hatinya itu, Bieru rela mengenyampingkan citranya sebagai dosen yang disegani.
Bieru mengembuskan napas lega, bertepatan dengan rengekan Violet yang telah reda. Suara Violet yang melengking itu seperti ranjau yang mampu membuat geger seluruh isi rumah.
Tak ingin berlama-lama, akhirnya Bieru bangkit dan bersiap. Sebuah kemeja kotak-kotak biru yang sudah berusia hampir lima tahun ia kenakan. Saat mengancingkan baju, Bieru teringat bahwa baju itu kenang-kenangan terakhir dari mendiang sang istri. Semua barang-barang dari Ella masih bagus tersimpan di lemari.
Setelah memakai pelembab wajah dan menata rambut dengan pomade akhirnya lelaki itu keluar dari kamar untuk sarapan.
Violet sudah bisa tenang dan mau sarapan walau sedikit berkat bujukan semua orang dewasa di rumah itu. Namun, gadis kecil itu tetap kukuh berangkat dengan rambut tanpa dikucir. Setidaknya Bieru bisa lega karena tak ada drama sewaktu perjalanan menuju ke sekolah yang letaknya di daerah Ngagel itu.
Akhirnya, mobil yang mereka tumpangi, tiba di depan halaman sekolah yang merupakan kompleks dari Play Group sampai SMA. Bieru menepikan mobil di bahu jalan tepat di depan gerbang sekolah.
"Pi, janji ya cariin pita stroberi." Suara Violet terdengar sengau. Matanya masih sembab karena menangis pagi tadi. Gadis kecil itu membuka sabuk pengaman sebelum membuka pintu.
"Iya. Pasti Papi cariin," kata Bieru mantap, walau di otaknya dia tak ada ide di mana akan membeli pita yang sama persis dengan pita lama. "Kiss Papi."
Bieru mengetuk pipinya seraya membungkuk dan menunggu sang anak mencium pipi kiri dan kanan Bieru. Lelaki itu tersenyum lebar sambil menangkup wajah anaknya setelah mendapat ciuman. Ia menggesek ujung hidung Violet dengan ujung hidung mancungnya.
"Belajar yang rajin ya, Anak Sayangnya Papi."
Violet tak menjawab. Dia hanya memberengut lalu turun begitu saja dari mobil.
Pandangan Bieru masih tertuju pada punggung balitanya yang menarik tas troli bergambar My Little Pony warna pastel yang dihadiahkan Cyan, dengan lesu, untuk masuk ke halaman sekolah. Lelaki itu mendesah. Melihat Violet bersedih, hatinya itu perih. Baginya, kebahagiaan Violet segalanya.
Melirik angka yang ada di layar media player, Bieru akhirnya melajukan mobilnya memecah kepadatan jalanan kota Surabaya menuju kampus FK Dharmawangsa.
***
Suasana di ruang diskusi sudah ramai. Pagi ini mahasiswa semester tujuh yang sudah terbagi menjadi kelompok kecil akan mengikuti tutorial pada blok Kedokteran Komunitas di minggu kedua. Topik bencana akan dipelajari pada jam pertama diskusi mereka. Para mahasiswa akan mendapat skenario yang akan dibimbing oleh seorang tutor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Duren Mateng (Completed-KBM&KK)
Storie d'amore"Nill, menikahlah denganku dan jadilah mami bagi Violet." Permintaan Alexander Bieru Sagara itu bagai durian runtuh. Dosen Anatomi yang berpredikat "Duren Mateng"-Duda Keren, Mapan dan Ganteng-dan menjadi incaran para mahasiswi Fakultas Kedokteran i...